Share

Bab 7 : Hari pernikahan

Pagi ini, Naina sudah di bangun kan Nadin sebelum subuh untuk mandi. Karena sehabis sholat subuh, Naina akan di rias oleh MUA ternama untuk acara pernikahan nya yang di gelar hari ini.

Selesai sholat subuh, Naina pun di tarik paksa Nadin untuk ke kamar rias karena ia melihat Naina yang bermalas-malasan untuk di rias wajahnya.

"Nah! Ini dia Mbak calon pengantinnya! " ucap Nadin pada seorang MUA sambil mendudukkan paksa Naina di kursi rias.

"Ya ampun! Mbak Naina cantik banget! Kalau gini sih pasti yang lihat pada terpesona nantinya. Gak di rias aja cantik, apalagi kalau di rias.. Bisa-bisa para bidadari merasa tersaingi ini sama Mbak Naina! " ucap sang MUA memuji sambil bercanda.

"Betul banget itu Mbak! Kakakku ini memang paling cantik. Ya udah Mbak, silahkan di mulai kerjaannya. " jawab Nadin membenarkan dan mempersilahkan sang MUA untuk memulai merias Naina.

Naina yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum kecut. Jika saja bukan karena ingin membalas dendam, dirinya tidak sudi menikah dengan pria bajingan seperti Dzaki itu, rutuk Naina dalam hati.

"Mbak, saya mau riasannya yang natural aja! Karena saya juga memakai cadar, tidak ada orang yang melihat wajah asli saya selain kalian. " ucap Naina dengan dingin.

"O-oke Mbak! " jawab MUA tersebut terbata-bata mendengar nada dingin dari ucapan Naina.

Nadin menghela nafas pelan melihat sikap dingin kakaknya terhadap orang lain. Ia semakin bingung karena sifat kakaknya berubah total semenjak tersadar dari pingsan di rumah sakit. Kakaknya menjadi pribadi yang tertutup, dingin, datar tanpa ekspresi jika dengan orang lain. Sedangkan bersama orang yang dekat, ia menjadi pribadi yang hangat dan murah senyum.

Yang paling membuat Nadin makin bingung, yaitu sikap kakaknya terhadap calon suaminya Dzaki yang juga dingin dak tidak peduli, bahkan semenjak sadar dari pingsannya, kakaknya selalu enggan jika ada yang berbicara tentang Dzaki, apalagi bertemu dengan orangnya. Tetapi, jika kakaknya sudah malas ketemu Dzaki, mengapa pernikahan ini tetap terjadi, Nadin memijit kepalanya karena pusing dengan teka-teki kakaknya ini.

Sementara di rumah yang lain, Dzaki tersenyum bahagia membayangkan hidup enak ketika menikah dengan Naina. Ia sudah siap dengan setelan jas yang rapi berwarna putih dan peci putih di kepalanya. Begitu juga Nyonya Rina yang sudah berdandan heboh dengan kebaya emas yang mencolok dengan perhiasan di leher, tangan dan jari tangan nya, persis seperti toko emas berjalan, sungguh norak.

"Gak sabar banget Mama jadi orang kaya! Duh.. Nanti Mama mau beli emas, berlian, tas branded, dan yang lainnya semaunya.. Jadi gak sabar nunggu itu semua! " ucap Nyonya Rina dengan khayalan tingkat tinggi nya.

"Ya sabar sebentar dong Ma? Emang Mama aja yang mau shopping sepuasnya? Diana juga mau kalee... Diana berencana mau traktir teman-teman yang selama ini ngeremehin Diana! Biar mereka tau kalau Diana juga punya duit banyak ! " ucap Diana sambil mengepal tangannya dengan kesal.

"Ya udah! Nanti aja kita rencanain apa yang akan kita lakukan! Sekarang kita cepat siap-siap biar kita segera ke tempat acara pernikahan kakak kamu! " ucap Nyonya Rina dengan merapikan riasannya.

Mereka berdua sudah bersiap-siap dan menunggu Dzaki di ruang tamu. Mereka hanya pergi bertiga, karena Nyonya Rina sengaja tidak mengajak adik ipar dan anaknya ikut.

"Ayo Ki, kita berangkat! Nanti terlambat lagi sampai di sana! Kan malu di lihat tamu, masa calon pengantin prianya datang telat. " ucap Nyonya Rina dengan tidak sabaran.

"Iya Ma! Gak sabaran banget sih! Acara nya juga masih satu setengah jam juga lagi. " ucap Dzaki kesal karena di desak Mamanya terus.

"Udah! Gak usah protes! Ikut aja omongan Mama! Di bilangin ngeyel! " omel Nyonya Rina sambil berjalan keluar menarik tangan Dzaki.

Mereka bertiga pergi dengan menggunakan taksi online karena mobil punya Dzaki masih mogok karena terlambat di servis. Mereka sudah sampai di sebuah hotel tempat acara akad nikah Dzaki dan Naina. Nyonya Rina merapikan penampilan nya di ikuti juga oleh Diana yang juga membenahi make up nya sebelum turun dari mobil. Nyonya tersenyum lebar keluar dari mobil membayangkan nanti di aula semua orang pasti memuji penampilan nya. Senyum tak lepas dari wajahnya hingga sampai ke depan pintu aula tempat acara pernikahan berlangsung.

Seorang petugas hotel membantu membukakan pintu aula agar Dzaki dan keluarga nya bisa leluasa masuk. Senyum merekah milik Nyonya Rina sewaktu di luar aula tadi mendadak hilang ketika memasuki aula pernikahan Dzaki.

"Ki, kok jadi gini sih acara pernikahan nya? Mana yang katanya banyak tamu undangan yang terkenal di kalangan bisnis itu? Kenapa sepi begini? Kesal Mama jadinya! Udah capek dandan cantik dari subuh, eh gak ada yang lihat apalagi memuji! " omel Nyonya Rina setengah berbisik kepada Dzaki.

"Dzaki juga gak tau Ma! Udah lah, yang penting nikahnya jadi! Ga penting mau rame atau tidak! " jawab Dzaki dengan malas karena ia juga terkejut.

Dzaki pun duduk di kursi di hadapan Bapak penghulu sambil menunggu kedatangan Naina.

Tidak lama kemudian pintu aula terbuka, masuk lah Nadin yang menggandeng Naina yang memakai gaun pengantin warna putih lengkap dengan hijab dan cadarnya.

Dzaki dan keluarga nya tampak terkejut ketika melihat penampilan Naina yang menutupi wajahnya dengan cadar.

Nadin mendudukkan Naina di samping Dzaki dan ia mundur untuk duduk di belakang Naina. Bapak penghulu pun memimpin doa sebelum akad nikah di mulai.

Naina menundukkan kepalanya dengan wajah datar ketika bergema suara saksi yang berteriak SAH, yang menandakan jika ia dan Dzaki sudah resmi menjadi suami istri secara hukum dan agama.

"Ya Allah... Maafkan hamba mu ini! Bukan maksud hamba ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Hamba terpaksa melakukannya karena hanya ini satu-satunya jalan membalas semua perlakuan mereka selama ini kepada ku! Maafkan hamba Ya Allah! " ucap Naina dalam hati dengan lirih.

Naina pun dengan setengah hati menyambut uluran tangan Dzaki tanda ia hormat kepada suami dan Dzaki tanpa malu mencium kening Naina dengan perasaan bahagia.

Bahagia yang Dzaki rasakan bukan bahagia menikah dengan Naina, tetapi bahagia kerena ia akan hidup enak dan kaya dengan harta Naina yang berlimpah.

Dzaki senyum-senyum dalam hati nya membayangkan menikmati uang Naina dengan bersenang-senang dengan Sania, pujaan hatinya selama ini.

"Cih! Pasti pake cadar karena mau nutupin wajahnya yang jelek itu! " cibir Diana dengan angkuh.

"Hus! Ga usah keras-keras, nanti ada yang dengar! Bagus lah kalau dia memakai cadar, jadi kita gak enek melihat wajahnya yang memakai make up tebal kayak lenong itu.! " jawab Nyonya Rina setengah berbisik menghina Naina yang sudah sah menjadi menantunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status