Share

Bab 7 : Hari pernikahan

Author: Nur hikmah
last update Last Updated: 2022-03-17 15:59:04

Pagi ini, Naina sudah di bangun kan Nadin sebelum subuh untuk mandi. Karena sehabis sholat subuh, Naina akan di rias oleh MUA ternama untuk acara pernikahan nya yang di gelar hari ini.

Selesai sholat subuh, Naina pun di tarik paksa Nadin untuk ke kamar rias karena ia melihat Naina yang bermalas-malasan untuk di rias wajahnya.

"Nah! Ini dia Mbak calon pengantinnya! " ucap Nadin pada seorang MUA sambil mendudukkan paksa Naina di kursi rias.

"Ya ampun! Mbak Naina cantik banget! Kalau gini sih pasti yang lihat pada terpesona nantinya. Gak di rias aja cantik, apalagi kalau di rias.. Bisa-bisa para bidadari merasa tersaingi ini sama Mbak Naina! " ucap sang MUA memuji sambil bercanda.

"Betul banget itu Mbak! Kakakku ini memang paling cantik. Ya udah Mbak, silahkan di mulai kerjaannya. " jawab Nadin membenarkan dan mempersilahkan sang MUA untuk memulai merias Naina.

Naina yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum kecut. Jika saja bukan karena ingin membalas dendam, dirinya tidak sudi menikah dengan pria bajingan seperti Dzaki itu, rutuk Naina dalam hati.

"Mbak, saya mau riasannya yang natural aja! Karena saya juga memakai cadar, tidak ada orang yang melihat wajah asli saya selain kalian. " ucap Naina dengan dingin.

"O-oke Mbak! " jawab MUA tersebut terbata-bata mendengar nada dingin dari ucapan Naina.

Nadin menghela nafas pelan melihat sikap dingin kakaknya terhadap orang lain. Ia semakin bingung karena sifat kakaknya berubah total semenjak tersadar dari pingsan di rumah sakit. Kakaknya menjadi pribadi yang tertutup, dingin, datar tanpa ekspresi jika dengan orang lain. Sedangkan bersama orang yang dekat, ia menjadi pribadi yang hangat dan murah senyum.

Yang paling membuat Nadin makin bingung, yaitu sikap kakaknya terhadap calon suaminya Dzaki yang juga dingin dak tidak peduli, bahkan semenjak sadar dari pingsannya, kakaknya selalu enggan jika ada yang berbicara tentang Dzaki, apalagi bertemu dengan orangnya. Tetapi, jika kakaknya sudah malas ketemu Dzaki, mengapa pernikahan ini tetap terjadi, Nadin memijit kepalanya karena pusing dengan teka-teki kakaknya ini.

Sementara di rumah yang lain, Dzaki tersenyum bahagia membayangkan hidup enak ketika menikah dengan Naina. Ia sudah siap dengan setelan jas yang rapi berwarna putih dan peci putih di kepalanya. Begitu juga Nyonya Rina yang sudah berdandan heboh dengan kebaya emas yang mencolok dengan perhiasan di leher, tangan dan jari tangan nya, persis seperti toko emas berjalan, sungguh norak.

"Gak sabar banget Mama jadi orang kaya! Duh.. Nanti Mama mau beli emas, berlian, tas branded, dan yang lainnya semaunya.. Jadi gak sabar nunggu itu semua! " ucap Nyonya Rina dengan khayalan tingkat tinggi nya.

"Ya sabar sebentar dong Ma? Emang Mama aja yang mau shopping sepuasnya? Diana juga mau kalee... Diana berencana mau traktir teman-teman yang selama ini ngeremehin Diana! Biar mereka tau kalau Diana juga punya duit banyak ! " ucap Diana sambil mengepal tangannya dengan kesal.

"Ya udah! Nanti aja kita rencanain apa yang akan kita lakukan! Sekarang kita cepat siap-siap biar kita segera ke tempat acara pernikahan kakak kamu! " ucap Nyonya Rina dengan merapikan riasannya.

Mereka berdua sudah bersiap-siap dan menunggu Dzaki di ruang tamu. Mereka hanya pergi bertiga, karena Nyonya Rina sengaja tidak mengajak adik ipar dan anaknya ikut.

"Ayo Ki, kita berangkat! Nanti terlambat lagi sampai di sana! Kan malu di lihat tamu, masa calon pengantin prianya datang telat. " ucap Nyonya Rina dengan tidak sabaran.

"Iya Ma! Gak sabaran banget sih! Acara nya juga masih satu setengah jam juga lagi. " ucap Dzaki kesal karena di desak Mamanya terus.

"Udah! Gak usah protes! Ikut aja omongan Mama! Di bilangin ngeyel! " omel Nyonya Rina sambil berjalan keluar menarik tangan Dzaki.

Mereka bertiga pergi dengan menggunakan taksi online karena mobil punya Dzaki masih mogok karena terlambat di servis. Mereka sudah sampai di sebuah hotel tempat acara akad nikah Dzaki dan Naina. Nyonya Rina merapikan penampilan nya di ikuti juga oleh Diana yang juga membenahi make up nya sebelum turun dari mobil. Nyonya tersenyum lebar keluar dari mobil membayangkan nanti di aula semua orang pasti memuji penampilan nya. Senyum tak lepas dari wajahnya hingga sampai ke depan pintu aula tempat acara pernikahan berlangsung.

Seorang petugas hotel membantu membukakan pintu aula agar Dzaki dan keluarga nya bisa leluasa masuk. Senyum merekah milik Nyonya Rina sewaktu di luar aula tadi mendadak hilang ketika memasuki aula pernikahan Dzaki.

"Ki, kok jadi gini sih acara pernikahan nya? Mana yang katanya banyak tamu undangan yang terkenal di kalangan bisnis itu? Kenapa sepi begini? Kesal Mama jadinya! Udah capek dandan cantik dari subuh, eh gak ada yang lihat apalagi memuji! " omel Nyonya Rina setengah berbisik kepada Dzaki.

"Dzaki juga gak tau Ma! Udah lah, yang penting nikahnya jadi! Ga penting mau rame atau tidak! " jawab Dzaki dengan malas karena ia juga terkejut.

Dzaki pun duduk di kursi di hadapan Bapak penghulu sambil menunggu kedatangan Naina.

Tidak lama kemudian pintu aula terbuka, masuk lah Nadin yang menggandeng Naina yang memakai gaun pengantin warna putih lengkap dengan hijab dan cadarnya.

Dzaki dan keluarga nya tampak terkejut ketika melihat penampilan Naina yang menutupi wajahnya dengan cadar.

Nadin mendudukkan Naina di samping Dzaki dan ia mundur untuk duduk di belakang Naina. Bapak penghulu pun memimpin doa sebelum akad nikah di mulai.

Naina menundukkan kepalanya dengan wajah datar ketika bergema suara saksi yang berteriak SAH, yang menandakan jika ia dan Dzaki sudah resmi menjadi suami istri secara hukum dan agama.

"Ya Allah... Maafkan hamba mu ini! Bukan maksud hamba ingin mempermainkan sebuah pernikahan. Hamba terpaksa melakukannya karena hanya ini satu-satunya jalan membalas semua perlakuan mereka selama ini kepada ku! Maafkan hamba Ya Allah! " ucap Naina dalam hati dengan lirih.

Naina pun dengan setengah hati menyambut uluran tangan Dzaki tanda ia hormat kepada suami dan Dzaki tanpa malu mencium kening Naina dengan perasaan bahagia.

Bahagia yang Dzaki rasakan bukan bahagia menikah dengan Naina, tetapi bahagia kerena ia akan hidup enak dan kaya dengan harta Naina yang berlimpah.

Dzaki senyum-senyum dalam hati nya membayangkan menikmati uang Naina dengan bersenang-senang dengan Sania, pujaan hatinya selama ini.

"Cih! Pasti pake cadar karena mau nutupin wajahnya yang jelek itu! " cibir Diana dengan angkuh.

"Hus! Ga usah keras-keras, nanti ada yang dengar! Bagus lah kalau dia memakai cadar, jadi kita gak enek melihat wajahnya yang memakai make up tebal kayak lenong itu.! " jawab Nyonya Rina setengah berbisik menghina Naina yang sudah sah menjadi menantunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   103. Reunian.

    Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   102. Pergi reuni...

    Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   101. Keadilan untuk Diana

    Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status