Share

Bab 6 : Keluarga parasit

"Ki, anterin Mama ke rumah jeng Rosa! Mama mau arisan di sana, sekalian Mama Minta uang untuk beli tas impian Mama sama jeng Dona nanti. " ucap Nyonya Rina pada Dzaki sambil membenahi riasannya.

Dzaki yang baru saja pulang dari rumah sakit langsung mendelik kaget ketika mendengar Mama nya minta uang lagi.

"Kok uang lagi sih Ma? Baru tiga hari yang lalu Dzaki kasih buat bayar arisan Mama itu? Masa sekarang sudah minta lagi! " jawab Dzaki sedikit kesal dengan Mama nya.

"Itukan kemarin! Sekarang kan beda! Mama mau beli tas yang keluaran terbaru! Malu dong sama teman-teman Mama, kalau Mama gak pake tas yang model terbaru. " ucap Nyonya Rina dengan enteng.

"Dzaki gak ada uang! Lagi pula gajian masih seminggu lagi! Pake uang Mama aja kenapa sih! " jawab Dzaki dengan malas dan beranjak pergi ke kamarnya.

"Kiki, mau kemana kamu! Enak aja pake uang Mama! Ayo anterin Mama dulu kalau gak mau kasih uang! " teriak Nyonya Rina ketika Dzaki berjalan menjauh.

"Dzaki capek Ma, mau istirahat. Mama naik ojol aja sana! " sahut Dzaki tanpa memperdulikan teriakan Mama nya.

"Dasar anak kurang ajar! Di minta tolong malah gak peduli! Awas aja kalau nanti butuh bantuan Mama, Mama gak peduli. " ucap Nyonya Rina dengan geram.

Ia pun lalu pergi dengan perasaan kesal dan marah terhadap anaknya. Ia pun memesan taksi online sambil mendumel karena kesal dengan kelakuan anak laki-laki nya. Nyonya Rina mempunyai tiga orang anak, yang pertama Sandra yang sudah menikah dengan seorang pengusaha garmen, mempunyai dua orang anak laki-laki semuanya. Yang kedua Dzaki, dan yang ketiga Diana yang masih sekolah kelas 3 SMA.

Nyonya Rina tinggal di rumah mendiang mertua nya bersama adik ipar nya yang seorang single parents.

Suami Nyonya Rina adalah seorang tentara yang gugur saat bertugas sewaktu Dzaki berumur 15 tahun. Mereka tinggal di rumah dinas, karena itu lah ketika suaminya meninggal, Nyonya Rina dan anak-anak nya menumpang di rumah mertua nya. Karena mertua nya kasihan melihat mereka tinggal di sebuah kontrakan sempit. Apalagi rumah yang mertua nya tempati lumayan besar dan terdapat banyak kamar yang bisa di tempati.

Ketika mertua nya meninggal, rumah tersebut di wariskan kepada anak perempuan mereka yaitu adik ipar Nyonya Rina bernama Fatimah Zulaikha.

Sore harinya, Nyonya Rina pulang dari arisan dengan wajah yang gak enak di lihat, karena ia sakit hati di ejek tidak bisa membeli tas yang sedang booming sekarang ini. Ia kesal karena di ejek saingan nya orang kismin yang sok kaya. Padahal kenyataan nya memang seperti itu.

"Kiki! Kiki! Dzaki! Kemana sih ni anak! Di panggil-panggil gak nyaut-nyaut! " omel Nyonya Rina sambil teriak-teriak.

"Mbak! Bisa gak sih masuk rumah itu ucapin salam! Bukan teriak-teriak seperti tukang loak! " sergah Fatimah yang capek baru pulang kerja mendengar suara menggelegar dari luar rumah.

"Gak usah ikut campur! Urus saja urusanmu sendiri! " jawab Nyonya Rina dengan sewot.

"Gimana gak ikut campur, Mbak teriak-teriak di rumah aku! Mbak lupa kalau Mbak cuma numpang di rumah ini! Ingat! Numpang! Sudah numpang belagu! " jawab Fatimah tidak kalah pedas sambil masuk ke kamarnya dengan santai.

"Kurang ajar! Awas aja kamu Fatimah! Jika Dzaki sudah menikah dengan si bodoh Naina itu, aku pastikan rumah ini akan aku hancurkan! " ucap Nyonya Rina dengan tangan terkepal menahan amarah di dadanya.

Nyonya Rina kembali teriak-teriak memanggil anak lelaki nya di pintu kamar sambil mengedor pintu kamar Dzaki dengan keras.

Dzaki yang sedang tidurpun langsung terbangun kaget mendengar suara pintu kamarnya yang di pukul-pukul dengan keras dari luar.

"Apaan sih Ma, teriak-teriak kayak di pasar aja! Bikin kuping aku budek nih! " cerocos Dzaki kesal ketika membuka pintu.

"Anak kurang ajar! Mama panggil-panggil kamu enak-enakan tiduran. Mama gak mau tau, pokoknya belikan Mama tas yang modelan terbaru sekarang juga. " ucap Nyonya Rina marah-marah sambil memukuli lengan Dzaki dengan keras.

"Aduh... Aduh.. Sakit Ma! Sadis banget sih sama anak sendiri. " teriak Dzaki kesakitan sambil meliuk-liuk menghindari serangan Mama nya.

"Lagian Mama mau beli tasnya pake apa? Pake daun? Tas Mama itu sudah banyak satu lemari, ngapain beli tas lagi, buang-buang duit aja! " omel Dzaki lagi dengan malas.

"Ya kamu minta uang lah sama calon istri kamu itu! Biasanya kan dia selalu kasih kamu uang. Pokoknya Mama gak mau tau tasnya harus kamu beli!. " ucap Nyonya Rina tidak mau kalah.

"Gimana mau minta uang sama si Naina, orang sudah dua hari ini gak bisa ketemu sama orangnya! " jawab Dzaki dengan kesal sambil berjalan menuju kursi di ruang tamu.

"Kok bisa! Biasanya kan si bodoh itu setiap hari nempel mulu sama kamu kayak lem! " tanya Nyonya Rina kepo sambil berjalan mengikuti Dzaki duduk di kursi samping Dzaki.

"Itu lah yang bikin Dzaki pusing! Si Naina itu kemarin masuk rumah sakit karena di temukan pingsan di dalam mobil. Pas aku ke sana pagi-pagi sekali, ia sedang tidur. Dan tadi siang waktu Dzaki ke rumah sakit lagi, ternyata dia sudah pulang duluan. Gimana gak kesal coba! Udah bela-belain datang agar dia makin luluh dan simpati,eh malah gak ketemu sama orangnya. " curhat Dzaki panjang lebar dengan wajah kesal.

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status