Share

Bab 9 : Keluarga Dzaki memaksa pindah ke rumah Naina

Dzaki yang uring-uringan, menunggu di kursi tunggu bandara dengan kesal. Naina keluar dari mobil dengan santai memasuki bandara dengan membawa ransel di punggungnya.

Ia melirik sinis ketika melihat Dzaki duduk di ruang tunggu dengan wajah yang berlipat-lipat. Ia dengan santainya duduk di sebelah Dzaki sehingga membuat Dzaki melonjak kaget melihat ada yang duduk di sebelah nya dengan tiba-tiba.

"Tidak usah kaget begitu! " ucap Naina dengan dingin sambil mengutak-atik ponselnya.

Dzaki mengurut dada nya karena lega, ternyata yang duduk di sebelahnya adalah Naina istrinya.

Ia pun menampilkan senyum palsunya dan bersikap manis kepada Naina.

"Jelas aja aku kaget sayang? Aku kira tadi orang lain yang duduk di sebelah ku! " jawab Dzaki dengan lembut sambil tersenyum.

Ia kemudian kembali duduk di samping Naina. Dan tak lama kemudian, datang lah seorang pria yang langsung berdiri di hadapan Naina.

"Permisi Nona, ini tiket Anda dan saya sudah melakukan cek in. " ucap pria itu dengan sopan sambil menyerahkan tiket pesawat ke tangan Naina.

"Hhmmm " ucap Naina hanya berdehem sambil mengambil tiket tersebut dan memberikan nya kepada Dzaki.

"Pegang tiketnya dan jangan sampai hilang! " ucap Naina dingin kepada Dzaki.

Dzaki mengambil tiket tersebut di tangan Naina dengan mengerutu pasrah. Sedangkan Naina cuek saja sambil memainkan ponselnya. Tidak lama kemudian, pemberitahuan keberangkatan pun terdengar dan mereka berdua langsung berdiri menuju pintu keberangkatan.

Setibanya di pintu masuk, pramugari pesawat meminta untuk menunjukkan tiket mereka dan Dzaki memberikan nya. Pramugari tersebut mengantar mereka menuju kursi yang akan mereka duduki di kelas ekonomi.

"Ini beneran sayang kursi kita? Kelas ekomoni? " tanya Dzaki dengan terkejut.

"Iya, kenapa? Ada yang salah? " ucap Naina dingin dengan menatap tajam Dzaki.

Melihat tatapan tajam Naina dan dengan sikap dinginnya, membuat nyali Dzaki menciut dan menerima semuanya dengan terpaksa.

"Silahkan duduk dengan nyaman Tuan dan Nyonya! Jangan lupa ponselnya di matikan karena pesawat sebentar lagi lepas landas. " ucap pramugari dengan sopan.

Naina mengangguk pelan, sedangkan Dzaki masih dengan muka masam nya karena masih kesal duduk di kelas ekonomi. Padahal tadi dia sudah berandai-andai akan duduk di kelas VIP atau kelas bisnis yang selalu di sediakan makanan dan di layani pramugari.

Naina tidak peduli dengan kekesalan Dzaki, ia pun memejamkan matanya untuk tidur karena ia sedikit lelah dan pesawat pun sudah berada di awan.

Akhirnya pesawat mendarat di bandara dengan selamat. Naina membentangkan tangannya dengan tersenyum senang di balik cadar nya ketika keluar dari pesawat, sedangkan Dzaki masih dengan wajah masam nya.

Mereka di antar oleh pemandu wisata yang sudah Naina booking selama mereka di Lombok ke hotel untuk melepaskan lelah.

Sesampainya di hotel, Naina sudah di sambut manager hotel tersebut dengan ramah sambil memberikan kunci kamar kepada Naina.

"Kau ikut duluan dengan petugas hotel itu! Aku ada urusan sebentar. " ucap Naina ketika Dzaki sudah di dekatnya.

"Tidak usah banyak protes! Ikuti saja dia kalau kau masih ingin beristirahat di hotel ini! " ucao Naina lagi dengan dingin ketika Dzaki hendak membuka mulutnya untuk berbicara.

Naina segera pergi meninggalkan Dzaki dan Dzaki mengikuti pelayan hotel masuk ke dalam lift dengan mengerutu di dalam hati. Pelayan hotel mengantarkan Dzaki ke lantai 5 sesuai dengan pesanan Naina. Ketika hendak membuka pintu kamar hotel, Dzaki mendapat panggilan telepon dari ibunya.

[Ada apa sih Ma? Baru juga sampai hotel di teleponin melulu]

[Dasar anak kurang ajar! Beraninya kamu marahin mama yang sudah capek-capek melahirkan mu ke dunia ini! Bukannya balas budi malah marah-marah sama Mama! ]

[Ya ampun Ma, sensi amat jadi orang. ]

[Ki, bilangin sama Naina kalau Mama dan Diana mau pindah ke rumahnya yang mewah itu! ]

[Astaga Mama! Sabar kenapa sih tunggu kami pulang dari bulan madu dulu.. Sekarang kan Mama tau sendiri kalau Naina yang sekarang ini berbeda dengan Naina yang dulu, yang selalu menempel kayak perangko sama aku. Jangankan mau nempel, liat muka aku aja dia gak mau sekarang ini.]

[Pokoknya Mama gak mau tau ya Ki, Mama sama Diana mau pindah ke rumah mewah itu! Kalau perlu sekarang juga. ]

[Ma, tolong dong sabar sampai kami pulang! Dzaki gak mau hubungan kami menjadi dingin karena permintaan Mama. ]

[Itu urusan kamu yang harus mengambil hati Naina seperti dulu.. Mama gak mau tau pokoknya Mama mau pindah ke rumah itu. ]

[Astaga Mama... Tut... Tut... Tut... ]

"Aaaakkhhhh......Sial.. Sial.. Sial... Gimana mau bujuk Naina coba, kalau Naina tiba-tiba berubah banget, gak kayak dulu lagi! Sial.. Sial.. Sial banget gue!! " umpat Dzaki sambil meninju tembok dinding kamar hotel.

"Lihat saja Naina, akan aku pastikan kamu kembali mengemis cintaku! " batin Dzaki dengan seringai liciknya..

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status