Home / Rumah Tangga / Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua / Bab 9 : Keluarga Dzaki memaksa pindah ke rumah Naina

Share

Bab 9 : Keluarga Dzaki memaksa pindah ke rumah Naina

Author: Nur hikmah
last update Last Updated: 2022-03-28 20:16:55

Dzaki yang uring-uringan, menunggu di kursi tunggu bandara dengan kesal. Naina keluar dari mobil dengan santai memasuki bandara dengan membawa ransel di punggungnya.

Ia melirik sinis ketika melihat Dzaki duduk di ruang tunggu dengan wajah yang berlipat-lipat. Ia dengan santainya duduk di sebelah Dzaki sehingga membuat Dzaki melonjak kaget melihat ada yang duduk di sebelah nya dengan tiba-tiba.

"Tidak usah kaget begitu! " ucap Naina dengan dingin sambil mengutak-atik ponselnya.

Dzaki mengurut dada nya karena lega, ternyata yang duduk di sebelahnya adalah Naina istrinya.

Ia pun menampilkan senyum palsunya dan bersikap manis kepada Naina.

"Jelas aja aku kaget sayang? Aku kira tadi orang lain yang duduk di sebelah ku! " jawab Dzaki dengan lembut sambil tersenyum.

Ia kemudian kembali duduk di samping Naina. Dan tak lama kemudian, datang lah seorang pria yang langsung berdiri di hadapan Naina.

"Permisi Nona, ini tiket Anda dan saya sudah melakukan cek in. " ucap pria itu dengan sopan sambil menyerahkan tiket pesawat ke tangan Naina.

"Hhmmm " ucap Naina hanya berdehem sambil mengambil tiket tersebut dan memberikan nya kepada Dzaki.

"Pegang tiketnya dan jangan sampai hilang! " ucap Naina dingin kepada Dzaki.

Dzaki mengambil tiket tersebut di tangan Naina dengan mengerutu pasrah. Sedangkan Naina cuek saja sambil memainkan ponselnya. Tidak lama kemudian, pemberitahuan keberangkatan pun terdengar dan mereka berdua langsung berdiri menuju pintu keberangkatan.

Setibanya di pintu masuk, pramugari pesawat meminta untuk menunjukkan tiket mereka dan Dzaki memberikan nya. Pramugari tersebut mengantar mereka menuju kursi yang akan mereka duduki di kelas ekonomi.

"Ini beneran sayang kursi kita? Kelas ekomoni? " tanya Dzaki dengan terkejut.

"Iya, kenapa? Ada yang salah? " ucap Naina dingin dengan menatap tajam Dzaki.

Melihat tatapan tajam Naina dan dengan sikap dinginnya, membuat nyali Dzaki menciut dan menerima semuanya dengan terpaksa.

"Silahkan duduk dengan nyaman Tuan dan Nyonya! Jangan lupa ponselnya di matikan karena pesawat sebentar lagi lepas landas. " ucap pramugari dengan sopan.

Naina mengangguk pelan, sedangkan Dzaki masih dengan muka masam nya karena masih kesal duduk di kelas ekonomi. Padahal tadi dia sudah berandai-andai akan duduk di kelas VIP atau kelas bisnis yang selalu di sediakan makanan dan di layani pramugari.

Naina tidak peduli dengan kekesalan Dzaki, ia pun memejamkan matanya untuk tidur karena ia sedikit lelah dan pesawat pun sudah berada di awan.

Akhirnya pesawat mendarat di bandara dengan selamat. Naina membentangkan tangannya dengan tersenyum senang di balik cadar nya ketika keluar dari pesawat, sedangkan Dzaki masih dengan wajah masam nya.

Mereka di antar oleh pemandu wisata yang sudah Naina booking selama mereka di Lombok ke hotel untuk melepaskan lelah.

Sesampainya di hotel, Naina sudah di sambut manager hotel tersebut dengan ramah sambil memberikan kunci kamar kepada Naina.

"Kau ikut duluan dengan petugas hotel itu! Aku ada urusan sebentar. " ucap Naina ketika Dzaki sudah di dekatnya.

"Tidak usah banyak protes! Ikuti saja dia kalau kau masih ingin beristirahat di hotel ini! " ucao Naina lagi dengan dingin ketika Dzaki hendak membuka mulutnya untuk berbicara.

Naina segera pergi meninggalkan Dzaki dan Dzaki mengikuti pelayan hotel masuk ke dalam lift dengan mengerutu di dalam hati. Pelayan hotel mengantarkan Dzaki ke lantai 5 sesuai dengan pesanan Naina. Ketika hendak membuka pintu kamar hotel, Dzaki mendapat panggilan telepon dari ibunya.

[Ada apa sih Ma? Baru juga sampai hotel di teleponin melulu]

[Dasar anak kurang ajar! Beraninya kamu marahin mama yang sudah capek-capek melahirkan mu ke dunia ini! Bukannya balas budi malah marah-marah sama Mama! ]

[Ya ampun Ma, sensi amat jadi orang. ]

[Ki, bilangin sama Naina kalau Mama dan Diana mau pindah ke rumahnya yang mewah itu! ]

[Astaga Mama! Sabar kenapa sih tunggu kami pulang dari bulan madu dulu.. Sekarang kan Mama tau sendiri kalau Naina yang sekarang ini berbeda dengan Naina yang dulu, yang selalu menempel kayak perangko sama aku. Jangankan mau nempel, liat muka aku aja dia gak mau sekarang ini.]

[Pokoknya Mama gak mau tau ya Ki, Mama sama Diana mau pindah ke rumah mewah itu! Kalau perlu sekarang juga. ]

[Ma, tolong dong sabar sampai kami pulang! Dzaki gak mau hubungan kami menjadi dingin karena permintaan Mama. ]

[Itu urusan kamu yang harus mengambil hati Naina seperti dulu.. Mama gak mau tau pokoknya Mama mau pindah ke rumah itu. ]

[Astaga Mama... Tut... Tut... Tut... ]

"Aaaakkhhhh......Sial.. Sial.. Sial... Gimana mau bujuk Naina coba, kalau Naina tiba-tiba berubah banget, gak kayak dulu lagi! Sial.. Sial.. Sial banget gue!! " umpat Dzaki sambil meninju tembok dinding kamar hotel.

"Lihat saja Naina, akan aku pastikan kamu kembali mengemis cintaku! " batin Dzaki dengan seringai liciknya..

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status