Share

2. Negosiasi

last update Last Updated: 2022-10-18 13:35:08

“Itu tidak benar!” sanggah Damar setelah mendengar namanya disebut oleh Aura.

Bukan hanya emosi, tetapi Damar terlihat sangat frustrasi, hingga membuat pewaris tunggal Sanjaya Furniture itu menyugar rambutnya dengan kasar. Damar menghampiri Cinta yang masih terduduk di lantai.

“Ta!” panggil Damar sambil meraih tangan Cinta. “Aku mohon percayalah kepadaku, kita akan segera menikah, Ta!” sambung Damar sambil membimbing Cinta untuk duduk di kursi yang berada di dekat posisi Utari.

Cinta masih terdiam karena belum sepenuhnya percaya dengan pengakuan Aura. Bagaimana mana mungkin Aura bisa hamil oleh Damar jika selama ini mereka terpisah jarak antara Jakarta dan Solo.

“Kau yakin sedang mengandung? Kau tidak sedang berbohong?” cecar Hesti dengan ketus kepada Aura yang sedari tadi duduk di samping Utari.

Tatapan mata tajam Hesti tampaknya membuat Aura merasa terintimidasi dan tidak berani memberikan jawaban, hingga membuatnya menggenggam erat tangan Utari, seolah meminta bantuan kepada sang ibu.

“Ya, Bu! Aura benar-benar sedang mengandung, tadi saya sendiri yang mengantarnya periksa ke bidan.” Akhirnya Utari yang memberikan jawaban mewakili Aura yang masih terlihat ketakutan.

“Sudah berapa bulan?” tanya Hesti seperti sedang menginterogasi.

“Empat minggu,” sahut Aura mendahului Utari yang juga terlihat akan memberikan jawaban.

Empat minggu, kini Cinta teringat jika sebulan yang lalu Damar melakukan perjalan bisnis ke Solo. Dengan sadar Cinta meminta kepada Damar untuk menemui Aura, sekadar untuk mengetahui kabar sang adik yang sudah lama tidak dia tenggok. Sungguh Cinta tidak mengira akan seperti ini akibatnya.

“Empat minggu?” tanya Cinta entah kepada siapa.

“Kau yakin bayi yang kau kandung adalah anak Damar?” Hesti kembali melontarkan pertanyaan kepada Aura.

“Jika Bu Hesti tidak percaya, Bu Hesti bisa tanya langsung kepada Kak Damar apa yang telah dia lakukan kepada saya saat di Solo.” Setelah  mengakhiri kalimatnya, Aura langsung menangis tergugu merasa terhina oleh pertanyaan Hesti.

Damar tidak peduli dengan perdebatan antara Hesti dan Aura, yang dia pikirkan saat ini hanyalah Cinta. Tentu Damar tidak ingin rencana pernikahannya dengan kekasih hatinya harus kandas karena kehadiran Aura yang tiba-tiba.

“Ta! Aku bisa jelaskan …”

“Kak Damar! Apa Kak Damar lupa dengan apa yang telah kita lalui bersama saat di Solo?” tanya Aura memotong pembicaraan Damar. Suara Aura terdengar sangat nelangsa  karena mengharap sebuah pengakuan dari pria yang berada di depannya. “Kita melakukannya dengan sadar dan penuh gai ….”

“TUTUP MULUTMU!” hardik Hesti dengan mata yang membelalak lebar menatap Aura.

Wanita paruh baya itu sungguh tidak menyangka gadis kecil di depannya, yang dia ketahui sedang menempuh pendidikan D3 di luar kota, tetapi bisa bertindak sangat licik. Hesti seolah lupa di mana saat ini dia berada, wanita yang telah melahirkan Damar itu tidak peduli jika saat ini berada di hadapan Utari, calon besannya.

Utari langsung memegang dadanya, napasnya terlihat menjadi tidak beraturan setelah mendengar suara Hesti yang melengking keras penuh amarah. Cinta bergegas menghampiri sang ibu yang memang sering secara tiba-tiba kesehatannya menurun jika berada dalam keadaan tertekan.

Dalam diam, air mata Cinta jatuh bercucuran. Kini bukan hanya kesehatan Utari yang membebaninya, tetapi keadaan Aura yang sedang mengandung di luar nikah membuatnya harus tetap kuat demi kedua orang yang sangat dia sayangi. Dalam hati Cinta bertekad akan menuntut tanggung jawab dari orang yang sudah merusak masa depan adiknya.

 “Damar! Jawab sejujur-jujurnya, apakah yang dikatakan oleh Aura itu benar?” tanya Hesti yang sudah dikuasai oleh amarah.

“Saya yakin, jika bayi yang sedang dikandung Aura bukanlah anak saya,” tegas Damar tampak tanpa ada keraguan.

“Kak Damar! Bagaimana mungkin kakak melupakan apa yang telah kita lakukan bersama? Bahkan saat ini aku sedang mengandung anak Kak Damar.” Dengan berderai air mata, Aura mengharap agar Damar bersedia mengakui perbuatan yang telah mereka lakukan dan menerima anak yang sedang dia kandung.

“Apa Pak Damar melakukan perbuatan itu dengan Aura?” tanya Cinta dengan tatapan mata sendu berharap kejujuran dari pria yang siang tadi melamarnya.

Rasa percaya yang mulai runtuh membuat Cinta memanggil Damar dengan embel-embel Pak, hingga terdengar sangat formal dan seolah memberi jarak pada hubungannya dengan pria yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya.

“Saya khilaf,” jawab Damar dengan pandangan mata penuh penyesalan menatap ke arah Cinta.

Suasana tiba-tiba menjadi hening, mereka tampak disibukkan dengan pikiran masing-masing. Meskipun tidak mengiyakan tetapi jawaban Damar bisa diartikan telah terjadi hal yang tidak semestinya antara dirinya dengan Aura. Bagi Cinta, pengakuan Damar sudah cukup sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh sakit hati Cinta, bagaikan disayat sembilu kala mengetahui adik dan kekasihnya telah bertindak melampaui batas di belakangnya. Sebuah pengakuan yang akhirnya membuat Cinta harus mengubur dalam-dalam impian indahnya menikah dengan Damar.

Kecewa, sudah tentu kini meraja di hati Cinta. Tetapi tampaknya dia tidak sendiri, karena Hesti pun merasa tidak rela jika Cinta harus gagal menjadi menantunya.

“Damar! Cinta! Secepatnya kalian harus menikah, jika perlu besok. Mama akan mempersiapkan semuanya.”

Ucapan yang terlontar dari mulut Hesti membuat semua yang berada di ruangan itu menjadi terkejut. Aura pun menggelengkan kepalanya sambil meneteskan air mata, tidak terima dengan keputusan yang diambil secara sepihak oleh Hesti.

“Bagaimana dengan nasib Aura dan anaknya jika kami menikah?” Sebuah pertanyaan yang menyiratkan sebuah penolakan terlontar dari mulut Cinta.

“Mama yang akan mengurus adikmu, percayalah pada mama! Setelah anak itu lahir, kalian yang akan menjadi orang tuanya, secara hukum anak itu akan menjadi anak kalian, dan kalian yang akan mengasuh dan merawatnya.”

“Saya tidak bisa, Bu!” tolak Cinta dengan tegas. “Bagaimana dengan masa depan Aura?” sambung Cinta mengalihkan pandangannya kepada sang adik yang sedang menangis.

“Masa depan seperti apa yang kamu harapkan untuk adikmu? Dengan memberikan anaknya kepada kalian, dia bisa melanjutkan pendidikannya. Nanti mama yang akan menanggung semua biaya pendidikannya.”

Sebuah penawaran yang sangat bagus, tetapi bukan tanggung jawab seperti ini yang diinginkan oleh Cinta. Meskipun hatinya terluka, tetapi Cinta tetap menginginkan Damar menikahi Aura.

“Saya tidak bisa, Bu!” tolak Cinta sekali lagi.

Bukan hanya memikirkan nasib Aura kedepannya jika Damar tidak menikahinya, tetapi setelah mengetahui perbuatan Damar dan Aura membuat Cinta merasa tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan sang kekasih. Tentu bayangan sang adik akan selalu menghantui kebersamaannya bersama Damar di masa depan.

“Baik! Jika memang anak yang saat ini sedang dikandung Aura adalah anak Damar, sebagai laki-laki Damar memang harus bertanggung jawab.” Hesti menjeda kalimatnya, wanita paruh baya itu menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Diawali dengan helaan napas panjang, Hesti kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi jika Damar dan Aura menikah, jangan paksa saya untuk mengakui Aura sebagai menantu saya! Mungkin saya akan menganggap Aura sebagai orang lain yang sedang main ke rumah saya, atau mungkin … sebagai pembantu yang bisa disuruh-suruh.”

Tanpa permisi, tanpa pamit dan tanpa mengucap salam, Hesti segera meninggalkan rumah Cinta, bahkan dia tidak mempedulikan Damar yang masih bergeming di posisinya.

Air mata Cinta kembali menetes, betapa pedih hatinya saat merasakan beratnya tidak memiliki seorang ayah yang menjadi pelindung bagi keluarganya. Kini dia harus menggantikan tugas sang ayah untuk mempertahankan harga diri keluarganya yang mungkin memang sudah tidak ada harganya lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   148. Keluarga Bahagia

    Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   147. Lembaran Baru

    “Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   146. Akad Kedua

    Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   145. Ayah

    Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   144. Kedatangan Cantika

    Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   143. Sebuah Kejutan

    Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   142. Doa

    “Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   141. Sadar

    Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   140. Pindah

    Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status