“Saya hanya ingin menegakkan peraturan yang ada di Perusahaan ini, tidak ada maksud lain,” ucap Hesti dengan tenang dan terlihat sangat aroganSuasana ruang rapat yang sudah tegang saat hari masih pagi, dan para karyawan baru saja memulai aktifitasnya. Sangat terasa merusak mood bekerja hari ini, tetapi tampaknya Hesti tidak mempedulikan hal tersebut, karena yang paling penting bagi Hesti adalah bagaimana caranya bisa menyingkirkan Tegar dari Sanjaya Furniture secepatnya.“Untuk saat ini kita tidak bisa mengambil tidakan itu, Ma. Kontribusi Tegar dan Cinta masih sangat dibutuhkan Sanjaya saat ini. Banyak desain Cinta yang sangat laku di pasaran, bahkan Mulia Abadi selalu mengambil desain Cinta untuk proyek bersama kita, sedangkan pengelolaan pabrik sudah mulai membaik setelah kedatangan Tegar. Saya harap mama bisa memahami situasi tersebut.”Damar berusaha meyakinkan Hesti atas keputusan yang baru saja diambilnya. Di Sanjaya Furniture, selama ini memang tidak dijinkan jika pasangan s
Tidak butuh waktu yang lama, kini Hesti sudah mendapatkan surat yang dia inginkan, surat pengunduran diri Tegar dari Sanjaya Furniture. Hesti langsung meraih surat tersebut setelah Tegar meletakkannya di atas meja. Hesti berlagak seperti sedang membaca dengan Saksama, surat yang sebenarnya sudah dia ketahui inti sari isinya. Di sela-sela membaca, sesekali Hesti menatap ke arah Tegar dengan tatapan yang merendahkan seolah-olah telah memenangkan keadaan.“Saya bukan perempuan yang kejam, maka saya tetap memberikan kompensasi atas kerelaanmu mengundurkan diri dari Sanjaya,” ucap Hesti sambil menyodorkan sebuah amplop coklat kecil yang cukup tebal.Tegar terdiam menatap amplop coklat di hadapannya. Seolah sedang terjadi adu pendapat yang sengit di dalam hatinya saat ini, tidak bisa dipungkiri jika sudut hati Tegar merasa terhina oleh pemberian Hesti, ada rasa jika istri sah dari ayahnya itu telah mempermainkan nasibnya dengan uang yang dia miliki. Tetapi sudut hati yang lain seolah memint
“Sejak kapan dia di sini?” tanya Lisa memburu, debaran jantungnya terasa bertalu-talu kala mendengar nama Tegar“Dia berada di Sanjaya, Damar meminta Tegar untuk membantunya mengurus perusahaan yang diwariskan oleh Dharma.”“Bisakah kau membantuku untuk bertemu dengannya?” tanya Lisa dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan wajah yang menggambarkan kerinduan yang mendalam.“Saya akan mencoba untuk berbicara dengannya terlebih dahulu. Jangan terburu-buru, aku takut kalau ternyata dia masih marah padamu, dan justru akan menolak kehadiranmu.”Lisa hanya menganggukkan kepalanya sambil menyeka air mata yang sudah tidak tertahan lagi.“Saya harap kamu bisa lebih bersabar lagi, karena ….” Adnan menggantung kalimatnya, pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terlihat sedang berpikir untuk mencari kalimat yang mudah dipahami oleh Lisa. “Ini semua demi Tegar, karena sepertinya pernikahan yang dia jalani saat ini adalah sebuah jebakan,” sambung Adnan sambil menyentuh punggung tangan Lisa.“Apa m
“Sekarang Tegar kerja apa, Ta?” tanya Damar menunjukkan kepeduliannya, entah kepada Cinta atau kepada Tegar.Dengan sengaja, setelah rapat selesai Damar justru menahan Cinta agar tetap tinggal sejenak di ruang rapat untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap penting oleh Damar.“Belum, Pak!” jawab Cinta dengan senyum ramah.Niat hati hanya ingin bersikap sesantun mungkin di hadapan atasan, tetapi Cinta tidak menyadari jika sikapnya tersebut ternyata kembali menimbulkan debaran rasa di hati Damar yang sampai saat ini masih tetap mencintai mantan kekasihnya tersebut.“Maafkan saya, karena saya tidak bisa membela Tegar di hadapan mama.” Gaya bahasa Cinta yang selalu berusaha formal kepada Damar, akhirnya membuat Damar pun melakukan hal yang sama, dan itu terasa membuat jarak pemisah antara Cinta dan Damar.“Tidak apa-apa, karena memang peraturannya seperti itu,” balas Cinta yang berusaha menerima dan memahami peraturan yang memang sudah ada jauh sebelum dirinya bekerja di Sanjaya Furn
Betapa terkejutnya Cinta saat melihat keadaan rumahnya yang sangat berantakan. Selain itu banyak barang-barang dari dalam rumahnya yang berada di teras yang biasanya juga berfungsi sebagai ruang tamu. Cinta pun bergegas masuk, dilihatnya Tegar dan Janmo tampak sedang sibuk keluar masuk dari kamar Utari“Apa yang kalian lakukan?” tanya Cinta dengan wajah memerah karena menahan marah kala melihat Tegar dan Janmo dengan seenaknya memporak porandakan rumah peninggalan orang tuanya.“Ada banyak rayap, untung ketahuan, jika tidak tentu bahaha kalau sampai ambrol,” jawab Tegar sambil menunjukkan beberapa kayu yang terlihat hampir habis karena ulah rayap.“Lalu?”Sebenarnya Cinta sudah lama tahu jika beberapa bagian rumahnya sudah mulai lapuk karena serangan rayap. Cinta sadar untuk melakukan renovasi pasti membutuhkan uang yang tidak sedikit, maka Cinta berniat setelah uangnya terkumpul baru akan memanggil tukang untuk dimintai bantuan. Untuk urusan desain Cinta sudah memiliki gambaran send
Selesai sudah renovasi rumah Cinta, jika ada yang tidak sesuai dengan desain yang sudah Cinta gambar itu adalah jumlah kamar di lantai mezzanine. Jika di dalam desain Cinta di sana akan dibuat dua kamar, tetapi Tegar hanya merapikan dengan finishing wallpaper dan hanya satu ruangan tanpa sekat sama sekali.Cinta mulai menata kamar tidurnya, hanya sesekali dia memanggil Tegar untuk membantunya saat harus memindahkan barang-barang yang cukup berat. Lega itulah kesan yang Cinta dapatkan dari kamar barunya. Tetapi ada yang membuat Cinta kurang nyaman yaitu kamarnya yang tidak ada sekat dan pintu, sehingga dia merasa waswas jika secara tiba-tiba mendatangi kamarnya. Seperti halnya saat ini, dengan sangat leluasa Tegar bisa datang dan pergi begitu saja.“Sebaiknya kasurnya di sini saja, bisa lebih dekat dengan jendela,” ucap Cinta yang mengarahkan agar Tegar mendorong kasur ke arah jendela.Cinta menyibakkan gorden hingga sinar matahari memasuki kamarnya. Jendela yang dibuat Tegar tepat di
Hari-hari pun dilalui pasangan ini seperti biasanya, meskipun sudah lebih satu bulan hidup bersama tetapi hubungan antara Cinta dan Tegar masih tetap terlihat canggung dan kaku. Cinta tetap bekerja seperti biasa sedangkan Tegar seperti terlalu asik menikmati hidupnya yang saat ini menjadi pengangguran.“Aku berangkat dulu,” pamit Cinta saat akan berangkat kerja, tampak Bella sudah menunggunya di luar.“Hmmm,” sahut Tegar yang masih tertidur.Seolah merasa terganggu tidurnya, Tegar langsung merubah posisi tidurnya yang semula miring menjadi tengkurap dan bantal yang dia gunakan kini beralih fungsi untuk menutupi kepalanya.Cinta hanya mendengus kasar lalu melangkah kaki keluar rumah dan menghampiri Bella. Di hapadan sang sahabat Cinta pun langsung melempar senyum terindah dari bibirnya untuk menutupi semua permasalahan yang sedang mendera hidupnya.Setelah menerima helm dari Bella, Cinta pun bergegas membonceng di belakang. Cinta merasa sangat beruntung bisa memiliki sahabat sebaik Bel
Terdengar suara pintu yang di gedor berulang-ulang, dari suaranya yang sangat keras hingga terasa memekakkan telinga sudah bisa dipasti jika saat ini pelakunya sendang dikuasai oleh amarah.Dengan tertatih dan hanya berbalut handuk, tubuh munggil Aura bergegas melangkah menuju ke arah pintu untuk segera membukanya. Meskipun telinganya sudah biasa dan hatinya pun sudah kebal dengan suara keras yang membentaknya atau kata-kata lembut yang yang berisi sindiran, tetapi tentu Aura tetap berusaha untuk menghindarinya. Bagaimana pun dia harus tetap menjaga hatinya agar bisa bertahan menikmati semua kemewahan yang dia peroleh dari statusnya sebagai istri Damar Sanjaya.Mengetahui pintu sudah mulai terbuka, Damar langsung mendorong pintu itu dengan keras, tanpa mempedulika jika di balik pintu Aura hampir saja terjatuh karena tidak siap dengan dorongan yang dilakukan oleh Damar.“Kak Damar!” panggil Aura dengan wajah yang terlihat ketakutan.“Layani aku malam ini!” ucap Damar dengan tatapan mat