Aku menjalani hari-hari santai di luar negeri.Saat sedang duduk-duduk santai di bawah apartemen menikmati hangatnya sinar matahari, tiba-tiba bayangan seseorang menutupi cahayanya.Ternyata itu adalah rekan kerja yang datang jauh-jauh dari Kota A.Waktu itu, berita perceraianku dan Hoshi memang sempat ramai dibicarakan, sampai-sampai hampir semua orang di kantor tahu di mana aku tinggal.Aku terkejut sekaligus senang saat melihat beberapa sosok lainnya berdiri di bawah pohon besar tak jauh di sana.Begitu kulihat lebih jelas, mereka semua adalah mantan rekan satu divisi di divisi komersial.Dari mereka, aku tahu bahwa tak ada yang memimpin Grup Jihan sekarang dan posisi itu malah diambil alih oleh Mishel.Banyak mitra kerja yang merasa tidak puas.Terutama kerja sama yang dulu berhasil kuperoleh dengan meminum enam gelas brandy sebelum mengundurkan diri.Karena Mishel tak cukup kompeten, mereka menarik investasi dan dan sedang mencari rekan kerja sama baru.Grup Jihan berada di ujung
Setelah sidang berakhir, Hoshi pun menghadangku.Dia menatapku dengan penuh harap, “Demi kebaikanku yang dulu pernah menyelamatkanmu, beri aku kesempatan untuk mengulang semuanya dari awal.”Mishel juga ikut menimpali, “Kak Ratri, kalau bukan karena Kak Hoshi membantu hakim menemukan bukti kalau ibunya memindahkan aset, sidang banding nggak mungkin bisa digelar secepat itu dan kamu juga belum tentu bisa dapat bagian harta.”“Hoshi nggak bisa hidup tanpamu, jadi tolong maafkan kami.”“Tapi aku juga nggak bisa lepas dari Hoshi. Kita berdua bisa bersama melayani satu suami, aku nggak masalah.”Aku melirik ke arah Hoshi. Dia diam saja, yang artinya dia menyetujui ucapan Mishel.Aku memberi isyarat agar mereka ikut denganku ke tempat sepi di gedung pengadilan.Mereka tampak senang, mungkin mengira aku luluh dan mengikuti langkahku.Begitu sampai di tempat sepi, aku memastikan tidak ada orang dan tanpa banyak basa basi, aku mengangkat map dokumen dan plak! Aku menampar wajah Mishel hingga me
Di sebuah kafe yang tenang, aku duduk berhadapan dengan Hoshi. Di antara kami, seolah ada jurang yang tak terjembatani.Pelayan menghidangkan minuman dan roti kami.Akhirnya, Hoshi yang memecah keheningan, “Kalau Mishel adalah alasanmu meninggalkanku, aku bisa mengusirnya.”Dia mengeluarkan dompetnya, memperlihatkan foto dirinya dengan Mishel.Di foto itu, Mishel tampak seperti mahasiswi, tapi perutnya sedikit membuncit.Suara Hoshi serak dan terdengar hancur, “Dulu, aku masih muda dan bodoh. Saat Mishel baru masuk kuliah, aku sudah menghamilinya.”“Aku ingin menikahinya, tapi saat itu Keluarga Jihan sedang jatuh, jadi ibuku nggak setuju. Dia mau aku menikah dengan keluarga terpandang dan menjadi menantu benalu.”Dia menunduk dan melanjutkan, “Ibuku memaksa Mishel untuk menggugurkan kandungan, lalu mengirimnya keluar negeri.”Dia terdiam sebentar, lalu menambahkan, “Aku yang bersalah padanya. Jadi, setelah dia kembali, aku hanya ingin menebus kesalahanku. Tapi, aku nggak menyangka kala
Begitu menerima surat panggilan dari pengadilan, Hoshi langsung mengirim pesan padaku.[Apa lagi yang kamu rencanakan?]Aku tidak membalas.Beberapa hari kemudian, dia mulai gila-gilaan menggangguku, terus menyuruhku melanjutkan proyek sebelumnya.Aku hanya membalas, [Aku sudah mengundurkan diri.]Lalu, aku pun memblokir semua akses kontak darinya.Seorang rekan kerja yang dekat denganku meneleponku sambil menangis, “Kak, tolong baliklah. Pak Hoshi sudah seperti orang gila mencarimu.”“Dia bahkan mengancam kami, katanya kalau nggak bisa menemuimu, gaji bulan ini bakal dipotong semua.”Aku kehabisan kata-kata.“Kalau begitu, kalian ikut denganku saja.”Aku menatap penginapan milikku dan berkata, “Aku tanggung makan dan tempat tinggal kalian, aku juga bisa menggaji kalian.”Selama tujuh tahun bekerja untuk Grup Jihan, aku sudah mengumpulkan cukup banyak koneksi dan modal untuk diriku sendiri.Ini memang salahku, membiarkan masalah antara aku dan Hoshi sampai menyeret karyawan biasa. Aku
Begitu sampai di ruang rapat, yang kulihat bukan hanya Hoshi dan Mishel, tapi juga semua rekan kerja duduk dengan wajah serius.Begitu aku masuk, mereka langsung menatapku dengan ekspresi kesal.Aku tersenyum canggung, membuka berkas dan langsung sadar itu adalah proyek yang direbut oleh Mishel.Begitu melihatku, Hoshi langsung membentak, “Kamu tahu nggak, gara-gara kelalaianmu, perusahaan harus bayar komisi sepuluh kali lipat lebih mahal!”Mishel pun ikut menambahkan, “Iya, kalau nggak mampu, jangan asal ambil tanggung jawab sebesar itu. Jadi kita semua yang kena imbasnya.”Aku menjawab, “Maaf sudah merepotkan semuanya, tapi proyek ini bukan tanggung jawabku.”Hoshi menunjuk nama di bagian atas kontrak dan berkata, “Tapi di sini tertulis kamu penanggung jawab proyeknya.”Aku membalik halaman terakhir kontrak, menjawabnya, “Sesuai prosedur perusahaan, penanggung jawab akhir adalah yang menandatangani halaman terakhir.”Aku menayangkan tanda tangan itu ke layar komputer, tertulis jelas
Lift lantai 99 terbuka. Aku pun berjalan tertatih dengan tongkat, melangkah perlahan menuju tangga darurat.Luka di kakiku belum sembuh, tapi tumitku sudah lecet lagi karena sepatu hak tinggi.Sebuah pesan masuk ke ponselku, Hoshi diminta hadir bersama pendamping wanitanya dalam acara bisnis di lantai satu.Aku baru saja hendak berdiri untuk memberitahunya, Hoshi sudah berjalan ke arahku dan memegang pergelangan kakiku, sambil berkata, “Lain kali pakai sepatu olahraga saja.”Dia mengambil sepasang sepatu olahraga di sampingku dan menggantikannya, “Mulai sekarang, kamu nggak perlu ikut ke acara bisnis lagi.”Di saat yang sama, Mishel membuka pintu kantor dan melangkah keluar dengan pakaian yang rapi.Dia berjalan ke arah Hoshi.Hoshi pun berdiri dan menggandeng tangan mungilnya, sambil berkata, “Kamu kurang cocok tampil di depan umum, biar Mishel saja.”Aku tidak bereaksi dan hanya menjawab pelan.Hoshi pun mengernyit dan bertanya, “Kamu nggak tanya kenapa?”Aku menahan emosi dan menjaw