Share

Bab 7

Author: Adeeva
"Amanda."

"Halo, Bu Cassia."

Amanda masuk ke rumahnya dan bahkan duduk di sofanya. Di depannya tergeletak parfum Cassia. "Ini rumahku, sepertinya nggak terlalu bagus kalau Bu Amanda masuk begitu saja, bukan?"

Cassia menatapnya dan berbicara dengan nada tidak bersahabat. Dia paling membenci orang yang datang tanpa diundang.

"Rumahmu?" Amanda tersenyum, lalu menggoyangkan kunci yang ada di tangannya. "Kalau ini rumahmu, kenapa aku bisa punya kuncinya?" Dia bangkit dan melangkah mendekati Cassia.

"Bu Cassia, kamu mungkin belum tahu, apartemen ini awalnya adalah milik Navish yang dia berikan padaku. Hanya karena aku nggak mau, dia baru memberikannya padamu."

Napas Cassia seolah tertahan. Menatap wanita di depannya, bibirnya terkatup rapat dan kedua tangannya mengepal kuat. Bahkan tempat tinggal ini juga dulunya milik Amanda?

"Parfum ini juga." Amanda mengambil parfum di atas meja, lalu menyemprotkannya ke udara.

"Bu Amanda suka menyentuh barang milik orang lain, ya?"

Cassia melangkah maju dan hendak merebut kembali parfum itu. Itu adalah hadiah paling istimewa yang pernah diberikan Navish padanya.

Namun, Amanda menghindar dengan mudah, lalu berkata dengan tenang, "Kamu tahu dari mana kalau parfum ini milikmu? Mungkin saja, sebenarnya milikku."

"Apa Bu Cassia tahu nama parfum ini? Namanya 'Manda Cassanova'. Parfum ini diracik oleh ahli parfum profesional, khusus dipesan oleh Navish untukku. Satu-satunya di dunia."

"Bu Cassia, aku cuma mau mengingatkan, ada mimpi yang sebaiknya disudahi."

Setelah itu, Amanda pun pergi. Tinggallah Cassia sendirian di apartemen itu. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa tempat ini bukan rumah, melainkan sebuah sangkar. Sementara dirinya ini, hanyalah burung kenari yang dibesarkan di dalamnya.

Amanda benar. Sudah waktunya dia terbangun dari mimpinya.

Cassia membuang semua hadiah yang pernah diberikan Navish padanya. Kecuali beberapa tas, dia berniat menjualnya. Dia pun mulai mencari apartemen baru secara online dan bersiap untuk segera pindah.

Kabar pengunduran dirinya menyebar di kantor. Beberapa rekan kerja merasa berat melepasnya dan mengajaknya untuk kumpul perpisahan di KTV.

Pukul delapan malam, di klub bernama Scarlet, Cassia tiba tepat waktu.

Begitu mendorong pintu ruang karaoke, Cassia langsung melihat Navish dan Amanda yang duduk di sebelahnya.

"Bu Cassia datang!"

Melihat mereka, Cassia langsung ingin pergi. Namun dia terlambat, ada seseorang yang sudah langsung menariknya ke dalam.

"Bu Cassia, lihat seberapa besar pengaruhmu. Pak Navish bahkan hadir langsung!"

Cassia mengernyitkan alisnya. Kalau tahu Navish datang, dia sudah pasti tidak akan hadir.

"Pak Navish, siapa di samping Bapak ini? Nggak mau kenalin ke kami?" tanya seorang manajer yang telah lama mengikuti Navish. Cassia mendongak sedikit dan melihat Navish sedang menggandeng tangan Amanda.

"Aku lupa perkenalkan ke kalian. Ini pacarku, Amanda. Baru pulang dari luar negeri."

Pada saat itu, Cassia seolah-olah mendengar suara hatinya retak. Dia telah menunggu selama 7 tahun dan berharap Navish akan mengakuinya sebagai pacar di hadapan semua orang. Namun sekarang, Navish malah mengumumkan orang lain sebagai pacarnya.

Suasana di dalam ruangan langsung menjadi canggung. Semua orang serempak melihat ke arah Cassia.

Selama bertahun-tahun ini, orang yang selalu berada di sisi Navish adalah Cassia. Semua orang juga menyaksikan sendiri seberapa besar pengorbanan Cassia untuk Navish. Bahkan, mereka mengira Cassia akan menikah dengan Navish suatu saat.

Bahkan Cassia sendiri juga beranggapan seperti itu.

"Ayo, kita bersulang sama Nyonya dulu."

Semua orang mulai menggoda dan mengangkat gelas. Navish melirik Cassia. "Kamu gimana? Katanya mau mengundurkan diri, masa nggak bersulang?"

Cassia punya penyakit lambung karena bekerja terlalu keras untuk Navish. Dokter juga sudah memperingatkannya untuk tidak boleh minum alkohol.

"Aku nggak bisa minum." Cassia menunduk, lalu mengambil segelas air putih dari meja. "Kalau begitu, aku pakai air sebagai gantinya. Aku bersulang untukmu, Nyonya."

Panggilan "Nyonya" itu diucapkannya dengan penuh tekanan. Dia menghabiskan segelas air itu dalam satu tegukan, tetapi Navish tetap merasa tidak puas.

"Kenapa? Setelah mengundurkan diri, bahkan segelas minuman pun nggak mau diminum? Cassia, kamu benar-benar 'hormat' sekali sama aku ya."

Surat pengunduran dirinya masih tersimpan di dalam mobil. Memikirkan bahwa Cassia melakukannya karena emosi, membuat dada Navish terasa sesak.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 26

    "Maksudmu ... kita pernah bertemu sebelumnya?""Waktu wisuda sebagai lulusan terbaik, aku pernah melihatmu. Saat itu, aku kehilangan naskah pidatoku dan kamu yang membantuku mencarinya."Cassia menatap pria di depannya, pikirannya melayang ke masa kuliah.Saat itu, sebagai perwakilan lulusan terbaik, dia harus berpidato. Saat sedang menghafal naskah di belakang panggung, dia memang bertemu dengan seorang mahasiswa laki-laki yang juga sedang bersiap untuk pidato.Naskah pidato pria itu hilang, jadi Cassia membantunya mencarinya cukup lama. Akhirnya, mereka menemukannya di salah satu sudut.Namun, saat itu Cassia terlalu gugup, jadi dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah pria itu. Ternyata itu Jarvis?"Pria itu ... kamu?""Kamu ingat sekarang?"Jarvis tersenyum. "Sayangnya, saat itu kita sudah lulus. Setelah itu, aku mencari kabar tentangmu, tapi nggak bisa menemukan apa pun. Sampai beberapa tahun kemudian, di sebuah acara proyek, aku melihatmu lagi. Aku baru tahu kamu jadi sekret

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 25

    Sebelum Navish sempat menjawab, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari kejauhan."Dengan Bu Amanda?"Jantung Amanda langsung berdetak kencang. Tanpa pikir panjang, dia berbalik untuk kabur, tetapi polisi langsung menangkapnya dan menahannya di dinding."Bu Amanda, 'kan? Kami menduga Anda terlibat dalam kasus penghasutan dan percobaan penganiayaan. Silakan ikut kami untuk membantu penyelidikan!""Aku nggak bersalah! Aku nggak melakukan apa-apa!" Amanda panik. Padahal semuanya sudah diatur dengan rapi. Apa mungkin Jarvis benar-benar ikut campur dalam urusan ini?"Pak Jarvis, terima kasih atas informasinya. Kami akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas!"Cassia mengernyit. Dia mengira masalah ini sudah selesai sejak lama. Tak pernah terbayangkan bahwa Jarvis diam-diam masih menyelidiki semuanya.Hatinya menghangat. Cassia menggenggam tangan Jarvis lebih erat.Navish bertanya dengan bingung, "Kasus penganiayaan? Amanda, apa yang sudah kamu lakukan?""Apa yang dia lakukan?" Cassia tersenyum

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 24

    "Na ... Navish ...." Pria itu tidak menyangka Navish akan tiba-tiba muncul, sampai terkejut setengah mati."Kamu bilang, Jarvis dan Cassia cuma pura-pura nikah?""Aku punya teman yang sangat dekat dengan asistennya Jarvis, katanya memang begitu."Mendengar itu, hati Navish langsung berbunga-bunga. Semangatnya bangkit seketika. Dia baru saja hendak pergi, tetapi teringat pria ini sempat menyebut Cassia sebagai barang bekas. Dia langsung mengambil ember air di samping dan menyiramkannya ke pria itu."Navish! Apa yang kamu lakukan?""Kalau aku dengar sekali lagi kamu menyebut Cassia barang bekas, ganjaran yang bakal kamu terima bukan sekadar air kotor!"Ketika Navish keluar, Cassia juga baru keluar dari toilet wanita. Melihat pria itu, Cassia hanya bisa memutar bola mata dengan pasrah. Dia seharusnya menunggu sampai Navish pergi dulu sebelum keluar.Navish langsung mengadang jalannya, senyuman di bibirnya jelas tidak bisa ditahan. "Cassia, kamu dan Jarvis cuma pura-pura nikah, 'kan? Kalia

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 23

    Setelah Jarvis memposting sesuatu di media sosial, teman-temannya di lingkaran sosial langsung mengajaknya keluar untuk minum. Mereka bahkan secara khusus meminta agar Cassia dibawa juga.Jarvis tahu Cassia tidak suka acara seperti itu, jadi awalnya dia tidak berniat mengajaknya. Namun, Cassia justru mengambil inisiatif. "Aku ikut. Toh kita sudah menikah, bertemu teman-temanmu juga wajar."Yang paling penting, saat ini dia ingin bersama Jarvis. Bertemu dengan teman-temannya, mengenal lebih jauh tentang Jarvis, itu juga hal yang baik.Blue Lounge adalah kelab paling mewah di Kota Jerada. Di ruang VIP lantai dua, Navish datang lebih awal. Begitu dia muncul, semua orang langsung menggodanya."Eh, bukannya Navish biasanya nggak pernah nongol bareng Jarvis? Kok hari ini datang juga?""Amanda mana? Jangan-jangan tahu hari ini mau ketemu Cassia, jadi sengaja nggak dibawa?"Navish sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia hanya melirik tajam, semua orang langsung diam."Kak Navish ...." Aman

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 22

    "Sepertinya dia benar-benar menyesal." Jarvis melihat kesedihan di mata Cassia dan mengira Cassia masih belum bisa melupakan Navish. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"Cassia mengalihkan pandangannya, lalu memeriksa luka di sudut bibir Jarvis dengan cermat. Setelah yakin darahnya sudah berhenti, barulah dia merasa lega. "Aku nggak apa-apa."Jarvis senang melihat Cassia begitu peduli padanya. "Kamu khawatir padaku?""Kamu suamiku. Kalau aku nggak peduli sama kamu, terus peduli sama siapa?" Cassia mengerutkan dahi dengan kesal. "Navish benar-benar gila. Dia sampai berani memukulmu.""Dia benar-benar ingin memperjuangkanmu kembali." Jarvis penasaran dengan isi hati Cassia. Dia takut Cassia akan menyesali pernikahan mereka."Mustahil." Cassia menolak tanpa ragu sedikit pun. "Perasaanku untuknya sudah lama mati.""Hmm." Jarvis menunduk, senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.Cassia menyadarinya. "Kamu sudah dipukul orang, masih bisa senyum?""Kalau dengan

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 21

    Jarvis tak sempat menghindar dan menerima pukulan itu secara langsung. Tubuhnya mundur beberapa langkah karena hantaman keras tersebut.Melihat Jarvis dipukul, Cassia panik dan langsung berlari menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa? Jarvis, kamu baik-baik saja?"Pukulan tadi dilayangkan Navish dengan sekuat tenaga. Mulut Jarvis sampai mengeluarkan darah. Cassia yang tidak tahu harus berbuat apa, buru-buru mengeluarkan tisu dari saku dan menyeka darah di bibirnya."Sakit nggak?""Nggak apa-apa, aku nggak merasa sakit."Jarvis menerima tisu dari tangannya dan tersenyum padanya.Saat itulah, pertahanan terakhir di hati Cassia runtuh. Dia berbalik, menatap Navish dengan sorot mata penuh amarah. "Navish, kamu gila? Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan?""Kamu begitu peduli sama dia?" Melihat raut wajah Cassia yang penuh kepedulian pada Jarvis, hati Navish terasa seperti disayat-sayat.Dulu, tatapan penuh perhatian itu hanya diberikan untuknya. Sejak kapan Cassia mulai menatap pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status