Share

Bab 8

Penulis: Adeeva
"Kak Navish, jangan begini. Hari ini kita datang untuk mengantar kepergian Bu Cassia. Begini saja, Bu Cassia, aku bersulang untukmu sebagai ucapan terima kasih atas perhatianmu pada Navish dan perusahaan selama ini."

Amanda hendak minum, tapi dicegah oleh Navish. "Kamu mau minum apa? Lambungmu nggak sehat, kalau nanti malam kamu sakit dan nggak bisa tidur, gimana?"

"Itu 'kan kejadian tujuh tahun lalu, kamu masih ingat? Sekarang lambungku sudah baik-baik saja, kok!"

Amanda berlagak manja, Navish menyentuh hidungnya sambil berkata, "Sayang, orangnya sendiri saja nggak mau minum, kamu ngapain ikut-ikutan?"

Setiap ucapan Navish bagaikan belati yang menusuk hati Cassia satu per satu. Cassia punya penyakit lambung, Navish tidak tahu. Sedangkan penyakit lambung Amanda tujuh tahun lalu, dia malah masih ingat jelas.

Lantaran tidak ingin melihat mereka lagi, Cassia membuka sebotol bir di meja dan mulai minum diam-diam. Beberapa botol dihabiskannya langsung. Perutnya terasa perih, tapi masih kalah sakit dibanding hatinya.

Navish terkekeh dingin. "Katanya kamu nggak kuat minum? Disuruh minum segelas untuk menyambut Amanda saja nggak mau. Cassia, sejak kapan kamu jadi berhati sempit begini?"

Perutnya mulai mual hebat, Cassia merasa ingin muntah. Dia berlari keluar dari ruang VIP dan masuk ke toilet untuk muntah habis-habisan. Begitu keluar, beberapa pria kekar sudah mengadangnya.

"Wah, ada cewek secantik ini di sini rupanya!"

Cassia mengernyit dan mencoba menghindar, tapi mereka tidak memberinya jalan. "Kalian mau apa?"

"Mau apa? Menurutmu kami mau apa?"

Pria yang paling depan memberi aba-aba dan beberapa pria lain langsung memegangi Cassia. Cassia mulai panik dan hendak berteriak minta tolong, tepat saat itu Amanda datang. Dia memandang Cassia dengan bingung. Belum sempat bicara, dia langsung ditangkap para pria itu.

"Wah, satu lagi datang. Malam ini kita pesta, bawa mereka semua masuk!"

"Jangan! Tolong! Tolong aku!" Amanda menjerit panik, "Jangan sentuh aku! Kak Navish! Tolong aku!"

"Amanda!"

Mendengar teriakan minta tolong, Navish langsung berlari keluar dan menghantam wajah pria itu dengan satu pukulan keras. "Berani-beraninya kamu menyentuh pacarku? Cari mati!"

Navish kemudian menendang perut pria itu, hingga pria tersebut jatuh berlutut ketakutan dan memohon ampun. Amanda ketakutan dan langsung bersembunyi di pelukan Navish dengan tubuh yang gemetaran hebat.

"Kak Navish, aku takut sekali!"

Navish memeluknya erat. "Jangan takut, aku di sini."

"Sialan! Bu Cassia, anak buahku terluka! Kali ini bayarannya harus ditambah!" teriak salah satu pria sambil memegangi perutnya.

Di tengah kekacauan itu, Cassia yang baru saja berhasil melepaskan diri, sedang mengusap kedua tangannya yang memerah karena dicengkeram tadi. Dia bertanya dengan bingung, "Bayaran apa?"

"Katanya kalau kami menculik Amanda, kamu bakal bayar kami! Gimana sih? Sekarang malah mau pura-pura nggak tahu?"

Mendengar hal itu, Navish langsung berubah murka. "Cassia! Kamu yang suruh mereka culik Amanda? Kamu sudah gila?"

Cassia menatap pria di hadapannya dengan senyum sinis. "Navish, kamu nggak lihat aku juga ikut diseret barusan? Selain itu, menurutmu aku orang sepicik itu?"

"Kamu bisa menculik orang atau nggak, aku nggak tahu. Tapi, kamu sanggup menculik Amanda!"

Baru saja kata-kata itu terucap, Amanda yang meringkuk dalam pelukannya mulai menangis tersedu-sedu. "Kak Navish ... kenapa ... kenapa Bu Cassia tega sekali sama aku ...."

Namun, hanya Cassia yang melihat dengan jelas senyum kecil dan tatapan menantang yang sekilas muncul di mata Amanda. Di saat itu jugalah, Cassia sadar. Semua orang ini dipekerjakan oleh Amanda.

"Amanda, kenapa kamu fitnah aku? Aku bahkan nggak kenal mereka!"

"Cukup!" bentak Navish dengan marah. "Cassia, kamu benar-benar sudah nggak bisa diselamatkan lagi!"

"Kak Navish ... kepalaku sakit ...," gumam Amanda dengan lirih.

Detik berikutnya, Amanda berpura-pura pingsan di pelukan Navish. "Amanda! Aku antar kamu ke rumah sakit! Jangan takut!"

Navish mengangkat Amanda dalam gendongan dan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

"Cepat, seret wanita ini masuk! Cepat selesaikan urusannya! Dapat duit, dapat wanita, kerja sama begini sama Bu Amanda enak juga. Lain kali kita kerja sama lagi!"

Amanda?

Cassia hampir tertawa. Dugaannya ternyata benar, semua ini memang drama murahan hasil skenario Amanda sendiri.

Akting Amanda seburuk itu, tapi sayangnya, Navish selamanya tidak akan bisa melihat kenyataannya.

Beberapa pria mengadang jalan keluar Cassia dan berusaha menyeretnya paksa kembali ke dalam ruang VIP. Cassia memandangi sosok Navish yang pergi menjauh. Dia masih mencoba berteriak meminta tolong beberapa kali. Namun, ketika melihat punggung itu tetap tidak bergerak, harapan terakhir di hatinya pun benar-benar runtuh.

"Telanjangin bajunya! Cewek secantik ini, harus kita nikmati sama-sama!"

Mereka menyerbu dan merobek pakaiannya.

Cahaya di matanya mulai kabur. Cassia memutar kepalanya pelan dan tatapannya tertuju pada botol bir di atas meja. Di mata yang mulai buram itu, terselip secercah keputusasaan.

....

Di rumah sakit, Amanda yang sudah tertidur lelap masih terus mengigau di dalam mimpi buruk.

"Ah! Jangan! Tolong!"

Melihat raut wajah Amanda yang ketakutan, Navish merangkulnya dengan sayang. "Sudah nggak apa-apa, Amanda, sekarang kamu aman."

"Kak Navish, aku takut sekali. Kenapa Cassia tega sekali sama aku? Apa dia marah karena aku kembali dan merebutmu darinya?"

Wajah Navish langsung menjadi kaku dan dingin. "Dia nggak punya hak untuk marah. Tenang saja, aku pasti suruh dia minta maaf padamu!"

Setelah menenangkan Amanda, Navish pergi dari rumah sakit dengan wajah penuh amarah dan langsung menuju rumah Cassia. Namun, rumah itu kosong. Dia langsung menelpon asistennya, "Cari tahu ada di mana Cassia sekarang!"

Sambil menunggu, api amarah dalam dada Navish semakin membara.

Berani-beraninya dia semalam nggak pulang?

"Pak Navish, soal Bu Cassia ...."

"Ada apa dengannya? Suruh dia cepat pulang dan kasih penjelasan soal kejadian kemarin!"

"Pak .... Kami menemukan barang-barang pribadi Bu Cassia di Klub Scarlet, tapi dia sendiri menghilang."

"Tadi malam terjadi perkelahian hebat di sana. Polisi sudah datang dan menutup lokasi. Lantai penuh darah dan katanya, ada satu orang yang tewas."

"Apa?"

Tubuh Navish langsung bergetar hebat. "Apa yang kamu bilang barusan?"

"Polisi bilang, kemungkinan besar yang tewas itu ... adalah Bu Cassia."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 26

    "Maksudmu ... kita pernah bertemu sebelumnya?""Waktu wisuda sebagai lulusan terbaik, aku pernah melihatmu. Saat itu, aku kehilangan naskah pidatoku dan kamu yang membantuku mencarinya."Cassia menatap pria di depannya, pikirannya melayang ke masa kuliah.Saat itu, sebagai perwakilan lulusan terbaik, dia harus berpidato. Saat sedang menghafal naskah di belakang panggung, dia memang bertemu dengan seorang mahasiswa laki-laki yang juga sedang bersiap untuk pidato.Naskah pidato pria itu hilang, jadi Cassia membantunya mencarinya cukup lama. Akhirnya, mereka menemukannya di salah satu sudut.Namun, saat itu Cassia terlalu gugup, jadi dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajah pria itu. Ternyata itu Jarvis?"Pria itu ... kamu?""Kamu ingat sekarang?"Jarvis tersenyum. "Sayangnya, saat itu kita sudah lulus. Setelah itu, aku mencari kabar tentangmu, tapi nggak bisa menemukan apa pun. Sampai beberapa tahun kemudian, di sebuah acara proyek, aku melihatmu lagi. Aku baru tahu kamu jadi sekret

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 25

    Sebelum Navish sempat menjawab, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari kejauhan."Dengan Bu Amanda?"Jantung Amanda langsung berdetak kencang. Tanpa pikir panjang, dia berbalik untuk kabur, tetapi polisi langsung menangkapnya dan menahannya di dinding."Bu Amanda, 'kan? Kami menduga Anda terlibat dalam kasus penghasutan dan percobaan penganiayaan. Silakan ikut kami untuk membantu penyelidikan!""Aku nggak bersalah! Aku nggak melakukan apa-apa!" Amanda panik. Padahal semuanya sudah diatur dengan rapi. Apa mungkin Jarvis benar-benar ikut campur dalam urusan ini?"Pak Jarvis, terima kasih atas informasinya. Kami akan menyelidiki kasus ini sampai tuntas!"Cassia mengernyit. Dia mengira masalah ini sudah selesai sejak lama. Tak pernah terbayangkan bahwa Jarvis diam-diam masih menyelidiki semuanya.Hatinya menghangat. Cassia menggenggam tangan Jarvis lebih erat.Navish bertanya dengan bingung, "Kasus penganiayaan? Amanda, apa yang sudah kamu lakukan?""Apa yang dia lakukan?" Cassia tersenyum

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 24

    "Na ... Navish ...." Pria itu tidak menyangka Navish akan tiba-tiba muncul, sampai terkejut setengah mati."Kamu bilang, Jarvis dan Cassia cuma pura-pura nikah?""Aku punya teman yang sangat dekat dengan asistennya Jarvis, katanya memang begitu."Mendengar itu, hati Navish langsung berbunga-bunga. Semangatnya bangkit seketika. Dia baru saja hendak pergi, tetapi teringat pria ini sempat menyebut Cassia sebagai barang bekas. Dia langsung mengambil ember air di samping dan menyiramkannya ke pria itu."Navish! Apa yang kamu lakukan?""Kalau aku dengar sekali lagi kamu menyebut Cassia barang bekas, ganjaran yang bakal kamu terima bukan sekadar air kotor!"Ketika Navish keluar, Cassia juga baru keluar dari toilet wanita. Melihat pria itu, Cassia hanya bisa memutar bola mata dengan pasrah. Dia seharusnya menunggu sampai Navish pergi dulu sebelum keluar.Navish langsung mengadang jalannya, senyuman di bibirnya jelas tidak bisa ditahan. "Cassia, kamu dan Jarvis cuma pura-pura nikah, 'kan? Kalia

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 23

    Setelah Jarvis memposting sesuatu di media sosial, teman-temannya di lingkaran sosial langsung mengajaknya keluar untuk minum. Mereka bahkan secara khusus meminta agar Cassia dibawa juga.Jarvis tahu Cassia tidak suka acara seperti itu, jadi awalnya dia tidak berniat mengajaknya. Namun, Cassia justru mengambil inisiatif. "Aku ikut. Toh kita sudah menikah, bertemu teman-temanmu juga wajar."Yang paling penting, saat ini dia ingin bersama Jarvis. Bertemu dengan teman-temannya, mengenal lebih jauh tentang Jarvis, itu juga hal yang baik.Blue Lounge adalah kelab paling mewah di Kota Jerada. Di ruang VIP lantai dua, Navish datang lebih awal. Begitu dia muncul, semua orang langsung menggodanya."Eh, bukannya Navish biasanya nggak pernah nongol bareng Jarvis? Kok hari ini datang juga?""Amanda mana? Jangan-jangan tahu hari ini mau ketemu Cassia, jadi sengaja nggak dibawa?"Navish sudah menenggak beberapa gelas alkohol. Dia hanya melirik tajam, semua orang langsung diam."Kak Navish ...." Aman

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 22

    "Sepertinya dia benar-benar menyesal." Jarvis melihat kesedihan di mata Cassia dan mengira Cassia masih belum bisa melupakan Navish. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"Cassia mengalihkan pandangannya, lalu memeriksa luka di sudut bibir Jarvis dengan cermat. Setelah yakin darahnya sudah berhenti, barulah dia merasa lega. "Aku nggak apa-apa."Jarvis senang melihat Cassia begitu peduli padanya. "Kamu khawatir padaku?""Kamu suamiku. Kalau aku nggak peduli sama kamu, terus peduli sama siapa?" Cassia mengerutkan dahi dengan kesal. "Navish benar-benar gila. Dia sampai berani memukulmu.""Dia benar-benar ingin memperjuangkanmu kembali." Jarvis penasaran dengan isi hati Cassia. Dia takut Cassia akan menyesali pernikahan mereka."Mustahil." Cassia menolak tanpa ragu sedikit pun. "Perasaanku untuknya sudah lama mati.""Hmm." Jarvis menunduk, senyuman tipis tersungging di sudut bibirnya.Cassia menyadarinya. "Kamu sudah dipukul orang, masih bisa senyum?""Kalau dengan

  • Ketika Cinta Tak Mendapat Musimnya   Bab 21

    Jarvis tak sempat menghindar dan menerima pukulan itu secara langsung. Tubuhnya mundur beberapa langkah karena hantaman keras tersebut.Melihat Jarvis dipukul, Cassia panik dan langsung berlari menghampirinya. "Kamu nggak apa-apa? Jarvis, kamu baik-baik saja?"Pukulan tadi dilayangkan Navish dengan sekuat tenaga. Mulut Jarvis sampai mengeluarkan darah. Cassia yang tidak tahu harus berbuat apa, buru-buru mengeluarkan tisu dari saku dan menyeka darah di bibirnya."Sakit nggak?""Nggak apa-apa, aku nggak merasa sakit."Jarvis menerima tisu dari tangannya dan tersenyum padanya.Saat itulah, pertahanan terakhir di hati Cassia runtuh. Dia berbalik, menatap Navish dengan sorot mata penuh amarah. "Navish, kamu gila? Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan?""Kamu begitu peduli sama dia?" Melihat raut wajah Cassia yang penuh kepedulian pada Jarvis, hati Navish terasa seperti disayat-sayat.Dulu, tatapan penuh perhatian itu hanya diberikan untuknya. Sejak kapan Cassia mulai menatap pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status