Share

Bab 5

Sekitar pukul lima sore, Rafqi sampai di kediamannya. Sebenarnya Aditya sudah memintanya pulang sejak siang tadi, tetapi tentu saja dia tidak mau. Dia tentu merasa khawatir dengan keadaan mamanya. Setelah selesai membersihkan diri, Rafqi keluar kamar untuk mencari putri semata wayangnya.

"Wati!" panggil Rafqi.

"Ya, Pak," pengasuh dari Nasya itu menjawab.

"Nasya rewel?" tanya Rafqi sambil meminta putri kecilnya dari gendongan sang pengasuh.

"Tidak, Pak. Seperti biasa saja," jawab Wati.

Rafqi hanya mengangguk, kini Nasya sudah ada dalam gendongannya dan lelaki itu bermaksud beranjak dari sana, tetapi urung saat mendengar suara Wati

"Pak, bolehkah meminta waktunya sebentar, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan?" pinta pengasuh Nasya iyu.

Rafqi menoleh sekilas kemudian mengangguk. Dia mengurungkan niatnya untuk bermain dengan Nasya di gazebo dekat kolam renang karena Wati terlihat ingin menyampaikan hal yang penting. Kemudian dia melangkah ke ruang keluarga yang terletak tidak jauh dari sana dan diikuti oleh wanita tersebut.

"Ada apa, Wati?" tanya Rafqi setelah duduk di sofa ruang keluarga.

"Be-begini, Pak, saya mau izin berhenti kerja." Walau takut, akhirnya Wati menyampaikan maksudnya.

"Apa?" tanya Rafqi dengan nada sedikit membentak karena terkejut.

"Sa-saya mau izin berhenti bekerja, Pak," ulang wanita itu masih dengan nada yang gugup dan sedikit tergagap.

"Alasannya?" tanya Rafqi dengan suara lebih pelan, dia menyadari kalau pengasuh Nasya katakutan mendengar suaranya tadi.

Mendengar suara bosnya tidak lagi bernada marah, Wati memberanikan diri menatap Rafqi untuk menyampaikan alasannya. "Emak saya di kampung sakit, Pak. Tidak ada yang mengurus karena saya anak tunggal dan bapak saya sudah lama meninggal." Setelah selesai berkata Wati kembali menunduk.

Rafqi menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing, tetapi sebagai seorang anak dia juga mengerti dengan alasan yang diberikan Wati.

"Istri saya baru saja meninggal sementara Mama sekarang sedang sakit. Kalau kamu keluar siapa yang mau jagain Nasya?" keluh Rafqi.

"Iya, Pak, tapi ...." Wati bingung harus menjawab bagaimana lagi.

"Ya sudah, beri saya waktu paling lama dua minggu untuk mencari pengasuh baru untuk Nasya. Kamu tahu 'kan kalau selama ini dia susah menerima kehadiran orang baru?" Akhirnya Rafqi memutuskan.

"Baik, Pak, saya mengerti," jawab Wati.

"Lalu sekarang Ibumu siapa yang merawat?" tanya Rafqi penasaran

"Kebetulan kakak sepupu saya kontrak kerjanya sedang habis dan sekarang sedang libur di kampung, Pak, jadi saya meminta bantuannya untuk menjaga emak sementara waktu," terang Wati.

"Ouh, baguslah kalau begitu jadi ibumu masih ada yang merawat selama saya mencari penggantimu. Kalau perlu kamu kasih dia uang sebagai imbalannya, nanti uangnya dari saya," saran Rafqi.

Wati mengangguk, memahami apa yang di maksud oleh bos lelakinya itu dan dia berniat undur diri karena merasa sudah cukup apa yang ingin di sampaikannya, "Iya, Pak, saya mengerti. Kalau begitu saya permisi. Nasya biar sama saya saja." Pengasuh anak dari Rafqi itu menawarkan diri

"Ah, iya. Tadinya mau ajak dia main ke gazebo, tapi sepertinya tidak jadi. Saya harus menghubungi seseorang untuk mencari pengganti kamu." Rafqi berkata sambil menyerahkan putrinya dan hanya di balas dengan anggukan oleh wanita yang kini berdiri tidak jauh dari sofa yang diduki oleh ayah Nasya. Dia harus segera berusaha mencari pengasuh untuk menggantikan Wati.

Rafqi memandang punggung pengasuh anaknya yang berjalan menjauh. Lelaki itu medesah lelah, mengapa seakan-akan masalah hadir silih berganti hanya dalam kurun waktu yang berdekatan. Di mana dia bisa mendapatkan pengasuh anaknya dalam waktu hanya dua minggu? Apa dia harus menghubungi jasa penyedia Baby Sitter? Atau meminta bantuan kedua kakak perempuannya yang super sibuk?

Saat pikirannya tengah sibuk memikirkan di mana dia bisa mendapatkan pengganti Wati, sebuah pesan masuk keponselnya. Sekilas lelaki itu melihat nama David tertera di sana. Orang kepercayaannya itu terlihat mengirim beberapa foto. Tanpa pikir panjang, Rafqi segera membuka pesan itu.

Ayah dari Nasya itu mengerutkan keningnya saat membuka foto yang dikirim oleh David. Ternyata itu berupa foto bukti transaksi dan transfer Puspa untuk Danu dengan jumlah yag sedikit mengagetkan untuknya. Walau jumlah itu tidaklah terlalu besar untuk seoarang Rafqi Aulian Darmawan. Namun jujur saja dia sangat penasaran, untuk apa Puspa mentransfer sejumlah uang itu pada lelaki itu? Apa mereka berencana membuka bisnis bersama?

Untuk mengobati rasa penasarannya Rafqi segera menekan nomor David guna memberikan tugas baru.

"Vid, kamu cari tahu tentang keseharian Danu semasa hidupnya. Uang yang masuk untuk lelaki itu tidak sedikit, jangan-jangan lelaki itu sengaja memanfaatkan uang Puspa. Jangan lupa kamu juga harus cari tahu kabar terbaru tentang istri Danu yang bernama Nazia Syakia!" Rafqi berkata tanpa jeda untuk mejelaskan tugas yang harus di kerjakan oleh seeorang bernama David itu.

"Siap! Sebenarnya saya sudah punya beberapa rincian dipakai untuk apa saja uang itu, tetapi hanya sedikit," jawab seseorang di seberang sana.

"Saya mau yang lebih rinci. Sedikit banyak Puspa memakai uang dariku. Oiya, cari pengasuh baru untuk Nasya. Pengasuh yang sekarang mau berhenti, harus yang bagus, jangan asal!"

Tanpa menunggu kesanggupan dari David, Rafqi mematikan panggilan teleponnya. David adalah orang kepercayaannya yang sudah tidak perlu lagi di ragukan kemampuannya. Lelaki itu juga sangat setia pada Rafqi. Sebenarnya mereka dulu kuliah d kampus yang sama. Namun karena suatu hal, David tidak bisa menyelesaikan kuliahnya dan malah terjun ke dunia hitam. Singkat cerita, Rafqi secara tidak sengaja pernah menolong nyawa lelaki itu , semenjak itu ayah dari Nasya meminta David untuk keluar dari dunia hitam dan bekerja dengannya. Merasa berhutang budi, lelaki itu tidak berani menolak permintaan Rafqi.

Ponsel Rafqi kembali menerima pesan dari David, dengan tidak sabar lelaki itu membukanya. Kembali dahinya mengernyit, dia membaca pesan yang dikirim oleh teman sekaligus orang kepercayaannya dan membuat rasa penasarannya semakin tinggi. Ternyata Danu dan Puspa sudah berhubungan sejak satu tahun yang lalu? Dari mana saja dia sampai tidak menyadarinya? Atau selama ini dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri? Ah, untuk apa dia merasa penasaran dengan semua ini, bukankah sejak awal menikah dia sudah punya perjanjian dengan Puspa untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing?

Rafqi bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruang kerja pribadinya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan hari ini tetapi tertunda karena menunggui sang mama di rumah sakit. Tidak lupa tadi dia juga mengirim pesan untuk kedua kakak perempuannya meminta bantuan mencarikan pengasuh terbaik untuk Nasya. Bagaimanapun hubungannya dengan Puspa selama ini, Rafqi tetaplah mengahargai wanita itu sebagai ibu dari putri cantiknya, juga menyayangi buah hatinya itu dengan segenap jiwa dan raga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status