Share

Ketika Dusta dan Cinta Bertemu
Ketika Dusta dan Cinta Bertemu
Penulis: Jiji

Bab 1

Penulis: Jiji
Kekasih masa kecilku berjanji akan menikahiku begitu kami cukup umur, tapi malah terang-terangan memberikan cincin kepada kakak tiriku, Jessica, di hari pernikahanku.

Yohan-lah, pewaris mafia yang ditakuti semua orang, melangkah dengan lantang mengatakan bahwa akulah wanita yang telah dia cintai diam-diam selama bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan kami, setiap keinginanku kecil yang tanpa sengaja aku ucapkan akan selalu dia wujudkan. Sampai aku benar-benar percaya bahwa akulah pusat dari seluruh dunianya.

Sampai suatu hari, saat aku sedang merapikan rak buku, tanpa sengaja aku menjatuhkan sebuah berkas rahasia yang tersembunyi di bagian terdalam rak milik Yohan.

Halaman pertama adalah data Jessica dan di atasnya, tertulis tulisan tangan Yohan dengan tinta merah tebal [Terpenting, lindungi Jessica.]

Lalu di bawahnya, terdapat laporan misi yang sangat aku kenali. Misi yang sangat kutakuti.

Malam itu, ada yang mencoba membunuhku. Begitu bantuan tiba, aku hampir mati kehabisan darah.

Saat sadar di rumah sakit, aku baru tahu bahwa janin kecil di rahimku sudah tiada.

Aku menangis sejadi-jadinya di pelukan Yohan, aku sangat hancur. Tapi aku tidak memberitahunya tentang kehilangan itu, aku tidak ingin membuatnya lebih khawatir lagi.

Baru sekarang aku mengerti bahwa malam itu, Jessica juga mendapat percobaan pembunuhan. Perintah yang dikeluarkan Yohan adalah, "Selamatkan Jessica terlebih dulu."

Air mataku menetes di atas kertas itu, membuat tulisan merahnya memudar.

"Baiklah." Aku berbisik di tengah kesunyian, suaraku serak tapi tegas. "Kalau pernikahan kita hanyalah kebohongan yang kamu rancang dengan cermat, maka aku akan menghilang dari duniamu … untuk selamanya."

Setelah mengatur kepergianku, aku menutup teleponku dan menyelipkan dokumen rahasia itu kembali ke tempatnya.

Setelah itu, aroma familiar tembakau tercium dari luar pintu. Aku refleks mendongak.

Itu dia.

Yohan masuk ke dalam. Jas hitamnya masih membawa hawa dinginnya malam.

Dia memelukku dari belakang. Dadanya yang hangat menempel erat di punggungku. Suaranya rendah, lembut dan mengandung kekuatan magnetis. "Kenapa belum tidur?"

"Nggak apa-apa, hanya memikirkan ide permainan baru untuk acara tahunan klub keluarga." Aku tersenyum, berusaha membuat suaraku terdengar penuh harapan seperti biasa.

Dia menunduk dan mencium puncak kepalaku. "Jangan terlalu memaksakan diri. Kamu sudah terlalu sering begadang. Aku sudah memperkerjakan seorang pemantau kesehatan untukmu."

Selama lima tahun pernikahan kami, kasih sayang Yohan padaku menjadi hal yang disaksikan semua orang.

Dia bisa mengenakan celemek dan meneliti resep baru hanya karena aku berkata tidak punya selera makan. Ketika aku sulit tidur, dia akan memelukku erat dan menyenandungkan lagu pengantar tidur.

Semua orang berkata bahwa pewaris keluarga mafia itu berhati dingin dan tak berperasaan, tapi dia hanya memberikan kelembutan hatinya padaku.

Aku pernah percaya aku telah sepenuhnya memiliki kelembutan itu selamanya.

Namun sekarang, aku akhirnya paham bahwa pernikahan ini hanya tameng belaka untuknya. Sebuah tameng untuk melindungi Jessica.

"Omong-omong."

Yohan merapikan sehelai rambut yang jatuh di pipiku dan menyelipkannya ke belakang telingaku seraya bicara santai.

"Besok kita akan menghadiri jamuan makan malam di rumah orang tuamu untuk merayakan kehamilan kakak tirimu, Jessica." Dia berhenti sejenak, seperti ragu lalu segera melanjutkan, "Juga, untuk merayakan pengangkatannya sebagai kepala klub keluarga kita. Kamu nggak perlu ikut, aku akan mewakilimu mengirimkan hadiah ucapan selamat. Setelah itu, aku akan segera pulang menemuimu."

Darahku seolah seketika membeku.

Klub keluarga didirikan dan dikelola olehku selama tiga tahun. Di permukaan, klub itu tampak seperti klub hiburan papan atas dengan sistem keanggotaan. Tapi, kenyataannya, klub ini berfungsi sebagai pusat intelijen terpenting keluarga mafia kami.

Demi mengelolanya secara efektif, aku telah mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran.

Tidak hanya merancang permainan-permainan yang cukup menarik untuk membuat para konglomerat rela menghamburkan uang, sekaligus lihai menavigasi jaringan rumit faksi-faksi demi mendapatkan keuntungan terbesar bagi keluarga.

Namun sekarang … dia malah memberikannya pada orang lain.

Aku menahan gemetar pada suaraku dan berkata dengan datar, "Kenapa? Klub itu selalu aku yang urus. Untuk proyek permainan baru tahun ini, bahkan Ketua sendiri sudah menyetujui rancangan dariku …."

Dia memotong perkataanku dengan nada yang lembut, tapi kejam.

"Aku sudah bicara dengan Ketua, untuk sementara, Jessica yang akan mengambil alih. Kamu tahu dia sedang hamil, suasana hatinya sering tidak stabil. Jadi, aku pikir memberinya klub itu bisa membuatnya senang. Lagi pula, aku nggak tega melihatmu terus-menerus kelelahan mengurus semuanya. Gunakan waktu ini untuk beristirahat di rumah, hm?"

Aku menundukkan kepalaku, berusaha menyembunyikan sorot hancur di mataku.

Dia baru saja mengubah hasil kerja keras dan kebanggaanku … menjadi sebuah mainan, sekadar alat untuk menenangkan emosi wanita lain.

Namun, dia sama sekali tidak menyadari betapa sakitnya hatiku. Dia menunduk dan mengecup lembut keningku.

"Lusa adalah hari ulang tahunmu. Aku sudah menyiapkan kejutan untukmu. Oh ya, aku juga menyuruh kepala pelayan menaruh banyak bunga gardenia di kamarmu. Aku ingat kamu sangat menyukai aroma bunga, 'kan?"

Aroma bunga...

Ya, aku memang menyukai aroma bunga … kecuali bunga gardenia.

Pada suatu malam setelah kami menikah, udara terasa lembap dan hangat. Anak kecil dari rumah sebelah berlari ke arahku sambil membawa bunga gardenia segar, lalu menyodorkannya padaku dengan tersenyum.

Aku tidak tega menolak ketulusannya, jadi aku hanya tersenyum dan menerima bunga itu. Tapi tak lama kemudian, dadaku terasa sesak, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram kuat.

Napasku tersengal-sengal dan kulitku mulai muncul ruam merah di seluruh tubuh.

Yohan yang biasanya tenang dan kuat, saat itu benar-benar panik.

Dia menggendongku dengan tangan yang gemetar, suaranya bergetar saat dia terus memanggil namaku, sambil memerintahkan anak buahnya untuk segera menyalakan mobil dan melaju ke rumah sakit.

Di ruang tunggu rumah sakit, dia menggenggam tanganku erat. Keningnya dipenuhi keringat dingin, suaranya serak dan gemetar saat terus-menerus bertanya pada dokter, "Napasnya makin cepat, apa dia dalam bahaya? Bisakah segera memberinya obat?"

Ketika gejalaku perlahan mereda, dia tetap tak tenang. Sepanjang malam dia duduk di samping ranjangku tanpa minum seteguk air pun.

Tapi sekarang, dia sudah melupakannya.

Atau mungkin … dia sebenarnya memang tidak lupa.

Aku teringat pada berkas rahasia yang kulihat sebelumnya.

Di kolom "bunga favorit" milik Jessica, tertulis dengan jelas yaitu bunga gardenia.

Ternyata orang yang ingin dia berikan bunga itu bukanlah aku.

Aku mengangkat kepala lagi, berusaha menampilkan senyum sempurna di wajahku.

"Terima kasih, tapi nggak usah, akhir-akhir ini aku lebih suka aroma udara segar. Untuk ulang tahunku nanti, bisakah kamu mengosongkan jadwalmu? Aku sudah menyiapkan sesuatu dan aku ingin kamu ada di sisiku."

Dia mengangguk, suaranya penuh cinta, "Tentu saja, apapun yang diinginkan istriku, akan aku turuti."

Malam itu, aku hanya bolak-balik di atas ranjang, aku nggak bisa tidur.

Lengan Yohan melingkar erat di sekelilingku. Saat aku berusaha melepaskan diri dengan hati-hati, sesuatu jatuh dari sakunya dan berguling di atas karpet.

Aku menunduk untuk mengambilnya, itu sebuah lipstik.

Wadahnya berwarna hitam dengan tepi berlapis emas, di dalamnya adalah warna merah paling mencolok, warna yang sering kulihat di bibir Jessica.

Banyak orang dengan iri bertanya padanya di mana dia membeli lipstik itu. Dia hanya tersenyum sambil berkata itu adalah rahasia.

Ternyata warna itu adalah hasil pesanan pribadi dari Yohan untuknya.

Pada saat itu, aku sepenuhnya menyerah.

Dua hari lagi, aku akan memberinya hal yang paling dia inginkan.

Aku akan menghilang dari dunianya. Selamanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 9

    Di dalam presidential suite hotel, dokter pribadi baru saja selesai merawat luka di punggung Leon. Dia masih terlihat pucat karena kehilangan terlalu banyak darah.Aku duduk di tepi ranjangnya sambil membawa segelas air hangat, menatapnya yang tertidur lelap. Hanya setelah itu aku baru bisa merasa tenang.Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk perlahan.Itu Yohan.Dia berdiri di ambang pintu sendirian, tanpa pengawal, tanpa aura berkuasa yang dulu selalu mengelilinginya.Tatapannya bertemu denganku. Tatapan itu penuh dengan penyesalan, nyaris memohon."Jianna .…" Suaranya serak, "Bisa kita ... bicara sebentar?"Aku menutup pintu kamar Leon. Lalu berjalan bersama ke dekat jendela setinggi langit-langit di ruang tamu."Jianna, aku salah," ujarnya sambil menatap mataku. Matanya merah karena kelelahan. "Sejak kamu menghilang, aku baru sadar betapa bodohnya aku. Aku teringat, bagaimana kamu belajar tiga tahun demi membuat sup bergizi untukku karena perutku sensitif. Nggak peduli betapa laru

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 8

    "Jesscia," kataku tenang, suaraku sedingin berbicara dengan orang asing. "Ini hotel pribadi. Kalau kamu terus membuat masalah di sini, aku akan menyuruh petugas keamanan mengantarmu keluar.""Mengantarku keluar?!" Dia tertawa terbahak-bahak seolah-olah mendengar lelucon terbesar di dunia. "Jianna, dasar jalang! Kamu menghancurkan segalanya, pernikahanku, reputasiku dan sekarang kamu berani bertingkah seperti wanita simpanan yang angkuh di sini? Kalau bukan karenamu, bagaimana mungkin aku berakhir dalam kekacauan ini!"Matanya membara dengan kebencian, seolah ingin mencabik-cabikku. "Bahkan Yohan ... dia mengabaikanku untukmu, dasar jalang! Kamu pikir kamu benar-benar menang?"Sebelum Jessica sempat menyelesaikan kalimatnya, dia menerjangku seperti orang gila, mencakar tepat ke wajahku.Sebelum aku sempat mundur, sesosok tubuh menghalangi jalanku.Itu Leon, pelanggan tetap kafe yang mengundangku ke sini sekaligus pewaris hotel ini. "Nyonya, tolong kendalikan dirimu." Leon mencengkeram

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 7

    Keesokan harinya, aku menerima pesan terakhir dari kontak rahasiaku. Isinya adalah sebuah tautan berita ekonomi, laporan tentang Yohan.Berita itu menulis bahwa pewaris keluarga mafia yang dulu dikenal berpengaruh itu sudah berbulan-bulan tak pernah muncul di depan publik. Semua urusan keluarga kini telah dia serahkan sepenuhnya kepada wakilnya. Artikel itu juga memuat sebuah foto hasil jepretan diam diam Yohan yang tengah berdiri sendirian di halaman tempat terjadinya kecelakaan itu.Tubuhnya tampak kurus dan tanpa ekspresi.Aku menatap foto itu cukup lama. Hatiku tidak lagi menyimpan dendam atau kebencian, hanya ketenangan yang tidak bisa dijelaskan.Penyesalannya mungkin tulus, tapi memangnya kenapa?Aku bukan lagi 'istrinya' yang menjadi tameng atas kepura-puraan dirinya dan aku juga tidak ingin menerima tebusan atas segala kesalahannya."Nona Jenna." Suara itu memecah lamunanku, suara pria yang sudah menjadi pelanggan tetap di kafe.Aku menoleh dan dia berdiri di samping mejaku.H

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 6

    Meski begitu, aku tetap meminta kontak rahasiaku mengirimkan ringkasan laporan akhir.Laporannya sangat singkat. Setelah diceraikan oleh suaminya dan diusir dari keluarga mafia, Jessica benar-benar menghilang dari lingkaran sosial para bangsawan. Sedangkan Yohan, setelah menggunakan segala daya dan kekuatannya untuk mencariku hingga hampir separuh dunia, tetap tidak menemukan apa pun. Menurut laporan, sudah lama dia tidak muncul di hadapan publik. Kini dia menjadi sosok yang muram dan terobsesi. Sama sekali bukan lagi pria yang dulu kukenal.Aku menatap laporan itu tanpa ekspresi, lalu menghapus seluruh data kontak rahasia dan laporan tersebut, selamanya.Dia mulai menyesal, tapi aku sudah lama pergi dari dunianya。Semua penyesalan dan kasih sayang yang datang terlambat itu bagiku hanyalah lelucon."Jenna, latte art-mu cantik sekali!" Suara ceria pelayan baru di bar membuyarkan pikiranku.Aku segera mendorong cangkir ke arahnya sambil tersenyum lembut. "Cuma gambar mawar biasa. Cepat,

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 5

    Email terjadwal yang kukirim itu adalah pengadilanku sendiri untuk Yohan, sekaligus perpisahan terakhirku dengan pernikahan tidak masuk akal yang pernah kami jalani.Ketika email itu seperti bom tepat sasaran meledak di dunianya, aku sedang duduk di sebuah apartemen kecil di kota pegunungan dingin yang asing, jauh dari segala masa lalu.Di sini, tidak ada keluarga mafia, tidak ada Yohan. Hanya sebuah kamar sunyi dan jendela yang menghadap ke puncak gunung.Aku memulai hidup baru dengan identitas baru, yaitu Jenna dan sepenuhnya mengucapkan selamat tinggal pada Jianna. Perempuan yang dulu harus berhati-hati dan selalu berusaha keras untuk membuktikan dirinya.Tidak ada seorang pun yang tahu di mana aku bersembunyi, dan tak seorang pun yang tahu bahwa aku sudah lama bersiap untuk menghabiskan sisa hidupku dalam kesunyian ini.Saat pertama kali pindah ke kota kecil ini, aku menolak berbicara dengan siapa pun.Hari-hariku hanya dihabiskan antara dua tempat, kafe tempatku bekerja dan aparte

  • Ketika Dusta dan Cinta Bertemu   Bab 4

    Yohan terpaku sesaat, lalu dengan cepat mencengkeram kerah seragam anak buah itu. Seketika auranya menjadi kejam. "Apa kamu bilang barusan?!"Anak buah itu tergagap gugup, "B … Bos … Nyonya bilang dia ingin naik sendiri. Lalu, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan balon udara itu langsung meledak jatuh ke laut.""Nyonya terlihat sangat murung sebelumnya. Ini jelas bunuh diri!""Mustahil! Aku nggak percaya! Dia nggak mungkin melakukan itu!" Yohan memotong perkataan bawahannya, suaranya serak. "Kenapa nggak ada satu pun yang memberitahuku saat dia naik balon udara sendirian?!"Anak buah itu ragu sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, "Bos, aku sudah mencoba meneleponmu sepanjang malam. Tapi, ponselmu nggak aktif …."Yohan segera merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. Layarnya hitam total, tidak responsif dengan tekanan apapun.Dia mencoba menyalakan ponsel itu sambil menoleh tajam ke arah Jessica. Sorot matanya sedingin es. "Kamu yang matikan ponselku?"Jessica terdiam sesaat karena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status