Share

Kabar Buruk di Pagi hari

"Saya hanya ingin adil. Wajar jika Reno mendapat bagian jauh lebih banyak. Dia yang merawat saya hingga tua nanti."

Bunda meletakkan empat cangkir teh hangat di atas meja kemudian duduk di sampingku. Wajah bunda ditekuk dengan menatap tajam perempuan di hadapannya.

Ruang tamu bunda tertata dengan rapi. Ada sebuah bunga cukup besar di sudut ruangan. Kursi kayu di tatap berhadapan dengan sebuah meja menjadi pembatasnya.

"Adil ibu bilang? Kalau memang tanah itu akan dijual, seharusnya ibu melarang Reza dan Lili untuk membangun rumah di sana. Ini malah tidak, eh ... giliran sudah jadi malah dijual."

"Ibu kalau tidak tahu gak usah banyak ngomong."

Seketika bunda diam, tangannya mengepal dengan mata melotot mau copot. Kalau didiamkan perang dunia an benar-benar terjadi.

"Sudah, Bun," ucapku seraya menggenggam tangan yang sempat mengepal di samping.

"Mertua kamu keterlaluan, Li," bisiknya tapi terdengar begitu jelas di telingaku.

"Sudah, Bun. Capek kalau adu mulut sama mereka, gak bisa mena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status