Share

Kabar Buruk

"Kita berkemas sekarang, Li. Besok pagi kita berangkat ke Salatiga."

"Salatiga ... mau ngapain, Mas? Bukannya besok kamu kerja?"

Aku masih tak mengerti kenapa Mas Reza tiba-tiba mengajakku pulang kampung. Apa mungkin ada sesuatu yang darurat, tapi apa? Jangan bilang ada kabar duka.

Mas Reza menghela napas beberapa kali. Tanpa diminta bulir demi bulir jatuh membasahi pipi. Apa jangan-jangan dugaanku benar, ada keluarganya yang meninggal? Bapak atau ibu?

Astagfirullah ... kenapa aku jadi berpikiran yang tidak-tidak?

"Bapak gak kenapa-kenapa, kan, Mas?"

Sontak ingatan tertuju pada bapak mertua. Beliau sering kali mengeluh kecapekan di usianya yang sudah kepala enam.

"Bukan bapak, Li. Rara hamil."

Aku melotot dengan mulut terbuka lebar. Rara hamil, gadis itu hamil? Kenapa bisa seperti ini?

Tunggu ... aku tidak salah dengar, kan?

"Perempuan yang datang tadi pasti Rara, Li. Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Kenapa Rara bisa hamil. Kenapa dia tega mencoreng nama baik keluarga?"

Aku mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status