Share

Dunia seolah hancur

Dunia seolah hancur

[Sayang, Abang gak pulang, ya? Ada meeting aku masih di luar kota.]

Eliana merasa jikalau semuanya hanya sandiwara belaka. Ia harus kuat menjalani ini semua. 

[Iya.]

Tidak ada lagi balasan. Mungkin Satria lagi sibuk dengan kerjaannya. Eliana segera membersihkan tubuh usai melakukan aktivitas yang melelahkan, bagaimana tidak sepanjang hari ia menjalankan peran ganda. Menjadi seorang ibu juga mengurus anak begitulah kerjaannya setiap hari. 

Eliana duduk di tepi ranjang, melepas penat setelah seharian Daffa rewel minta gendong, ia melirik jam yang berdenting di dinding, pukul 8 malam. Bagaimana tidak Ayah dan Ibunya tak mengizinkannya menikah dengan Satria, namun Eliana berusaha meyakinkan bahwa Satria adalah laki-laki baik. 

Ia berjalan mendekati jendela rumah yang begitu sederhana, selama ini mereka memang tidur di ranjang mini. Mereka selalu berbagi ranjang, kadang Satria rela tidur di lantai. Namun, Eliana begitu bahagia karena suaminya begitu perhatian dan manja kala itu. 

Eliana masih tak habis pikir, bagaimana bisa saat ini suaminya menyukai wanita lain. Terlebih yang di sukai adalah seperti bosnya tempat suaminya bekerja. Eliana beranjak dari peraduan, kakinya perlahan menyentuh dinginnya lantai tubuhnya seolah sedingin salju. Membayangkan entah bagaimana nasibnya jika suaminya benar-benar mendua darinya. 

Sejenak Eliana duduk di depan cermin yang ada di ruangan itu. Cermin panjang yang menempel di meja riasnya. Mungkin memang ia tak cantik lagi, ia tersenyum pada gambar dirinya di cermin. Karena kesibukannya ia tak sempat berdandan, hanya terlihat alami tanpa polesan. Berharap bahwa dirinya nanti pasti akan baik-baik saja.

Dada Eliana berdetak hebat, saat memandang anaknya, bagaimana bisa suaminya berbuat seperti ini, Eliana berusaha mengontrol detak jantungnya yang naik turun. Berusaha membuang semua pikiran kotornya, pikiran yang begitu ditakutkan oleh Eliana. Jika pernikahannya akan usai saat ada perempuan lain di hati suaminya. 

Eliana memutar knop pintu, menarik dengan pelan dan segera keluar kamar. Menuju ruang tamu, dan berada di sofa di depan TV dan memilih menyalakan gawainya, meski penasaran dengan respon yang diberikan Satria saat ada orang yang berani mengirimi foto juga vidio suaminya.

Apa yang akan Satria nanti katakan demi menutupi wanita simpanannya itu. Memikirkan itu yang membuat Eliana makin terpuruk, sebisa mungkin Eliana menghibur diri. Tak lama kemudian ia kembali ke kamar dan menemani Daffa tidur, lalu bagaimana cara membongkar skandalnya dengan wanita itu yang di kirim oleh nomor tak di kenal.

Pagi cerah seperti biasa Eliana membersihkan rumah juga memandikan Daffa, suara pintu dari luar membuat Eliana bertanya-tanya siapa pagi-pagi mengetuk pintu, tidak mungkin suaminya karena semalam bilang jika belum pulang hari ini. 

"Mbak El, apa kabar, bagaimana kabar Daffa?" tanya Sonya. 

Sonya anak kost yang berasal di samping rumahnya, memberi oleh-oleh. Gadis ini yang biasa mengajak Daffa saat Eliana sibuk memasak juga mencuci baju. 

"Sonya, Kapan baliknya dari Jogjakarta sudah di rumah saja... hmm Daffa baru sembuh dari sakitnya."

"Semalam Mbak, aduh kasihan sekali Daffa harus diinfus? maaf Mbak El, Sonya gak tahu."

"Ya santai saja gapapa kok, lagian Dafa juga sudah sembuh Alhamdulillah. Ayo masuk Sonya?"

"Alhamdulillah kalau gitu Iya, Mbak. "

Sonya masuk menemui Daffa yang sedang bermain sambil duduk. Daffa belum bisa berjalan usianya baru tujuh bulan. Hari sudah mulai siang, sinar matahari sudah begitu terik, Sonya izin pulang karena mau kuliah. 

"Mbak, Sonya izin pulang ya jika ada apa-apa telepon saja," ucap Sonya tersenyum ke arah Eliana yang telah begitu baik padanya. 

"Baiklah Sonya, hati-hati maaf jika Mbak merepotkan terus."

"Sama Mbak El, Sonya juga di sini tidak punya siapa-siapa hanya Mbak El yang Sonya kenal, sudah Mbak aku pulang dulu ya. Assalamu'alaikum.

"W*'alaikumsalam."

Langit berubah warna kekuningan pertanda sore sudah berganti gelap dan berganti malam. Satria pulang dengan wajah lemas, berjalan menuju sofa, ia melempar tubuhnya di sana. Eliana mengamati suaminya tak biasanya ia begini. Eliana berjalan menuju dapur dan membuatkan secangkir teh hangat untuk suaminya. Tangan kekar Satria bergerak mengambil segelas teh hangat yang Eliana siapkan. Ia langsung meneguknya sampai tak tersisa.

"Bang kenapa bisa babak belur begitu? Apa karena wanita jadi seperti itu?" tanya Eliana penuh curiga. 

Dengan cepat Eliana mengambil kain juga air hangat untuk mengelap luka suaminya. 

"Wanita siapa? Ini karena lembur tadi El? jadi ada yang berusaha menggoda Bos makanya aku bantuin."

Deg ... sampai segitunya hingga rela babak belur karena wanita itu. 

"Ya kan, karena wanita kan," ucap Eliana dengan pelan mengompres luka suaminya. 

"Bukannya pulang di peluk, di sayang, ini malah ngajak berantem," ujar Satria kesal. 

Sesaat Eliana kesal juga ingin tertawa, ia tak menyangka jika suaminya tega berbuat seperti ini.

"Daffa bagaimana? Apa kau teledor lagi mengurusnya," pekiknya dengan nada keras, membuat Eliana mendadak kaget. 

"Baik."

Mata Satria terbelalak, merasa jika istrinya begitu acuh padanya. 

"Suami pulang bukannya disambut hangat ini malah manyun saja, malas aku," ucapnya membuat Eliana mendadak tak mengerti. 

Rasa sakit El sudah mendarah daging, ia mengatur nafasnya agar tak tumbang. 

"El ...." Panggilnya lantang

Eliana bergeming, tak bergerak sedikit pun. Masih sama, di posisi yang nyaman sambil membalas tatapan suaminya. Raut wajah Satria sudah berubah saat memandang istrinya, ada sedikit kemarahan di sana. 

"Apa lagi, Bang?"

"Kau ini sepertinya mengacuhkanku, dasar wanita aneh, penampilan sama sikapnya aneh sekali." Emosi Satria naik satu tingkat. 

"Terus mau kamu gimana Bang?" tanya Eliana pada suaminya. 

Dalam hitungan detik Satria berubah amarahnya kian meledak. 

"Lama-lama aku jijik denganmu El, ga guna kamu jadi istriku." 

Bagaikan dihantam benda satu ton mendarat di kepala Eliana. Eliana tertawa pelan, ini pertama kali suaminya menghinanya dengan begitu menyakitkan. 

"Oh begitu ya? Sudah bosan? Sudah jijik? Lebih suka perempuan yang berdandan dengan wajah glowing? kalau begitu tak usah di lihat, Bang," ucap Eliana sambil membanting alat buat mengompres luka suaminya di sampingnya. 

Amarah Satria suaminya makin menjadi bahkan mungkin sudah mendidih, mendapati istrinya yang menjawab perkataannya biasanya tak pernah sekalipun Eliana menjawab. 

"Kau ...."

"Kenapa lebih cantik Bos mu yang centil itu kan? Sampai melihat istrinya sendiri saja kau begitu jijik. Berbeda jika Bosnya yang menyentuhmu gimana rasanya?"

"Keterlaluan kau El, menuduh tanpa bukti," elaknya pada Eliana. 

Bagi Eliana apa pun yang Satria ucapkan itu tidaklah penting. Eliana tahu jika suaminya tercinta ini ingin sekali istrinya pergi dengan sendirinya, agar ia puas hidup bebas bersama wanita pelakor itu. 

"Oh, bukti mau bukti sekarang?" tanya Eliana tersenyum tipis, Satria pikir Eliana main-main dengan ucapannya. 

Eliana melangkah menuju nakas dan meraih ponselnya. Dan berjalan mendekati suaminya dan menyerahkan vidio juga foto-foto itu. 

"Ini kan skandalmu dengan wanita itu kurang bukti apa lagi Bang, aku sadar Bang aku sehabis melahirkan hanya sibuk mengurusmu juga Daffa tapi kenapa kau tega menduakanku Bang."

Eliana menelan ludah, harus kuat desisnya dalam hati. 

"Apa ini El?"

"Masih mau mengelak, bahkan aku ikut bersamamu dan meninggalkan orang tuaku Bang, setega ini kau lakukan itu padaku." Eliana menangis histeris. 

Ia tak kuasa menahan beban di hatinya, kenapa nasibnya setragis ini bahkan pernikahannya entah akan terselamatkan atau tidak. 

"Aku kerja mati-matian untukmu juga Daffa El, kau tahu itu kan? Ini aku dijebak percayalah." Satria berusaha meyakinkan istrinya. 

"Oh dijebak bisa se romantis ini ya Bang, aku memang orang kampung tapi aku ga buta Bang, aku masih bisa melihat dengan jelas bahwa vidio itu nyata kan? 

Satria mengusap rambutnya dengan kasar, berusaha menahan amarahnya. Jangan sampai perkataan kasarnya membuat Eliana wanita yang sangat ia cintai pergi darinya. 

"El ... aku ga ada niat, dan Abang ga tahu dari mana vidio itu berasal," jelas Satria. 

Sia-sia ingin berontak dan berteriak, lidahnya kelu. Seperti perempuan lain, ia juga ingin berteriak dan bertanya, tapi mulutnya rapat. Hanya lelehan air mata yang tidak sanggup dia tahan lagi. Kini kepercayaan Eliana sudah pudar tak sanggup lagi bertahan dengan semua ini.

Sikecil menangis.... 

Eliana berjalan dan menggendong buah hatinya, segera ia menyusuinya. Dengan berderai air mata Eliana berusaha tegar. Entah pernikahan seperti apa yang mereka jalani saat ini, semuanya telah di ambang kehancuran. 

Eliana menatap kedua teduh mata anaknya yang tersenyum dalam gendongannya. Eliana tidak akan hidup menderita lagi selain untuk membalaskan rasa sakitnya, Ia juga ingin mereka merasakan apa yang Eliana rasakan sekarang. Bahkan kalau bisa lebih sakit lagi dari ini.

Next.... 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bagus el bikin dia hancur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status