14.
'Kenapa kamu lebih mempercayai Pak Cipto, Bik? Bahkan atas semua perlakuannya kepadamu selama ini. Kau hanya diam saja dan memaafkannya. Kamu pun tak mau jika kekerasan yang dilakukan Pak Cipto aku laporkan Polisi. Kenapa sih Bik? aku tak tahu apa yang kau pikirkan Bik Murti'.
'Kalau aku punya uang untuk sewa pengacara dan mempunyai bukti yang cukup, pasti aku sudah laporkan Pak Cipto ke polisi. Aku tak mau kalau nanti ada orang yang mengalami nasib sepertiku, dilecehkan oleh Pak Cipto. Namun bagaimana lagi uangku hanya cukup makan dan membiayai sekolah Fahmi'
'Ah sudahlah tak perlu terlalu diratapi, semua sudah terjadi jika memang Bik Murti lebih mempercai Pak Cipto ya terserah dia saja.
Mungkin karena Bik Murti terlalu mencintai suaminya sehingga sampai tak bisa melihat mana yang benar dengan mana yang salah'.Ria masih dalam keadaan kalut atas kejadian yang akhir-akhir ini menimpanya.
Di sisi lain ibu-ibu yang sedang berbelanja ma
15.Di tempat lainPak Cipto yang sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja dengan mengenakan jas kebanggannya membawa sebuah koper yang berisikan baju dan perlengkapan lainnya."Mah aku hari ini jadi berangkat luar kota ya. Kamu hati-hati di rumah. Selama di sana kamu jangan sering-sering telfon aku, soalnya kan aku bersama rekan bisnis mah, mau bicarain masalah penting berkaitan kemajuan perusahaan kita. Takutnya orangnya gak nyaman"."Orang dari kantor yang kamu ajak menemani ke luar kota siapa, Pah?""Tentu saja Rosa Mah, siapa lagi? dia kan sekretaris aku"."Cuman Rosa saja?""Iya...""Kamu jangan aneh-aneh sama Rosa di belakangku loh Pah!""Tenang saja sayang, aku pasti setia sama kamu. Kamu jangan punya pikiran yang aneh-aneh dong! rosa itu sudah aku anggap anak sendiri. Wong usianya masih dua puluh lima tahun hampir sama dengan anak kita"."Sarapan dulu Pah!" pinta Bik Murti."Tidak Mah nanti
16.Tak berfikir panjang Bik Murti bersiap siap dan meminta Pak Marno supir pribadinya untuk segera mengantarkannya pergi ke kantor.Biasanya perjalanan menuju kantor paling lama hanya butuh waktu tiga puluh menit. Namun kali ini tidak, perjalanan Bik Murti menuju kantor sedang terhambat. Sudah hampir empat puluh lima menit mobil yang dinaiki Bik Murti sama sekali tidak berpindah posisi."Pak Marno, coba tanya sama orang yang naik motor yang sedang putar balik itu pak! dari tadi kok macetnya gak selesai selesai""Baik, Bu!""Mas ada apa ya kok jalannya macet sekali?" teriak Pak Marno kepada salah satu pengendara sepeda motor yang sedang melintas sambil mengeluarkan sedikit kepalanya dari jendela mobil."Di depan ada kecelakaan pak"."Gimana bu, kita gak bisa putar balik ini. Soalnya kita sudah berada di tengah tengah""Mau gimana lagi kita tunggu aja, paling bentar lagi ya sudah selesai"Lima belas meni
17.Ketika Roni kembali ke dalam ruangan kantor, para rekannya kaget melihat wajah Roni yang sangat pucat."Ron kamu kenapa? wajahmu pucat sekali. Kamu sakit?" tanya Doni salah satu rekan kerjanya."Enggak" jawab Roni singkat"Terus kenapa wajah kamu pucat gitu? apa jangan-jangan kamu habis dimarahi Bu Martha?""Enggak. Bu Martha tidak memarahiku. Aku takut bakalan ada petaka ini""Petaka apa sih Ron? mbok lak ngomong iku ki seng bener. Ono-ono wae kamu""Beneran ini. Pusing aku Don""Pusing kok terus. Kemaren pusing sekarang pusing hmmm... tiap hari kok pusing" sambil Doni mencibirkan bibirnya kearah Roni."Ini beneran Don, aku gak sedang bercanda. Kalau kemaren mah pusing kerjaan. Kalau sekarang, pusingnya itu pusing menentukan masa depan. Ngerti gak kamu Bu Martha tadi minta apa ke aku?" Roni berbicara pelan di samping telinga Doni."Mana ketehek" jawab Doni sambil melengoskan wajahnya ke arah lain."Bu
18"Alhamdulillah akhirnya dapat juga sekretaris baru pengganti Rosa. Mas, kamu pikir aku akan percaya dengan kamu begitu saja. Sekarang lihat pembalasanku" ucap Bik Murti sambil memicingkan matanya.Keesokan harinya, Bu Murti setelah selesai mengatur karyawan tokonya. Beliau langsung pergi ke kantor diantar sopir. Sedangkan Siska sekarang sudah di kantor menunggu kedatangan beliau.Setelah sampai di kantor, Bik Murti langsung meminta semua karyawannya untuk meeting bersama membahas masalah perubahan sistem pelaporan dan kemimpinan di kantor. Tak lupa Bik Murti memperkenalkan Siska sebagai pengganti Rosa.Setelah mengetahui keputusan Bik Murti, semua karyawan sedikit tegang dengan keputusan yang diambil beliau dan yang paling mengagetkan adalah Siska sosok wanita yang akan menggantikan Rosa sebagai sekretaris Pak Cipto.Setelah selesai urusan di kantor, Bik Murti langsung mendatangi Bank dan membekukan semua rekening yang biasanya dipakai Pak
Bab 19Dihari yang sama dan ditempat berbedaHari ini adalah hari kedua Pak Cipto menghabiskan liburan bersama Rosa, kekasih gelapnya.Sekarang mereka sedang bersenang-senang. Menghabiskan malam di sebuah restauran yang paling terkenal di kawasan wisata tempat mereka berlibur."Kamu mau pesan yang mana sayang?" tanya Pak Cipto kepada Rosa."Aku bingung mas, soalnya semua makanan di sini semua enak-enak menggugah selera"Jawab Rosa."Ya sudah pesan saja semuanya biar kamu puas mengincipi satu per satu makanan di sini""Baik mas" jawab Rosa dengan sangat manjanya.Kemudian mereka makan bersama dengan lahap. Setelah mereka selesai makan, Pak Cipto berdiri dari kursi yang sedari tadi dia duduki dan kemudian pergi ke kasir untuk segera membayar makanan yang telah habis mereka santap."Tunggu di sini sebentar, aku bayar dulu makanannya ya sayang""Baik mas" jawab Rosa sambil melemparkan senyum ke arah P
20. Ketika istriku, tidak minta jatah bulanan"Mas, gak istirahat di sini dulu? tanya Rosa""Tidak sayang, nanti aku jadi terlambat pulang, bisa curiga si Murti kepadaku""Baiklah mas kalau itu yang terbaik untuk kita. Aku sangat mengerti""Kamu memang pengertian sekali Rosa. Makanya aku tidak bisa jauh dari kamu karena kamu adalah wanita yang spesial di hatiku, kamu sudah membuat aku nyaman dan bisa merasakan hidup lebih indah""Aku juga sangat senang mas, sudah bisa mengenalmu apa lagi sampai saat ini semua biaya kehidupan aku dan keluarga aku semua kamu yang menanggung. Aku sangat berterimakasih karena sampai detik ini aku tidak pernah kekurangan"Kemudian mereka saling perpel*kan layaknya suami istri yang akan berpisah karena sedang menjalani LDM."Ya sudah aku pamit dulu ya" ucap Pak Cipto kepada Rosa sambil mencium keningnya."Ayo aku antar ke depan mas"Kemudian mereka berjalan beriringan dan tak butuh
Bab 21Saat melakukan aksinya, Bik Murti mendengar suara langkah kaki yang sedang menuju ke kamarnya."Tok... tok.."Terdengar suara orang mengetuk pintu membuat Bik Murti gugup takut kalau yang datang adalah Pak Cipto.Kemudian Bik Murti keluar kamar."Bu... dipanggil Bapak diajak makan malam bersama!" ucap Mbok Ijah sambil menunjuk dimana tempat Pak Cipto menunggu Bik Murti."Bilang saja saya sedang istirahat, tidak nafsu makan!""Tapi Bu..."Ucapan mbok Ijah terpotong, padahal Mbok ijah mau memberitahukan bahwa Pak Cipto sudah menyiapkan tempat malamnya dengan sangat romantis, Pak Cipto menghiasinya dengan bunga dan lilin."Sudahlah, bilang saja seperti itu!"Kemudian Bik Murti langsung menutup pintunya dan melakukan tujuan utamanya yang sedang tertunda."Pasti masih ada bukti lainnya, tapi dimana aku bisa menemukannya""Oh ya ponsel papah pasti ada foto mereka berdua"Tak butuh
Bab 22"Apa ini benar Bu Martha itu adalah Bik Murti?" Ria masih tidak percaya tentang apa yang dia lihat."Jadi, selama ini mereka sekongkol? tapi kenapa dia ke kantor polisi?" Ria sekarang sedang menaruh curiga kepada Pak Putra dan Bik Murti tetangga yang paling kejam yang pernah dia kenal."Jangan-jangan mereka merencanakan sesuatu untuk mencelakakan aku" pikiran Ria sekarang kacau, dia hanya berani melihat dari kejauhan. Dia sudah muak kalau berurusan dengan Bik Murti beserta keluarganya. Sekarang dia mencari cara untuk bisa kabur dari mereka.Karena Pak Putra sudah sadar, jika Ria sedang mengamati pertemuannya dengan Bik Murti. Pak Putra dengan secepat kilat langsung menghampiri Ria dan mencegahnya kabur. Sekarang tangan Ria sudah dia pegang dengan erat."Kamu mau kemana Ria ayo ikut sebentar aku mau menjelaskan mengenai masalah ini, sebuah Rahasia apa yang belum kamu ketahui!" Pak Putra menarik tangan Ria untuk ikut dengannya."Lepaska