Pagi buta, Arumi sudah bangun untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Selesai melaksanakan kewajiban, ia turun untuk membuat sarapan, setibanya di dapur, ia tak mendapati Dinda ada di sana. Dilihat dari pintu kamarnya pun tak ada tanda tanda pintu itu akan di buka, Arumi tak mempermasalahkan itu, ia segera menuju kulkas yang ada di samping pintu masuk dan mengambil beberapa bahan masakan mentah untuk di olah menjadi makanan untuk sarapan. Di pertengahan memasak, bel rumah berbunyi pertanda ada tamu, Arumi sedikit berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuk tamunya. Seorang wanita paruh baya dengan menenteng tas ukuran sedang berada di hadapan Arumi."Maaf, nyonya. Apa benar ini rumah nyonya Arumi?""Ya, benar. Saya sendiri, ibu ini siapa ya?""Saya Yuni, yang di mintai Bu Maya untuk menjadi ART di rumah ini,""Owwh, ibu toh orangnya, mari masuk Bu, ya
Kurang lebih sekitar dua jam perjalanan telah mereka tempuh dan mereka sudah tiba di singapura, sekarang mereka sedang berada di dalam taksi untuk menuju rumah sakit. Tiga puluh menit kemudian, Arumi, Andra dan Tante Rita sudah sampai di rumah sakit SINGAPURE. GENERAL HOSPITALSesampainya di RS SGH, mereka bertiga disambut oleh dokter Darryl Aditya, seorang dokter muda spesialis kanker. Ya, sebelumnya Dokter Andra sudah memberitahukan kepada dokter Darryl perihal kedatangannya, sehingga dokter Darryl bisa meluangkan waktunya saat calon pasiennya akan tiba."Selamat datang dokter Andra," sapa dokter Darryl kepada Andra"Terimakasih, dokter Darryl,""Mari ikut keruanganku terlebih dahulu,""Baiklah,"Mereka pun menuju ruangan dokter Darryl, sesampainya di ruangan dokter Darryl, mereka di persilahkan duduk di seb
Tanpa terasa sudah tiga Minggu Arumi di rawat di RS Singapura General Hospital, keadaannya perlahan membaik. Namun, saat ini Arumi masih kesulitan untuk bicara, efek yang timbul pasca operasi membuat ia kesulitan bicara serta wajah yang tampak bengkak. Hal itu sudah biasa terjadi pada pasien yang baru selesai melakukan operasi kanker otak, tapi itu tak akan berlangsung lama, lambat laun keadaan pasien akan kembali normal seperti sediakala.Tante Rita sudah pulang ke Indonesia karena ada masalah di kantornya. Semenjak papa Noval -- papanya Andra -- meninggal dunia karena serangan jantung, Tante Ritalah yang mengambil alih kepemimpinan perusahaan milik suaminya itu. Tak mungkin jika Andra yang harus mengurus perusahaan, karena anaknya itu sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter."Tante gak akan lama, secepatnya Tante akan kembali," begitu kata Tante Rita kepada Arumi sebelum ia pulang ke Indonesia.
Sudah lima hari semenjak pesan balasan terakhir dari Afif yang mengatakan bahwa Afif tak akan peduli lagi kepadanya.Benar saja, semenjak saat itu, Afif tak pernah lagi menghubungi Arumi. Mengingat semua itu, Arumi tersenyum getir, malang nian nasibnya.Semenjak lima hari ini, Arumi tampak murung, enggan membuka suara bahkan saat di ajak ngobrol pun Arumi hanya menjawab seperlunya. Semua ini membuat kondisinya kembali drop karena semangat hidupnya telah hilang, tak ada lagi gairah untuk melanjutkan hidup.Bagaimana mungkin Arumi akan menerima dengan lapang dada atas semua perlakuan suaminya itu, mengingat sudah delapan tahun menjalani suka dukanya rumah tangga bersama, bahkan sebelum hadirnya Dinda di antara mereka Afif tak pernah mengabaikannya bahkan membentaknya pun tak pernah. Rasa cinta lelaki itu teramat besar kepada Arumi. Tak mudah untuk ikhlas, pun tak mudah untuk membenci.E
Tak lama setelah Darryl mengungkapkan perasaannya, entah kebetulan atau memang keajaiban Arumi menggerakkan jari jemarinya dan perlahan matanya terbuka. Darryl, adalah sosok pertama yang ia lihat saat membuka mata."Ar, kamu sudah sadar?""Kamu mau minum atau mau makan? Bagian mana yang sakit?"Arumi hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Darryl. Kemudian Darryl memeriksa kondisi Arumi dan ia bersyukur Arumi sudah mulai membaik. Hingga tanpa sadar Darryl memeluk Arumi yang kini masih terbaring.DegEntah kenapa jantung Arumi berdetak tak karuan dengan pelukan tiba-tiba dari darryl."Eh, mm maaf, aku refleks. Aku terlalu senang kau sudah sadar dan kondisimu sudah membaik,""Iya tak apa, terimakasih sudah merawat saya dokter Darryl,"
Afif sampai di rumahnya tepat pada pukul 19.24 WIB. Saat menekan bel, ia di sambut oleh BI Yuni yang tengah membukakan pintu untuknya."Bi, bagaimana keadaan Dinda?" tanya Afif"Nyonya tetap tidak mau keluar dan tidak mau makan tuan," lapor Bi Yuni seraya menunduk."Baiklah, bi. Saya ke kamar dulu," pamit Afif kepada ART nya itu."Silahkan tuan!"Afif pun melangkahkan kakinya menuju kamar Dinda, belum jauh ia melangkah bi Yuni memanggilnya"Ada apa bi?" tanya Afif sambil menolehkan kepalanya."Emm, nyo-nyonya Arumi dimana tuan?"Wajah Afif berubah menjadi murung mendapat pertanyaan seperti itu dari BI Yuni."Aku belum sempat ketemu dengannya, bi," lirih Afif dengan wajah sendunya."Astaga, tuan.
Arumi, Andra, Tante Rita dan Silvin kini sudah ada di bandara untuk kembali ke tanah air. Seminggu yang lalu, Silvin menyusul Andra ke Singapura karena kangen dan sekalian untuk berlibur. Mereka sedang ada di cafe di dekat bandara untuk mengisi perut sebelum sejak berikutnya mereka akan melakukan penerbangan ke Indonesia. Tak lupa Darryl ikut serta makan bersama mereka karena Darryl mengantar mereka ke bandara. Berat rasanya bagi Darryl berpisah dengan wanita yang telah mencuri hatinya itu. tapi apa boleh buat, wanita pujaannya itu telah bersuami dan tak ada niatan dihatinya untuk merusak rumah tangga wanita pujaannya itu.Tiga jam kemudian, Mereka sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Mereka memesan taksi untuk mengantar mereka pulang. Arumi sudah di tawari oleh mereka untuk mengantarnya sampai pulang, tapi Arumi tak mau dan ia sudah meminta Maya untuk menjemputnya."Tante, Andra, Silvin terimakasih sudah meneman
Arumi perlahan membuka matanya, menatap jam dinding yang ada ujung tempat tidur, perlahan ia berusaha memindahkan sebuah lengan kekar yang melingkar di pinggangnya, bukannya lepas, tangan itu malah semakin erat memeluknya. Membuat Arumi kesulitan untuk bernafas. Arumi berusaha membuka tangan Afif, tapi tetap saja, tangan itu melingkar dengan kuat di perutnya."Mas, pindahkan tanganmu, aku mau mandi," pinta Arumi."Diem dulu, sayang." kata Afif degan suara seraknya."Mas, udah lah. Kalau kamu masih mau tidur ya tidur ajah, aku mau bangun, mau mandi, gerah!""Bentar ajah," kata Afif sambil mempererat pelukannya."Udah malam ini, mas. Bentar lagi makan malam, lagian aku udah laper banget nih,""Iya-iya, tapi mandinya berdua, ya?" Kata Afif sambil menarik turunkan alisnya."Serah!"