Share

Bab 5 - Dekapannya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-30 10:59:45

"Kau terlihat takut,” ujar Victor akhirnya, suaranya dalam dan tenang.

“Tentu saja aku takut! Kau tidak bisa seenaknya masuk ke rumahku seperti ini!”

Victor menyeringai samar. “Aku tidak pernah membutuhkan izin, Vella.”

Tangannya perlahan merogoh saku, lalu mengeluarkan sebuah kunci duplikat.

Darah Vella membeku. “Dari mana kau mendapatkan itu?” suaranya bergetar.

Victor memutar kunci di jarinya dengan santai. “Kau seharusnya tahu aku selalu punya kunci.”

Jantung Vella berdegup kencang, ia segera meraih ponselnya di saku gaun, berniat menelepon seseorang—tapi ponselnya dengan cepat direbut Victor lalu melemparnya ke sofa.

Vella terkejut. Ia mendongak. Seketika tenggorokannya tercekat.

Victor menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada kelembutan, tapi juga kegelapan yang mengintai di balik matanya. Ia melangkah lebih dekat, membuat Vella semakin terdesak ke tembok. “Kenapa kau selalu mencoba menjauh dariku?” bisiknya, jemarinya terangkat dan menyentuh rambut Vella dengan lembut. Vella merasakan tubuhnya gemetar. Ia ingin menjauh, tapi sesuatu dalam tatapan Victor menahannya di tempat.

Vella tahu ia harus lari. Sekarang.

Ia mengumpulkan keberanian, berusaha menghindari tatapan Victor dan bergerak ke arah tangga. Namun, secepat kilat, Victor menangkap pergelangan tangannya dan menariknya dengan paksa.

Vella tersentak. “Lepaskan aku, Victor!”

Namun, Victor hanya menatapnya dengan ekspresi santai—seolah ia menikmati setiap kepanikan yang terpancar dari mata Vella.

"Aku sudah membiarkanmu lari sekali," suaranya dalam, penuh ketenangan berbahaya. "Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi."

Sebelum Vella sempat meronta, Victor membungkuk dan mengangkat tubuhnya dalam gendongan bridal style.

"Apa yang kau lakukan?!" Vella berusaha meronta, memukul bahu Victor dengan kepalan tangannya.

Victor tidak bergeming sedikit pun. “Membawa istriku ke tempat yang seharusnya.”

Istriku?

Vella merinding mendengar sebutan itu.

Langkah Victor mantap saat ia membawa Vella menaiki tangga, seakan ia sudah sangat mengenal rumah ini.

Pikiran Vella kacau. Bagaimana mungkin Victor tahu kamarnya?

Mereka memang pernah pacaran, tapi selama tiga tahun hubungan mereka, Vella tidak pernah mengajaknya ke rumah keluarganya. Victor tidak pernah bertemu ibunya, apalagi masuk ke dalam rumah ini.

Jadi... bagaimana dia bisa tahu?

“Victor! Letakkan aku sekarang!” Vella meronta lagi, tetapi Victor malah mengeratkan genggamannya.

“Berhenti bergerak, atau aku akan menjatuhkanmu,” ancamnya pelan.

Sial.

Vella hanya bisa membelalakkan mata saat Victor mendorong pintu kamar tidurnya dengan mudah dan membawanya ke dalam.

Pintu tertutup dengan bunyi klik halus.

Vella bahkan tidak sempat berkata apa-apa saat Victor langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, kemudian menindihnya dengan kedua tangannya menahan di kedua sisi kepala Vella.

Napas Vella tercekat.

Victor berada terlalu dekat.

Tatapannya terlalu intens.

"Kenapa wajahmu tegang begitu, sayang?" bisiknya lembut. "Bukankah kau merindukan ini?"

Vella memalingkan wajahnya, mencoba menghindari tatapan pria itu. "Kau gila..."

Victor menyentuh dagunya, memaksa wajahnya kembali menghadapnya.

“Kenapa kau meninggalkanku tiga tahun lalu?” tanyanya, suaranya dalam, dingin, dan penuh ketegangan.

Vella terdiam.

Victor menyipitkan matanya. “Katakan, Vella.”

Vella menelan ludah, tubuhnya menegang.

Ia mencoba mendorong dada Victor, tetapi pria itu tidak bergerak sedikit pun.

“Kau terlalu mencintaiku… terlalu obsesif,” akhirnya Vella berbisik, mengakui sesuatu yang selama ini ia coba lupakan.

Victor terdiam sejenak.

Lalu, ia tersenyum. Senyuman yang tidak bisa Vella artikan—entah itu marah, puas, atau lebih buruk lagi… menantikan sesuatu.

“Jadi kau mengakuinya.”

Tangan Victor bergerak menyusuri pipi Vella, lalu turun ke lehernya, jemarinya menyentuh nadi yang berdetak kencang.

Vella membeku.

“Kau tahu, Vella… yang obsesif biasanya tidak akan pernah bisa melepaskan apa yang mereka miliki,” bisik Victor tepat di telinganya.

***

Keesokan Harinya

Saat cahaya matahari menyusup melalui celah gorden, Vella perlahan membuka matanya.

Kepalanya terasa berat, tubuhnya lelah, dan ia masih merasa seperti berada dalam mimpi buruk yang nyata.

Tapi yang membuatnya terperanjat, adalah Victor yang berbaring di sampingnya, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Vella.

Lelaki itu masih memeluknya erat, seolah menolak melepaskannya bahkan dalam tidur.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Vella ingin beranjak, tapi saat ia bergerak sedikit saja, lengan Victor mengerat.

Kelopak mata Victor terbuka, dan ia menatapnya dengan tatapan penuh kepemilikan.

"Selamat pagi, sayang," bisiknya dengan suara serak pagi yang dalam.

Vella terperangkap.

Vella membeku.

Ia nyaris lupa cara bernapas ketika Victor menempel begitu erat di sampingnya, tangannya masih melingkari pinggangnya seolah ia memiliki hak penuh atas tubuh Vella.

Mata mereka bertemu.

Mata Victor yang tajam terlihat lebih lembut di bawah cahaya pagi, tapi Vella tahu… di balik tatapan itu tersembunyi sesuatu yang lebih dalam dan berbahaya.

Kenapa dia masih di sini?

Vella segera mendorong dada Victor sekuat tenaga.

“Pergi dari kamarku,” desisnya tajam.

Namun, bukannya mundur, Victor justru tersenyum tipis—senyuman yang membuat Vella semakin waspada.

"Apa masalahnya?" tanyanya santai. "Kita hanya tidur, kan?"

Ya… tidur.

Tidak lebih dari itu.

Vella merasakan kelegaan yang aneh, meskipun tetap saja, kenyataan bahwa Victor tidur bersamanya semalaman adalah sesuatu yang tidak bisa ia terima.

“Aku bukan milikmu lagi, Victor,” ucap Vella dengan tegas, mencoba menegaskan batasan di antara mereka.

Victor menatapnya sebentar, lalu tiba-tiba… ia condong ke depan dan mengecup pipi Vella dengan lembut.

Bibirnya hangat di kulit Vella.

Vella membelalakkan mata, jantungnya berdegup liar.

“Victor—!”

Lelaki itu menarik diri perlahan, ekspresi puas tergambar di wajahnya.

“Tentu saja kau bukan milikku,” katanya dengan nada yang terdengar seperti ejekan halus.

Vella merasa marah, tapi juga bingung.

Kenapa Victor selalu bersikap seperti ini? Seolah hubungan mereka tidak pernah berakhir. Seolah Vella masih miliknya.

“Aku serius, Victor,” ucap Vella lagi, mencoba tetap tenang. “Apa yang kau lakukan semalam… dan sekarang… itu tidak berarti apa-apa. Aku sudah putus darimu, dan aku tidak akan kembali.”

Victor tidak langsung menjawab.

Ia hanya menatap Vella… lama.

Seolah menilai sejauh mana batas kesabaran perempuan itu sebelum ia akhirnya menghancurkannya pelan-pelan.

Lalu, bibirnya kembali melengkung dalam sebuah senyuman yang sangat berbahaya.

“Kalau begitu…” suaranya rendah, dalam, dan terdengar penuh kesenangan yang tersembunyi.

“…bagaimana kalau kita bulan madu juga?”

Darah Vella membeku.

Apa?!

Victor bertopang dagu, menikmati ekspresi terkejut Vella.

“Orang tua kita sedang bulan madu. Aku pikir kita bisa melakukan hal yang sama.”

“Jangan bercanda, Victor.”

“Aku tidak bercanda,” sahutnya ringan. “Aku hanya berpikir, kalau kau tetap bersikeras menolakku, mungkin aku harus membuatmu mengingat bagaimana rasanya bersamaku.”

Vella menelan ludah.

Ia tahu Victor tidak pernah mengatakan sesuatu tanpa alasan.

Dan jika lelaki itu sudah punya niat… maka tidak ada yang bisa menghentikannya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 1 - Dia Kembali

    "Victor, aku mau kita putus." Pernyataan Vella bagai bom yang meledakkan seisi hati pria itu menjadi kepingan hancur."Apa?" Keterkejutan melanda Victor dengan ekspresi tercengang. Wajahnya memucat seketika."Kita sudah berhubungan selama tiga tahun, dan kau ingin kita putus? Jangan bercanda! Ini bukan April mop!" Victor tidak bisa menerima dengan lapang dada. Kemarahan menguasai wajahnya yang mengeras menahan emosi."Maaf, Victor. Aku pikir aku tidak bisa bersamamu lagi." Penegasan Vella membuktikan perkataannya yang serius."Tapi, kenapa?" Matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Victor bertanya dengan suara nyaris tercekat."Aku sudah bosan padamu. Kuharap kau baik-baik saja. Selamat tinggal, Victor." Vella berbalik pergi. Langkahnya yang menjauh, seakan membawa energi kehidupan Victor.Victor ambruk dengan lemas di tanah.Ironisnya, hari ini adalah hari yang Victor siapkan untuk berlutut di hadapan Rachel dengan penuh cinta sambil menyerahkan cincin. Namun, kini kotak belud

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 2 - Stepbrother

    Ucapan Victor menggantung di udara, menciptakan gelombang ketegangan yang langsung menjerat Vella.“Kau tidak penasaran kenapa kariermu tiba-tiba merosot setelah kita putus?”Dunia Vella seakan berhenti sejenak. Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia tidak bisa berkata apa-apa.Victor masih menatapnya, menikmati keterkejutannya seperti seseorang yang dengan sengaja menjebak mangsanya.“Apa maksudmu?” Vella akhirnya berhasil membuka suara, meskipun suaranya terdengar lebih lemah dari yang ia harapkan.Victor mengangkat bahu dengan santai, seolah pertanyaannya barusan bukanlah sesuatu yang besar. “Aku hanya bertanya. Bukankah itu hal yang menarik? Kau dulu cukup menjanjikan sebagai model. Lalu, tiba-tiba agensimu memutus kontrak. Iklan-iklan yang seharusnya menampilkan wajah cantikmu tiba-tiba memilih model lain. Bahkan beberapa perusahaan yang dulu sangat ingin bekerja sama denganmu… berubah pikiran.”Vella merasakan darahnya mengalir dingin. Dia ingat semua itu dengan jelas.Setahun

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 3 - Terjebak

    Vella berjalan keluar dari ballroom dengan langkah cepat, membiarkan suara pesta yang masih bergema di belakangnya perlahan menghilang. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya kacau.Victor.Pria itu bukan hanya kembali, tetapi kini memiliki tempat yang tidak bisa dihindari dalam hidupnya. Saudara tiri? Seperti lelucon buruk yang diciptakan semesta untuk mengurungnya kembali dalam jeratan masa lalu.Ia butuh udara.Mendorong pintu balkon yang terbuka, Vella menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Udara malam yang dingin menyentuh kulitnya, sedikit memberikan ketenangan.Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik."Apa kau melarikan diri dariku, Vella?"Suara itu membuat tubuhnya menegang.Vella menutup matanya sejenak sebelum berbalik. Victor berdiri di ambang pintu balkon, memandangnya dengan ekspresi santai, tetapi matanya menyala dengan sesuatu yang sulit dijelaskan."Aku hanya butuh udara," jawabnya, berusaha terdengar netral.Victor melangkah keluar,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 4 - Jeratannya

    Vella mencoba mengabaikan sensasi mencekam yang menjalar di tubuhnya saat Victor berdiri begitu dekat, senyumannya samar tetapi matanya penuh makna tersembunyi.“Kau tampak tegang,” ucapnya lembut, jemarinya nyaris menyentuh pipi Vella sebelum gadis itu mundur selangkah.“Aku hanya terkejut,” kata Vella, suaranya berusaha terdengar datar.Victor mengangkat alisnya, seolah mengejek. “Terkejut karena aku kembali? Atau karena kau akhirnya menyadari bahwa kau tidak bisa lepas dariku?”Jantung Vella berdebar lebih kencang. Ia tidak boleh terjebak dalam permainan ini.“Aku sudah melupakanmu, Victor.”Victor tertawa pelan, ekspresinya tampak menghibur diri. “Kau benar-benar ingin aku percaya itu?”Vella tidak menjawab. Ia memilih untuk pergi, melangkah melewati Victor. Namun, sebelum ia bisa menjauh, Victor menangkap pergelangan tangannya. Tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk menghentikannya.“Sebaiknya kau bersiap, Vella,” bisiknya dekat di telinganya. “Aku akan memastikan kau tidak perna

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 5 - Dekapannya

    "Kau terlihat takut,” ujar Victor akhirnya, suaranya dalam dan tenang.“Tentu saja aku takut! Kau tidak bisa seenaknya masuk ke rumahku seperti ini!”Victor menyeringai samar. “Aku tidak pernah membutuhkan izin, Vella.”Tangannya perlahan merogoh saku, lalu mengeluarkan sebuah kunci duplikat.Darah Vella membeku. “Dari mana kau mendapatkan itu?” suaranya bergetar.Victor memutar kunci di jarinya dengan santai. “Kau seharusnya tahu aku selalu punya kunci.”Jantung Vella berdegup kencang, ia segera meraih ponselnya di saku gaun, berniat menelepon seseorang—tapi ponselnya dengan cepat direbut Victor lalu melemparnya ke sofa.Vella terkejut. Ia mendongak. Seketika tenggorokannya tercekat.Victor menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada kelembutan, tapi juga kegelapan yang mengintai di balik matanya. Ia melangkah lebih dekat, membuat Vella semakin terdesak ke tembok. “Kenapa kau selalu mencoba menjauh dariku?” bisiknya, jemarinya terangkat dan menyentuh rambut Vella dengan lemb

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 4 - Jeratannya

    Vella mencoba mengabaikan sensasi mencekam yang menjalar di tubuhnya saat Victor berdiri begitu dekat, senyumannya samar tetapi matanya penuh makna tersembunyi.“Kau tampak tegang,” ucapnya lembut, jemarinya nyaris menyentuh pipi Vella sebelum gadis itu mundur selangkah.“Aku hanya terkejut,” kata Vella, suaranya berusaha terdengar datar.Victor mengangkat alisnya, seolah mengejek. “Terkejut karena aku kembali? Atau karena kau akhirnya menyadari bahwa kau tidak bisa lepas dariku?”Jantung Vella berdebar lebih kencang. Ia tidak boleh terjebak dalam permainan ini.“Aku sudah melupakanmu, Victor.”Victor tertawa pelan, ekspresinya tampak menghibur diri. “Kau benar-benar ingin aku percaya itu?”Vella tidak menjawab. Ia memilih untuk pergi, melangkah melewati Victor. Namun, sebelum ia bisa menjauh, Victor menangkap pergelangan tangannya. Tidak terlalu kuat, tetapi cukup untuk menghentikannya.“Sebaiknya kau bersiap, Vella,” bisiknya dekat di telinganya. “Aku akan memastikan kau tidak perna

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 3 - Terjebak

    Vella berjalan keluar dari ballroom dengan langkah cepat, membiarkan suara pesta yang masih bergema di belakangnya perlahan menghilang. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya kacau.Victor.Pria itu bukan hanya kembali, tetapi kini memiliki tempat yang tidak bisa dihindari dalam hidupnya. Saudara tiri? Seperti lelucon buruk yang diciptakan semesta untuk mengurungnya kembali dalam jeratan masa lalu.Ia butuh udara.Mendorong pintu balkon yang terbuka, Vella menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Udara malam yang dingin menyentuh kulitnya, sedikit memberikan ketenangan.Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik."Apa kau melarikan diri dariku, Vella?"Suara itu membuat tubuhnya menegang.Vella menutup matanya sejenak sebelum berbalik. Victor berdiri di ambang pintu balkon, memandangnya dengan ekspresi santai, tetapi matanya menyala dengan sesuatu yang sulit dijelaskan."Aku hanya butuh udara," jawabnya, berusaha terdengar netral.Victor melangkah keluar,

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 2 - Stepbrother

    Ucapan Victor menggantung di udara, menciptakan gelombang ketegangan yang langsung menjerat Vella.“Kau tidak penasaran kenapa kariermu tiba-tiba merosot setelah kita putus?”Dunia Vella seakan berhenti sejenak. Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia tidak bisa berkata apa-apa.Victor masih menatapnya, menikmati keterkejutannya seperti seseorang yang dengan sengaja menjebak mangsanya.“Apa maksudmu?” Vella akhirnya berhasil membuka suara, meskipun suaranya terdengar lebih lemah dari yang ia harapkan.Victor mengangkat bahu dengan santai, seolah pertanyaannya barusan bukanlah sesuatu yang besar. “Aku hanya bertanya. Bukankah itu hal yang menarik? Kau dulu cukup menjanjikan sebagai model. Lalu, tiba-tiba agensimu memutus kontrak. Iklan-iklan yang seharusnya menampilkan wajah cantikmu tiba-tiba memilih model lain. Bahkan beberapa perusahaan yang dulu sangat ingin bekerja sama denganmu… berubah pikiran.”Vella merasakan darahnya mengalir dingin. Dia ingat semua itu dengan jelas.Setahun

  • Ketika Mantan Jadi Kakak Posesif   Bab 1 - Dia Kembali

    "Victor, aku mau kita putus." Pernyataan Vella bagai bom yang meledakkan seisi hati pria itu menjadi kepingan hancur."Apa?" Keterkejutan melanda Victor dengan ekspresi tercengang. Wajahnya memucat seketika."Kita sudah berhubungan selama tiga tahun, dan kau ingin kita putus? Jangan bercanda! Ini bukan April mop!" Victor tidak bisa menerima dengan lapang dada. Kemarahan menguasai wajahnya yang mengeras menahan emosi."Maaf, Victor. Aku pikir aku tidak bisa bersamamu lagi." Penegasan Vella membuktikan perkataannya yang serius."Tapi, kenapa?" Matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Victor bertanya dengan suara nyaris tercekat."Aku sudah bosan padamu. Kuharap kau baik-baik saja. Selamat tinggal, Victor." Vella berbalik pergi. Langkahnya yang menjauh, seakan membawa energi kehidupan Victor.Victor ambruk dengan lemas di tanah.Ironisnya, hari ini adalah hari yang Victor siapkan untuk berlutut di hadapan Rachel dengan penuh cinta sambil menyerahkan cincin. Namun, kini kotak belud

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status