Share

Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna
Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna
Penulis: Silla Defaline

Chapter 1

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 14:37:34

     Sepasang manusia nampak menuruni mobil. Tangan si pria mengandeng pundak wanitanya. Mesra sekali. Lelaki yang telah menginjak usia kepala empat tersebut nampak begitu sumringah. Sesekali ia mencandai si wanita yang tengah ia gandeng, dengan kata-kata layaknya pasangan romantis.

     Apakah mereka suami istri?

     Tidak, mereka belum di ikat oleh hubungan apa-apa. Bahkan si pria telah memiliki seorang istri dan seorang anak yang sudah beberapa hari ini tidak ia beri kabar apapun. Demi wanita cantik yang sekarang berada di sampingnya.

     Keduanya berjalan menuju ke sebuah kafe di pinggiran pantai.  Busana pendek yang di kenakan oleh si wanita, menampakkan paha mulus nan s*ksi, semakin memanjakan mata sang pria.

     Mereka mengambil posisi duduk di bagian pojokan.

     Tiba-tiba muncul beberapa orang mendekati mereka.

     "Maaf, Pak. Bapak yang bernama Fernando Prasetyo?" Tanya salah satu di antara mereka.

     Fernando terkejut,

     "Iya, benar. Ada apa?"

     "Apakah ini istri Anda?"

     "Iya benar. Memangnya ada apa?" Jawab Fernando tanpa pikir panjang.

     Beberapa di antara mereka bergumam tidak jelas. Membuat Fernando kesal. Tentu saja kesal, karena kedatangan orang-orang itu mengganggu kemesraannya bersama sang pujaan hati.

     "Kalian suami istri. Tapi berita orang hilang itu istrinya bukan ini." Ujar salah seorang dari mereka. 

     Mendengarnya, Fernando semakin tidak nyaman.

     "Maksud kalian apa? Kami baru saja menikah. Sudahlah aku tidak punya urusan sama kalian." Fernando mengusir orang-orang tersebut dengan isyarat gerakan tangan.

     "Tapi... Tapi.. "

     "Tapi, tapi apalagi?" Gertak Fernando 

     Beberapa di antara mereka terdiam.

     Samar-samar terdengar gumanan mereka satu sama lain.

     "Sepertinya kita harus telepon polisi, soalnya aku tidak ingat nomor keluarga yang bisa dihubungi di televisi kemarin." 

     Namun ujaran dengan nada kecil itu terdengar oleh Fernando. Fernando segera mendekati orang yang baru saja berujar tadi.

     "Apa maksudmu ingin memanggil polisi? Aku bukanlah seseorang yang bermasalah."

     "Tapi bukankah di berita itu... Benar-benar wajah bapak?"

     "Berita ... Berita ... Berita apa lagi yang kalian maksud? Sudah ... Mungkin kalian salah orang. Sudah ... bubar kalian! Jangan mengganggu kenyamanan kami." 

     Fernando mendekati perempuan yang sedari tadi menemaninya yang masih terlihat bingung.

     "Ayo sayang kita pergi dari sini! Tempat ini membuatku tidak nyaman." Fernando menarik tangan wanitanya menuju ke mobil.

     Dengan cepat mobil mereka meluncur menuju ke tempat lain.

     "Kenapa sih Mas, orang-orang tadi menghampiri kita? Apa mas punya masalah. Kalau benar begitu,  Anggia tidak mau terlibat masalah." Si wanita terlihat tidak senang.

     "Tidak, Sayang. Mereka cuma salah orang. Kan memang banyak di dunia ini yang memiliki wajah yang hampir-hampir mirip."

     "Tapi kok mereka bisa menyebut nama Mas dengan benar dan lengkap?" Anggia penuh tanda tanya.

     "Ah sudahlah, paling-paling mereka mencuri-curi namaku dari perusahaan. Pokoknya hari ini jadwal kita untuk berlibur bersama, jangan biarkan ulah mereka mengganggu liburan kita." Fernando membelai rambut wanita yang tadi ia sebut Anggia.

    Akhirnya mereka turun di sebuah kafe yang terletak di kawasan elite. 

     "Kita makan di sini saja." Ujarnya.

     Namun baru saja mereka ingin memasuki restoran, sekonyong-konyong kembali dua orang pemuda mendatanginya.

     "Maaf, bapak yang bernama Fernando Prasetyo?" Salah seorang dari mereka bertanya.

     "Mmm memangnya ada apa?" Lagi-lagi Fernando terkejut.

     Dua orang pemuda tersebut memperhatikan Fernando dengan seksama.

 

    "Tolong kalian mikir dulu tidak usah memperhatikanku seperti ini. Aku ini bukan maling." Tidak senang. Kedua orang di depannya malah menyipitkan mata.

     Malas diperhatikan sedemikian rupa. Fernando kembali menarik tangan Anggia menuju ke tempat yang sedikit lebih sepi.

     "Sayang maaf sebaiknya kita pulang dulu ke hotel sekarang. Sepertinya ada yang tidak beres. Mengapa ada orang-orang yang memandangku dengan pandangan aneh."

     "Ya aku juga nggak nyaman nih. Masa kemana-mana kita diperhatikan seperti seorang selebritis aja." Anggia cemberut.

     "Iya kamu benar. Ayo, Sayang." Ajak Fernando, Anggia menurut.

     "Mas, sebaiknya kenakan maskermu dengan baik. Supaya tidak ada orang yang bisa melihat wajahmu." Anggia mengingatkan.

     "Yup, kamu benar, Sayang."

     Dengan cepat Fernando merogoh tasnya, mengambil dan memasang masker dengan baik ke wajah.

    Hari ini sungguh hari yang membingungkan bagi kedua sejoli dengan hubungan terlarang tersebut.

     

***

     

     Di sebuah ruangan hotel, Fernando dan seorang wanita seksi begitu menawan dan memanjakan mata, duduk di pangkuannya. Wanita itu adalah Anggia.

     "Aku masih bingung dengan orang-orang tadi, Mas." Dia mengungkapkan kekesalannya.

     "Tidak apa-apa, Sayang. Jangan terlalu dibawa pusing. Mereka adalah orang-orang yang salah mengira. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah masa depan."

    

      Fernando membelai rambut panjang dan lurus yang di bleaching kecoklatan tersebut.

     "Apa tekat Mas sudah bulat dan berjanji tidak akan menyesal menikahi aku? Kan dengan begitu artinya Mas juga menduakan istri pertamamu itu Mas?" Anggia menatap pria yang memangkunya.

 

     "Iya dong, Sayang. Melanie sama sekali bukan penghambat untuk pernikahan kita yang akan dilakukan dalam waktu yang tidak lama lagi. Semuanya pasti akan berjalan dengan mulus." Ujar lelaki tersebut.

     "Bagaimana dengan istrimu itu apa dia tidak tahu soal ini? Atau perlu untuk memberitahunya?"

     "Tidak, dia tidak perlu mengetahui  pernikahan kita. Tidak ada gunanya juga. Yang penting nanti akad nikah kita selesai. Kalau pernikahan kita sudah selesai, dan dia mengetahuinya, ya sudah terserah dia mau bilang apa."

     ujar Fernando sambil membelai-belai rambut panjang kekasihnya, yang sebentar lagi akan ia nikahi secara sah, meskipun sebagai istri kedua.

    "Tapi aku takut, Mas. Nanti dia tahu lalu malah melabrak saya." Anggia memasang mimik wajah khawatir.

    "Tenang saja, mas akan melindungi kamu. Mas tidak akan membawamu dalam masalah. Mas akan memberikanmu sebuah rumah, yang lokasinya jauh dari kediaman Melanie. sudah begitu kamu tidak usah khawatir, Melanie kan tidak terbiasa pergi kemana-mana. Palingan dia itu cuma sibuk di butiknya yang tidak seberapa itu...," 

     "Sayang lihat itu?" Teriak Anggia tiba-tiba sambil telunjuknya menunjuk ke arah layar televisi.

     Teriakan Anggia mengejutkan Fernando.

     Fernando menolehkan kepalanya kearah layar televisi yang ditunjukkan oleh Anggia. betapa terkejutnya dia ketika ia melihat fotonya terpampang dengan jelas di sana, disertai dengan nama lengkap tertulis jelas di urutan daftar nama pengumuman orang hilang.

     "Haaa? Mengapa foto dan namaku terpampang di sana?"di daftar orang hilang?"

    Fernando terbelalak.

Bersambung...

     

 

     

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 26

    Chapter 26 "Bu, aku berangkat dulu," Pamit Fernando. "Ya, semoga lekas mendapatkan pekerjaan yang layak, Nak!" Bu Risa berucap dengan hati mengharap. "Amin, doain ajah, Bu. Aku sudah bosan mencari pekerjaan via online. Tidak pernah diterima. Mending kucari secara langsung saja" Fernando segera meraih tas hitam berisi beberapa berkas penting sebagai persyaratan untuk melamar kerja. Mobil Fernando melaju meninggalkan rumah. "Tidak kusangka hidupku akan berubah dalam waktu yang lebih cepat. Fernando, tenangkan hatimu. Kamu pasti akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dasar itu si Pak Surya, kesombongannya keterlaluan," Sepanjang perjalanan Fernando menggerutu. Setelah beberapa saat, Fernando mengarahkan mobilnya ke dalam suatu area perkantoran perusahaan yang bergerak di bidang industri pangan. "Maaf Pak, ada maksud apa kemari ya?" Tanya satpam yang berjaga. "Kelihatannya Bapak bukan pegawai di sini?" Lanjut satp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 25

    Chapter 25 "Bagaimana Fernando? Apakah kau masih diterima di perusahaan itu?" Tanya Bu Risa. "Fernando akan cari pekerjaan di tempat lain aja Bu." Jawab Fernando. "Lhoo...? kok gitu?" Bu Risa mengernyitkan dahi. "Ya gitu aja Bu. Udah ah Fernando capek," Fernando melangkah ke tempat peristirahatan. tanpa mengganti pakaian kerja atau mandi terlebih dahulu, Fernando menghempaskan tubuhnya ke sofa. Terpuruk dalam pandangan yang menatap jauh ke luar jendela, dengan lamunan yang melanglang buana. Ditengah lamunannya. Bayangan Melanie kembali datang menyelip ke sela-sela hatinya. "Mengapa Melanie terlihat begitu cantik? Mengapa dulu tatkala ia masih bersamaku ia terlihat begitu lusuh? Setan apa yang menguasaiku sehingga kembali mengingat sosok Melanie?"*** Dari toilet, Melanie berjalan linglung. Kedua tangannya berpegangan pada dinding. Pemandangan itu membuat suaminya khawatir. "Kenapa, Ma?" Lelaki yang telah berpakaian rapi dengan paka

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 24

    Chapter 24 Fernando berlalu dari tempat pusat perbelanjaan itu dengan muka bersemu merah. Tapi ia masih merasa patut untuk bersyukur, untung tidak dijerat tuntutan hukum atas tindakan sembrononya tadi. Cuma sebatas diberi peringatan saja. "Rupanya Melanie sudah menikah? Ah lelaki yang tadi itu? Mengapa justru dia lebih tampan? Atau mereka hanya berpura-purasaja? Hanya ingin membuat hatiku panas?" tebak Fernando. Sebenarnya Fernando menuai rasa malu yang begitu besar akibat pertemuan dengan Melanie dan suami barunya yang sama sekali tidak terduga-duga. Ada rasa rendah diri, ada rasa kalah, ada juga rasa minder pada kenyataan itu. Namun, untuk mengakuinya secara langsung, rasa gengsilah yang menyiksa. Masih terbayang dengan amat jelas sosok lelaki yang merupakan suami Melanie tadi. Postur tubuh yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa dikatakan tampan dan gagah. Ditambah lagi dengan penampilan yang bisa dipastikan jika laki-laki itu cukup mapan. Semu

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 23

    Chapter 23 "Ini pasti ada sesuatu yang tidak beres," "Apa ada seseorang yang menyebar fitnah? Tapi siapa?" Fernando tidak habis pikir. "Ah sepertinya aku harus datang langsung ke kantor untuk mengecek video apa yang dimaksud mereka?" Fernando memasukkan ponsel ke dalam tas yang biasa menemaninya ke mana-mana. "Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Bu Risa. "Mau ke kantor." Jawab Fernando pendek. "Apa kamu sudah diterima bekerja kembali di sana?" "Entahlah." "Lhaa, kalau kamu masih belum tahu kenapa pergi ke kantor jam segini?" Fernando mulai geram dengan banyaknya rentetan pertanyaan dari mulut sang ibu. "Datang ke sana untuk bertanya Bu, kalau aku cuma diam dirumah saja mana tahu aku. Ah ibu terlalu cerewet. Bosan aku mendengarnya." Fernando menggerutu. Bu Risa geleng-geleng kepala melihat aksi Fernando. Mobil yang dikendarai oleh Fernando meluncur menuju ke perusahaan dimana selama ini ia bekerja. Di tengah perjalanan, Fer

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 22

    "Aku ingin melihat dengan jelas jikalau rumah ini memang telah berubah kepemilikan menjadi milik Bapak," ucap Fernando. "Ya oke, tidak masalah. Tunggu di sini sebentar." Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Sepeninggal laki-laki itu terlihat Topan dan istrinya memandang tak suka kepada Fernando. "Kamu bagaimana, Fer? mau menipu atau ingin mempermainkan kami? Kok tiba-tiba masalahnya jadi ribet kayak gini?" Topan kesal. "Iya Mas. Kita udah lama nunggu. Udah capek-capek juga datang ke sini eh tahu-tahunya rumah yang jadi tujuan nggak jelas," timpal Mona. "Maaf, ini pasti cuma salah paham. Tidak mungkin Melanie berani menjual rumah ini tanpa sepengetahuanku." Ujar Fernando menenangkan. Tidak lama kemudian lelaki tadi kembali datang dengan menenteng map di tangannya. "Ini Pak, Bapak boleh lihat sertifikat asli rumah ini." Lelaki tersebut membuka map dan menyodorkan sebuah sertifikat yang jelas-jelas saja membuat Fernando terkejut. "Ya amp

  • Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna   Chapter 21

    Fernando sejenak mengabaikan pertanyaan Topan. Perhatiannya hanya terpaut pada lelaki asing yang kini ada di rumah itu. "Anda siapa, Pak?" Tanya Fernando. "Maaf sebelumnya, sepatutnya aku yang bertanya Anda yang siapa?" "Aku pemilik rumah ini? Lalu bapak ini?" Fernando menaikkan dagu. "Aku pindah sejak beberapa bulan yang lalu. Dan tentu saja aku pemilik baru di sini," Jawab laki-laki tersebut. "Apa iya? Tidak usah bicara ngawur! Sama siapa Bapak mendapatkan hak milik. Toh pemilik sah rumah ini adalah aku," timpal Fernando, "Hahaa... Sepertinya obrolan kamu agak kurang nyambung. Kok bisa mengaku-ngaku jadi pemilik rumah ini?" Lelaki asing tersebut nampak terkekeh lucu. Fernando mendadak merasa di rendahkan dengan ucapan lelaki yang sama sekali belum ia kenal tersebut. "Ngomong apa Anda ini? Atau bapak yang mengalami gangguan jiwa?" Balas Fernando. Mukanya mulai merah padam. Rupanya sifat mudah marah masih begitu melekat pada sosok Fer

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status