Share

Penolakkan

Air mata Nisa mulai menetes.

“Transfer saja ke rekening pribadiku, Bang.” Nisa melepaskan genggaman tanganku, kemudian membalikkan badan memunggungiku. Kudengar dia sedikit terisak, aku memang selalu begitu setiap kali dia meminta diantar check up atau anak-anakku sakit.

“Pergi sendiri kan bisa, nanti bianyanya aaku transfer ke renkeningmu, aku sibuk!” kalimat itu yang selalu aku ucapkan.

Sungguh aku benar-benar menyesal melakukannya, karena sikap cuekku aku kehilangan kesempatan untuk memiliki keturunan lagi, dan yang lebih buruk lagi, aku telah membuat wanita yang menemaniku mengarungi bahtera rumah tangga selama 15 tahun terakhir kehilangan hal yang paling berharga. Aku telah merusak rahimnya.

“Ini semua salahku, jadi izinkan aku merawatmu sekali ini saja. Abang mohon.”

“Pergi Bang, ada banyak orang di sini. Tenang saja kami s

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status