Terlihat pancaran senyum dari kedua manusia durjana itu. Ah kenapa rasa nyeri di sini kian terasa.[Dia berada di Kafe dekat kantorku]Sebuah kalimat pesan dari Hana, menyusul gambar yang yang baru saja ia kirim.Segera aku menghubunginya.Tak lama Hana menjawab panggilanku."Halo, Sin!" sapa Hana di seberang sana."Iya, Han! Gimana?" tanyaku."Tak salah lagi, Sin! Eva wanita penggoda, dan gila harta," ucap Hana sedikit berbisik."Posisiku tak jauh dari mereka, hanya saja aku duduk membelakangi mereka, nanti akan aku rekam percakapan mereka," tambahnya lagiTut.Hana memutuskan panggilan secara sepihak. Aku mengerenyit mencoba menguasai hati.1 menit kemudian, Sebuah notifikasi pesan suara atau voice note masuk. Segera aku unduh.Aku sedikit mendekatkan benda pipih itu ke telingaku. Untuk mendengarkannya.Meski pesan suara itu terdengar kurang jelas, namun aku bisa mencerna percakapan mereka."Makasih ya Mas kalungnya bagus aku suka! Tapi kenapa nggak sekalian sama cincin dan gelangny
Mungkin lebih baik jika aku amankan semua aset ini, sebelum jatuh ke tangan wanita itu, aku yakin ia hanya menginginkan harta Mas Yudi.Tiba-tiba terdengar suara motor Mas Yudi disertai tawa kecil berhenti di depan rumahku. Aku kaget, segera aku mengambil berkas itu dan menukarnya dengan kertas biasa.Dengan langkah cepat aku memasuki kamar Rizki dan menaruh semua berkas penting itu di laci paling bawah lemari Rizki. Bergegas aku keluar untuk melihat Mas Yudi, ia pulang bersama siapa, sepertinya bahagia dengan tawa kecilnya terdengar hingga ke dalam rumah.Aku menuju pintu depan, aku singkap sedikit gorden jendela, dan melihat ke luar.Pemandangan di depan rumah mampu membuat mataku terbelalak, aku menggeleng tak menyangka dengan apa yang kulihat, dengan santai dan mesranya Mas Yudi membawa wanita si*lan ke rumah ini. Benar-benar tak punya perasaan. Entah apa Mas Yudi memang sudah tak punya hati dan perasaan, hingga ia tega menabur garam di atas luka yang baru saja ia torehkan.Aku b
"Sudahlah Sin! Dengan ataupun tanpa izin darimu, Mas akan tetap menikahi Eva!" "Mamah!" terdengar panggil Rizki dari kamarnya, sepertinya ia sudah bangun.Aku segera bangkit dan berjalan menuju kamar Rizki, tanpa menyahuti ucapan Mas Yudi.Aku peluk erat putra semata wayangku, menahan sesak di dada, pasti Rizki akan bingung dengan kondisi ini."Mamah kenapa? Aku kaya denger suara Ayah tadi, Mah?" tanyanya, masih dalam pelukanku, untuk saat ini hanya memeluknya bisa membuat hati ini sedikit tenang."Mamah nggak apa-apa kok, Sayang! Iya itu Ayah udah pulang tapi ayah sedang ada tamu, jadi Rizki di sini aja dulu ya, jangan keluar kamar dulu," ucapku berbohong, karena tak mungkin aku bilang kalau ayahnya pulang bersama calon mama barunya kan, ia pun mengangguk.Aku beranjak hendak kembali ke ruang tamu, namun saat langkahku tengah diambang pintu antara ruang tengah dan ruang tamu, langkah kakiku tercekat melihat dua orang tak tau malu itu bermesraan di rumah ini.Astaghfirullah ... Ucapk
Aku meletakkan makanan itu di meja makan, dan membukanya. Makanan bento ala Jepang dua porsi, lengkap dengan dua botol juice.Aku berjalan masuk ke dapur dan mengambil sesuatu, aku yakin dengan ini mereka akan merasa tidak nyaman duduk berduaan dalam waktu lama. hatiku tersenyum simpul. Dengan berjalan pelan aku keluar dari dapur dan menuju kembali ke ruang tamu, segera aku membuka bungkusan itu, dan membuka kotak mika bento, semua aku lakukan dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara, kulirik Eva masih sibuk dengan gawainya dengan sesekali senyum-senyum macam orang gila. Enak saja kalian, datang kesini dan pamer kemesraan di depanku. Aku tidak bodoh, aku kerjain kamu Mas, dan calon istrimu itu, biar ngerti sopan santun. Gerutuku dalam hati sambil menaburkan bubuk obat pencuci perut ke dalam salad. Setelah selesai kulakukan aksiku, aku bungkus kembali seperti semula. Dan segera kumasukkan botol obat pencuci perut itu ke dalam saku gamisku.Mas Yudi juga keterlaluan, beli makanan
Sebenarnya bisa saja aku langsung menggugat cerai Mas Yudi saat ini, tapi itu akan membuat mereka merasa menang, terutama perempuan murahan itu, pasti ia akan tertawa bangga karena berhasil merebut Mas Yudi dariku dan Rizki. Tapi aku tak akan membiarkanya menang, aku harus bertahan sebentar lagi hingga melihat mereka menyesal telah menancapkan duri di hatiku.Cukup lama aku berdiam diri di dalam kamar ini, hingga terdengar olehku suara gaduh dari Mas Yudi dan Eva. Aku keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi, terlihat Mas Yudi bejalan cepat masuk ke kamar mandi seperti menahan sesuatu yang ingin segera keluar dari bagian bawah pinggangnya."Kamu kenapa, Mas?" tanyaku sok polos padahal dalam hatiku tertawa, sepertinya obat pencuci perut yang aku taburkan di dalam makanannya sudah mulai bereaksi.Mas Yudi tidak menjawab, dan segera masuk ke kamar mandi. Kulihat Eva yang duduk di sofa ruang tamu tengah memegang perutnya, dengan ekspresi meringis dan terlihat sangat lucu menurutku."K
Aku tersentak, apa?! Enak saja perempuan yang sudah jelas-jelas mengambil separuh hatiku itu aku biarkan menginap di rumahku, No?! Jawaban Mas Yudi membuatku geram. Seketika napasku naik turun, seiring dengan luapan emosi yang siap meledak. Ingin rasanya aku telan bulat-bulat dua manusia tak ada akhlak ini."Tidak, Mas! Aku tak sudi dia menginap di sini! Cepat antarkan dia pulang!" ucapku tegas menolak permintaan Mas Yudi."Tapi Sin, apa kamu nggak kasihan sama Mas yang sudah lemes gini?" tanya Mas Yudi dengan raut memelas."Apa, kasihan? Saat kamu memutuskan untuk berselingkuh di belakangku apa kamu tidak merasa kasihan sama aku, Mas?" Mas Yudi terdiam."Aku akan mencari Rizki dan mengajaknya untuk pulang, aku harap saat aku dan Rizki tiba di rumah ini, Mas sudah membawa pergi wanita ini!" timpalku lagi."Sin, tunggu! Apa itu artinya kamu menerima Eva untuk menjadi madumu, aku janji kalian tidak akan tinggal satu atap." ucap Mas Yudi saat aku baru saja berbalik badan melangkah."Untu
"Sin! Mas perlu, bicara!" suara Mas Yudi mengetuk pintu kamar Rizki, pasti masalah niatnya menikah itu. Membuatku malas untuk menemuinya. "Ada apa sih Mas?" Aku keluar kamar dengan malas."Duduk Sin, kita perlu bicara!""Bicara apa lagi sih, Mas! Kamu pilih aku atau Dia?" ucapku dengan sedikit nada tinggi."Sintya, aku mencintai Eva, tapi aku tak mau melepaskan kamu, aku tak bisa jauh dari Rizki," ucapnya lirih namun masih jelas terdengar."Enak sekali mau kamu, Mas! Aku nggak bisa! Kalau kamu memilih dia, lepaskan aku!" ucapku dengan nada parau, tak terasa bulir bening ini menetes."Apa kurangnya aku selama ini Mas! Hingga kau menduakan aku?" tambahku lagi dengan tatapan sendu."Sintya ... Aku janji akan bersikap adil, dan kalian tak kan tinggal satu atap, kamu tetap di sini, dan Eva tetap di rumahnya. Toh juga rencananya aku dan Eva hanya akan menikah siri!" Mas Yudi nampaknya samasekali tidak menggubris ucapanku. Ia tetap kekeuh pada pendiriannya, yaitu beristri dua, mau secara s
Aku scrol semua chat mereka dari atas hingga ke bawah hingga seketika Mataku terbelalak, melihat sebuah gambar screenshot bukti transfer dari rekening Mas Yudi ke rekening wanita sialan itu, terpampang dengan jelas nominal angka yang fantastis, mampu membuatku terhenyak.Degh!Tiga puluh juta rupiah, angka yang tak sedikit bagiku, karena selama ini Mas Yudi hanya memberiku sebesar tiga juta rupiah setiap bulan.Dan aku selalu menerimanya dengan lapang dada, karena bagiku uang segitu sudah lebih dari cukup untuk makan kami bertiga. Mas Yudi pun selalu terbuka denganku perihal jumlah tabungan yang ada di rekeningnya, terakhir ia bilang tabungannya sudah cukup untuk membeli sebuah mobil, namun aku mencegahnya dengan alasan belum terlalu butuh, dari rumah ke galeri aja deket, hanya lima belas menit dengan mengendarai motor.Tapi aku tak menyangka dia memberikannya pada wanita sialan itu. Apa belum cukup beberapa waktu lalu ia memberikan sebuah kalung pada gundiknya itu. Untuk kedepannya