Share

Bab 1

Delhi, India

Kiara mulai menggerakkan bibirnya secara perlahan selaras dengan kata-katanya yang didengar tadi. Dia mulai merasakan jantungnya berdebar begitu keras. Dia tahu. Dia tahu ketika ibunya sedang berjuang keras untuk mengendalikan reaksi di pipinya. Dia tahu dari maganya yang tidak bisa melakukan kontak mata dengan mata Kiara. Dia tahu dan merasakan kegelisahan itu melalui beberapa jari-jarinya yang mulai menggenggam secara keras. 

Hal ini terlihat ketika Kiara mulai frustasi maka kerutan alis tebalnya berubah menyatu. Dia tahu dia mendengarkan sepeti apa yang sudah dilakukannya, memastikan supaya mengingat setiap kata yang terdengar. 

Ibu sedang memberikan peran baru kepada Kiara. Peran sebagai seorang istri yang selalu dijauhi oleh Kiara, justru selama ini dipersiapkan oleh ibu dan neneknya. 

“Kamu, adalah wanita yang istimewa untuk Jay,” kata Ibunya. “Kamu harus bersiap-siap besok untuk bertemu dengan Jay. Janji sama ibu,” kata ibunya sambil memegang jari jemari Kiara.

“Dan satu lagi, ibu minta agar kamu memperlakukan Jay sebaik mungkin. Jangan sampai mereka tidak menyukaimu gara-gara kamu mulai mengacuhkan Jay. Pastikan mereka setuju untuk menjadikanmu calon istri dari Jay.”

Jay, nama yang pernah dia dengar sejak usianya menginjak 9 tahun. Nama itu sekarang sudah menjadi tunangan dari Kiara. Selama dijodohkan oleh ibu dan neneknya, dia tidak mempunyai hak berbicara sama sekali. Setiap keluarganya diundang untuk acara makan malam di rumah Jay, Kiara selalu menolak untuk datang dengan alasan sakit. Ibunya curiga dan semakin jelas bahwa Kiara tidak ingin berhubungan dengan pria itu, Jay. Bahkan dia ingin meninggalkan Delhi ke Amerika Serikat hanya untuk menjauhi pria itu. Jika ucapan ibunya benar, maka dia akan mengarahkan pandangannya ke Jay jnguk yang pertama kalinya pada hari pernikahannya. 

“Begitu banyak wanita di luar sana dan mereka memilihmu!” kata ibunya dengan suara nada yang lebih tinggi. Dia lelah. Dia tidak tahu apakah Jay berbohong kepada ibunya, tetapi ketakutan itu mulai muncul di hati ibunya. 

“Dia akan baik padaku.” Kata Kiara sambil menenangkan ibunya. 

Dia tersenyum dan mengangguk. “Dan jika tidak, Kiara, kamu harus baik padanya. Kamu harus kuat,” katanya lalu airmatanya mulai membasahi matanya saat Kiara mulai mengencangkan cengkeramannya. “Dan, jangan pernah menunjukkan rasa takut.” Dia berbisik. Dalam satu kalimat tersembunyi sejarah pernikahan ibunya mulai terkuak. 

Kiara mengerti dan merasa ibunya takut apa yang dilakukan Jay padanya. Dia tahu ibunya tidak akan mengijinkannya, jika Kiara pergi dari Delhi. Dan sekarang ibunya meminta Kiara untuk melakukan pernikahan itu dengan Jay. Tetapi ibunya tidak pernah membantah ketika hidup berumah tangga bersama ayahnya. 

“Aku tidak akan, Bu,” kata Kiara, meskipun sebenarnya aku takut dengan masa depan yang sudah jelas-jelas ada di hadapannya, terutama saat dirinya harus menjalankan pernikahan dengan orang asing yang dikenalnya. Meskipun itu dia tetap tidak menyukai pria itu, Jay. 

“Adline!

Suara marah ayahnya mulai terdengar ke tempat Kiara, ayahnya mulai menghampiri mereka di kamar tidur lantai atas. Dia tahu, ibunya mulai merasakan ketegangan saat suara marah ayahnya mulai terdengar. 

“Adline!”

Suara ayahnya mulai terdengar, bisa saja ayahnya akan datang ke ruang kamarnya? Sesekali dia melirik ibunya, tak lama menarik tangannya dan berdiri di dekat tempat tidur. Kiara mulai meninggalkan ibunya tetapi terlambat, dia mulai dihadang oleh ayahnya yang sudah ada di depan pintu. Ayahnya melewati tubuh Kiara dan menghampiri ibunya. 

“Apa kamu tidak mendengar saat aku menelepon?” teriak Ayahnya sambil memarahi ibunya di dalam ruangan. Bulu kuduk Kiara tiba-tiba berubah menjadi terangkat dan jantung mulai berdetak kencang. 

Saat dia melihat momen itu, dia mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain tapi dia tidak bisa. Dia melihat ibunya yang mulai merasakan ketegangan di bagian punggung, meskipun ibunya tak bisa berkata apa-apa saat ayahnya sedang berbicara. Bahkan ibunya tidak pernah meninggikan suaranya ketika berbicara dengan ayahnya. 

Tak lama, tangan ayahnya mulai meninju wajah ibunya. Kiara menonton sendiri perlakuan yang ayahnya berikan pada ibunya. Ibunya langsung berlutut di hadapan ayahnya dan mulai menundukkan kepala. 

“Persiapkan dia!” teriak Ayahnya, sambil menunjuk jarinya ke arah Kiara. “Jay dan keluarganya akan tiba malam ini,”

Mendengar itu, ayahnya pergi meninggalkan mereka berdua. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status