Kiara melihat ibunya yang sedang memilah-milah perhiasan mana yang cocok dipakai dengan sadi berwarna ungu itu. Sedangkan pembantunya, Rani sedang merapikan rambut Kiara agar terlihat lebih rapi di depan Jay. Rani memastikan agar tidak satu helai rambut pun yang menganggu wajah Kiara.
“Bagaimana tentang ini?” Kiara mengalihkan pandangannya dari Rani dan mulai melihat ke arah ibunya. Ibunya memberi perhiasan Kiara yang diberikan oleh ayahnya sejak dirinya berusia 12 tahun. Sebagai seorang anak tunggal, Kiara sudah mendapatkan banyak hal yang diidam-idamkan oleh anak di luar sana. Sebagai anak tunggal dia berhak memiliki harta kekayaan milik orang tuanya. Hidupnya selalu dihiasi dengan uang dari kedua orangtuanya. Dan ibunya hanya bisa menjadi korban pelecehan tetapi Kiara malah menjadi objek pemujaan. “Terlihat berlebihan, bukan, Bu?” Kiara tertawa sambil menunggu ibunya menjawab pertanyaan darinya. “Tidak ada yang berlebihan untukmu, Kiara,”“Tapi ini hanya makan malam sederhana, Bu? Bukan pesta dibintang lima, aku nggak mau Jay malah menganggapku cewek matre yang haus akan uang. Kiara mulai mengerutkan keningnya. Ibunya berjalan menuju ke lemari Kiara, dia mengambil kalung berlian disana. Kemudian meletakkan kalung berlian itu tepat di leher Kiara. Dan mulai melihat Kiara melalui cermin di kamar anaknya. “Aku tidak ingin dia melihatmu dengan penuh kekurangan,” kata Ibunya sambil berbisik. Kiara memikirkan Jay dan bingung seperti apa yang akan terjadi padanya nanti. Kiara bisa memperkirakan wajah dari Jay dengan rambut hitam, mata hijau dan wajah yang disukai oleh semua wanita. Tetapi kepribadiannya? Kiara tidak tahu. Apakah suaranya akan bersikap lembut seperti ibunya atau memiliki suara khas seperti ayahnya? Dan apakah suara tawanya bisa membuat Kiara ikut tertawa juga atau apakah Jay akan bisa mengisi hatinya yang penuh dengan kekosongan? Bisakah dia belajar mencintai Kiara? Tapi ibunya berkata mungkin karena setiap pasangan harus belajar mencintai pasangan yang sudah dinikahinya. Tetapi apakah dia akan melihat Jay memperlakukan hal yang sama seperti yang ayahnya lakukan pada ibunya? Mampukah dia menahan kebencian serta amarah dari tonjolannya? Dia mengarah ke ibunya dan melihat bekas lebam itu masih terlihat jelas di wajah ibunya. Tapi ibunya seolah tidak merasakan apa-apa bahkan tak pernah membalas perlakuan yang ayahnya berikan padanya. Ibunya meminta Kiara turun sambil bergandengan tangan menuruni tangan halamannya. Ayahnya berada di dekat pintu saat ibunya dan Kiara mulai mendekatinya. Ayahnya memperhatikan mereka berdua hingga meninggalkan mereka menemui tamu yang datang. Ibunya duduk di sebelah kiri dan Kiara berada di sebelah kanan. Mereka mulai menunggu dengan sabar sampai beberapa menit. Akankah Jay akan merubah pikirannya pada setiap kali hal yang mereka harapkan? Pikirannya mulai terhenti saat mobil Limosin berwarna putih ini sampai di tempat. Bersama dengan 2 mobil Mercedes Hitam dibelakangnya, mereka berjalan mengitari mobil sampai menuju ke tempat itu. Dia menegakkan dan memberikan senyuman di wajah Jay. Kiara akan bertemu Jay, ayah Kiara mempersilakan mereka masuk ke tempat itu.Sebelum turun dari mobil, Jay sudah marah-marah di mobil. Dia kesal, orangtuanya tetap kekeh untuk menjodohkannya dengan wanita yang tidak dia cintai. Tapi ucapan dan kekesalan dari Jay tidak ada gunanya, orangtuanya hanya mendengarkan saja tanpa bereaksi apapun.Hal ini wajar karena Jay merupakan anak semata wayangnya yang artinya Jay adalah anak tunggal di dalam keluarga. Dia adalah satu-satunya pewaris keluarga yang dimiliki oleh kedua orangtuanya jadi bukan tidak mungkin jika dia akan dinikahkan dengan putri dari seorang miliarder. Dia dijodohkan dengan Kiara sejak 12 tahun, dia sudah tahu pasti seperti apa masa depannya nanti.Saat ini yang dilakukannya adalah berusaha menjauhi sebaik mungkin dari Kiara, dia tidak mau mendekat dengan gadis itu. Kalau dia bisa, dia tidak ingin tinggal di Delhi melainkan ingin tinggal di luar negeri, kuliah dan bercinta disana. Ahh..tapi ini mustahil, dia tidak mungkin melawan permintaan dari orangtuanya.Namanya Kiara, dia b
Tangan Kiara tiba-tiba bergetar saat memegang garpu dan bisa-bisanya dia duduk dihadapan pria yang tidak disukainya itu, Jay. Dia duduk dengan gugup dan tiba-tiba garpunya jatuh ke lantai. Kiara masih memikirkan peristiwa itu rasanya dia enggan untuk menemui calon suaminya itu.Jelas-jelas awalnya dia menolak untuk menyetujui pernikahan ini tetapi dia tidak bisa berbuat apapun. Dan sekarang Kiara malah menikmati makanan yang disuguhkan oleh keluarganya. Walaupun sekarang dia menguatkan diri dan berani untuk makan di depan Jay. Kiara bisa merasa pasti Jay adalah orang yang tidak memiliki sopan santun.“Kenapa kamu tidak datang saat bergabung minum teh di ruang kerja saya?” Aman berkata, kata-katanya mengagetkan pikiran ayahnya.Dia kaget dan mulai mengangkat kepalanya setelah mendengar ucapan ayahnya. Kiara bisa merasakan jantungnya mulai berdetak kencang, Kiara takut ayahnya akan marah padanya. Di dalam pikirannya, dia cemas dan apa yang ayahnya bica
Jay mulai melihat Kiara, matanya mulai menatap mata Kiara. Jay menginginkan Kiara untuk melihat matanya. Dia ingin Kiara mengatakan sesuatu, apapun itu. Tapi Kiara hanya diam dan tak bergeming sama sekali. Kenapa Kiara menyetujui hal ini? Kenapa Kiara menerima pernikahan dengan pria yang tidak dia sukai? Kenapa dia begitu bodoh, lemah dan tak berdaya?Jay berharap dia membawa barang-barangnya dan pergi meninggalkan mess itu. Tetapi impian itu hancur, ayahnya melarang Jay untuk pergi dari mess, dia tidak bisa meninggalkannya. Tapi hanya Kiara yang bisa melakukannya. Suatu ketika, dia bosan dengan wanita itu. Padahal sebelum dia duduk, Kiara sempat menatap mata laki-laki itu, Jay.“Kiara, kamu adalah segalanya,” kata Jay, sambil mengelus wajah Kiara. Dia hanya diam, Jay bisa melihat dari bibir kecilnya dan hanya bisa menatap pria itu. “Sebuah umpan, sebuh hukuman, sebuah siksaan,” balasnya sambil menggeram dan memastikan agar dia bisa se
Kiara duduk terdiam di kamarnya yang gelap gulita, airmatanya mulai membasahi pipinya. Terlihat wajah Kiara yang sangat pucat waktu itu. Kiara melingkarkan tangannya di dekat bantal putihnya dengan kaki terlipat di depan. Jay membenci dirinya dan Kiara mulai membenci Jay yang akan menjadi calon suaminya itu. Tapi kenapa? Jay tiba-tiba malah membenci dirinya? Apa kesalahan yang pernah dilakukan olehnya? Kiara bingung dan merasa tidak melakukan hal yang salah pada Jay. Jay tidak mengatakan apa-apa dan hal ini yang membuat Kiara bingung bukan kepalang. Dia hanya menggelengkan kepalanya saja.Kiara tidak bisa melihat dirinya sendiri dibenci dengan tanpa alasan yang jelas. Bagaimana rasanya dibenci oleh orang yang ingin menjadi bagian dari hidupmu? Dia hanya mampu mendesah dan mulai memeluk bantal putihnya. Mungkin dengan cara ini Kiara bisa menenangkan diri dengan menggunakan bantal putih. Setelah melihat kebencian yang ada pada diri Jay, Kiara berjanji tidak akan mau me
“Diam sebentar, Kiara!” kata Anita yang sedang fokus mewarnai kaki Kiara. Dia sedang sibuk membuat Henna di kaki Kiara, dia sudah memakan waktu 3 jam hanya untuk membuat Henna.“Aku minta maaf, Anita!” Kiara meminta maaf untuk beberapa kali pada pagi itu. Dia mulai merasakan kecemasan, dia tidak menyadari kakinya sejak tadi tetap bergerak-gerak. Otaknya mulai berpikir tentang Jay mulai marah padanya, entah kesekian kalinya Kiara mulai memikirkan lelaki yang dibencinya sepanjang malam hingga pagi. Dia takut pada Jay akankah dia mengecewakan dirinya? Apakah ucapan yang diucapkan oleh Jay tadi malam benar-benar serius. Kiara mulai khawatir dan kebingungan.“Kiara, apa kamu baik-baik saja?” Anita bangkit, dengan ekspresi kekalahan yang terlihat di mata cokelatnya. “Kakimu dari tadi tidak berhenti bergerak. Saya merasa kamu memiliki masalah yang menyebabkan kamu khawatir?” matanya mulai menatap mata Kiara.Apakah dia harus memberitah
Adline tak tega melihat anaknya menangis hingga mengeluarkan orangtua, ia berusaha untuk memeluk tubuh anaknya yang mulai gemetaran. Walaupun berkali-kali airmata putrinya kembali menetes, Adline berkali-kali mengusap di wajah puterinya. Dia ingin anaknya tetap Kuat, dia tidak ingin melihat Kiara yang lemah seperti ini. Apalagi dia harus kehilangan puterinya karena ingin menikah dengan Jay. Adline hanya bisa berharap semoga pernikahan yang akan dijalankan oleh Kiara dan Jay tidak akan berakhir seperti pernikahannya. 25 tahun, Adline bersama dengan pria yang tidak dicintainya itu adalah sebuah siksaan yang amat berat. Menjalani pernikahan seperti ini sama saja seperti berjalan diatas duri yang tajam. Ia tak berdaya dan tidak bisa merasakan cinta. Sampai akhirnya dia memiliki anak bernama Kiara, Kiara lah satu-satunya alasannya masih hidup sampai saat ini. Sejak Kiara lahir, Adline mulai merasakan kebahagiaan yang tiada Tara dalam hidupnya. Dia memeluknya dengan erat
Kiara mulai mencengkeram tangannya yang mulai dingin, kakinya mulai membuat suara hingga mengetuk lantai marmer yang gak terkendali. Napasnya mulai tak beraturan, dia mulai gugup saat melihat pandangan di rumah Jay. Rumah yang asing, disini tidak ada satupun orang yang mengenalinya, ini bukan dunianya.Dia tahu betul apa yang diharapkan orang-orang setelah ada pengantin baru Jay. Ibu Jay telah mempersiapkan kamar ini sebaik-baiknya tapi kenyataannya harapannya tidak sesuai dengan yang ia dapatkan. Hanya dalam sekejap statusnya berubah dari Puteri seorang miliarder hingga sekarang berstatus sebagai istri orang lain. Bahkan dia merasa asing dengan kamar Jay, tempat tidur hingga suasana yang masih asing. Seorang pria yang saat itu tidak ingin menikahinya malah datang dengan tiba-tiba. Seumur hidupnya, dia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang amat membencinya. Selama pernikahan, Jay tidak pernah menengok atau sekedar menatap matanya, kalaupun dia mau menatap Kiara i
Pelayan muda itu mulai melangkahkan kakinya ke kamar Kiara, dia tampak duduk sendirian disana dan bersiap-siap untuk sarapan.“Selamat pagi, Bu."Kiara memberikan senyuman manis kepada pelayan itu, dia tahu betul rumah ini begitu asing baginya. Baginya ada hal misteri yang ada di rumah ini.“Hei,” Kiara bangkit dari tempat tidurnya, dia berusaha memperbaiki lipatan pada sarinya.“Bu Aliya mengirim saya untuk membantu kamu untuk bersiap-siap. Tetapi sepertinya saya telat datang.” kata Pelayan itu, tapi Kiara hanya menatap pada lantai saja.“Kamu tidak perlu sering melihat lantai,” Pelayan itu berusaha meyakinkan Kiara. “Aku tidak menggigit.Kiara mulai mengangkat kepalanya perlahan-lahan, dia mulai melihat seorang Gadis yang seumuran dengan saudaranya. Penampilan dia mirip sekali dengan saudaranya, mulai dari warna rambut hitam dan wajah ovalnya. Matanya pun mulai berbinar.Kiara mulai tersen