Share

BAB VII Tulang Belulang

Author: ArjumandViva
last update Last Updated: 2021-06-08 12:48:18

Suasana hutan menjadi riuh. Burung-burung beterbangan karena kaget mendengar suara keras. Tar berlari mengikuti detektif Devgan. Hutan itu seakan menolak kehadiran mereka berdua. Akhirnya ada sebuah batu yang besar dan memiliki lubang di bagian tengah. Sepintas bentuknya mirip gua dan menjadi alternatif terbaik sebagai tempat sembunyi. Baik Tar maupun detektif Devgan belum bisa bernapas lega. Keduanya sulit berhirup oksigen dan penuh keringat dingin. Senter yang mereka bawa benar-benar berguna dalam keadaan seperti itu. Mereka berdua segera membersihkan sedikit tempat untuk sekedar duduk dan bersandar. Sebenarnya tempat itu berbau menyengat. Sisa-sisa buah busuk bercampur kotoran hewan bertebaran di mana-mana. Namun, mereka berdua tetap bertahan.

“Bagaimana keadaanmu? Apakah baik-baik saja?” tanya detektif Devgan.

“Buruk. Napasku masih belum stabil. Jantungku hampir copot. Suara apa itu tadi? Kenapa kita harus melarikan diri seperti ini?” Tar berusaha mendapatkan jawaban yang masuk akal.

“Tadi ada suara mirip benda besar yang jatuh, tetapi besar kemungkinan itu semacam granat. Kita tidak bisa mengambil resiko dengan tetap berada di sana. Keadaan gelap. Apalagi hutan ini jarang terjamah manusia. Kita tidak tahu rahasia besar apa yang terkandung di dalamnya secara menyeluruh. Lebih baik kita menghindar dari pada menjadi tawanan sesuatu.”

“Jadi, apa yang akan kita lakukan di tempat seperti ini?”

“Beristirahatlah untuk memulihkan tenagamu. Saat ini hanya itu pilihan paling tepat.”

            Kepala Tar berdenyut-denyut. Pikirannya melayang-layang. Bagaimana dan di mana sebenarnya sepupunya itu berada? Hutan ini penuh rintangan. Sedangkan monster manusia burung mengerikan yang masuk ke villa berlari ke dalam hutan penuh misteri ini. Kunci utamanya, Tar harus mendapatkan petunjuk tentang makhluk aneh itu. Saat ini ia merasa aman bersama dengan seorang detektif yang bersedia membantunya. Hal tersebut sedikit melegakan.

“hei lihat di sebelah sana! Ada tanah bekas digali,” detektif Devgan berseru lantang.

            Mereka berdua memutuskan untuk mengecek untuk menghilangkan rasa penasaran. Tar melihat benda yang mencurigakan. Ada bulu-bulu berwarna merah muda bertebaran didekat tanah bekas galian itu. Sekilas bulu-bulu itu mirip flamingo. Tar memungut untuk memastikan sesuatu. Lalu ia teringat tentang sesuatu yang amat penting. Bulu itu mirip sekali dengan bulu monster manusia burung.

“Detektif, bulu ini mirip kepunyaan monster yang saya lihat di villa.”

“Mana? Ini bisa menjadi semacam petunjuk. Ayo cari lagi dan kumpulkan!”

“Baik. Sepertinya tanah bekas galian ini berhubungan dengan monster manusia burung itu. Kurasa kita harus menggali lebih dalam, siapa tahu kita akan mendapatkan lebih banyak petunjuk.”

“Jenius. Mari kita lakukan bersama-sama!”

            Tanah digali dengan peralatan seadanya. Batang pohon kecil menjadi alternatif. Selain itu batu-batu runcing juga digunakan dengan maksimal. Tar seperti kembali ke jaman purba. Bermalam di hutan, bersembunyi di balik batu yang menyerupai gua, dan kini ia menggali dengan peralatan primitif. Meski begitu, ada kegembiraan yang menyelinap dalam hatinya karena satu petunjuk telah ia dapatkan. Bulu monster terkutuk itu kini berada dalam genggamannya. Usaha tidak akan pernah menghianati hasil.

“Kau yakin bulu ini milik monster yang kau maksud?”

“Iya warnanya hampir mirip 95%.”

“Bagaimana jika ternyata pemiliknya hanya burung biasa yang tinggal di hutan ini?”

“Aku akan mengecek kebenarannya setelah pulang.”

“Caranya? Bukankah dokter pun tidak percaya padamu?”

“Tenang saja. Mamaku seorang peneliti. Aku bisa meminta bantuannya untuk mendeteksi bulu apa ini sebenarnya.”

“Bravo! Aku suka dengan anak muda yang penuh optimis dan rencana sepertimu. Pertahankan karaktermu itu!”

“ngomong-ngomong aku sudah merasa haus. Apakah ada air disekitar sini?”

“Coba carilah tanaman kantong semar dan sejenisnya atau lumut.”

“Kenapa harus jenis insectivora atau lumut?”

“Bentuk morfologinya mampu menampung air hujan. Jadi kemungkinan besar ada air di dalamnya. Namun, kau perhatikan dulu baik-baik. Jangan kau minum jika masih ada bangkai serangga di dalamnya. Kalau lumut biasanya lembab. Coba kau peras pasti keluar airnya.”

“Bersama denganmu seperti mengikuti sekolah alam. Penuh tantangan dan rintangan. Aku menyukainya.”

“Bergegaslah! Lalu kita selesaikan penggalian ini.”

            Tar berkeliling dengan penuh waspada. Ia tidak mau terlalu jauh dari rekannya. Mencari tumbuhan kantong semar di dalam hutan pinus pada malam hari bukanlah ide yang baik. Ia sudah berkeliling dan berputar-putar, tetapi masih nihil. Sekarang badannya justru bertambah capek dan dahaga. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon. Sebelum energinya pulih terdengar teriakan dari detektif Devgan.

“Tar cepatlah kembali! Ada sesuatu di sini!”

            Kaki Tar terasa berat menopang badannya sendiri. Namun, ia memutuskan untuk secepatnya kembali ke tanah galian. Perasaannya tidak enak. Apa yang sebenarnya telah ditemukan oleh detektif Devgan? Tar terlalu takut untuk sekedar menebak. Keringat dingin dari tubuhnya semakin bertambah banyak. Gugup, sedih, lapar, haus, panik, dan penuh tanda tanya menguasai dirinya. Jalannya terseok-seok seakan melewati jurang yang dalam. Pikirannya kalang kabut, entah karena penasaran atau penantian akan sesuatu yang ingin ia temukan. Tangannya mengepal erat seperti menggenggam senjata tajam. Tar tidak suka keadaan ini menjadi berlarut-larut.

            Sampai di tempat tujuan, detektif Devgan masih membisu. Ia tetap berada di dalam tanah galian. Tatapan nanar ditujukan kepada Tar. Tubuhnya kotor terkena tanah yang sedikit basah. Perlahan dengan keberanian yang masih tersisa Tar mendekat ke arah tanah galian untuk melihat apa yang sebenarnya telah ditemukan. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari pada biasanya. Entah sudah berapa kali dalam satu hari ini dirinya merasa tidak tenang. Begitu jaraknya tinggal dua centi, Tar mulai berjongkok dan menunduk untuk mengecek isinya. Ia melihat tulang belulang  berserakan. Badannya menjadi lemas.

“Tu-tulang apa ini?” suara Tar bergetar.

            Tanpa menjawab pertanyaan dari Tar, detektif Devgan membuka daun-daun kering yang ada di ujung kanan. Begitu terbuka, Tar menjerit keras sambil menangis.

“Bukan. Bukan tengkorak milik Alex. Pasti kita menemukan milik orang lain!”

“Tenang Tar. Ini penemuan baru dari hasil investigasi. Ada banyak kemungkinan.”

“hentikan! Kembalikan Alex! Kembalikan sepupuku sekarang!” Tar mulai hilang kendali. Detektif Devgan tidak mampu menenangkannya, hingga Tar pingsan di samping tanah galian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVIII Manusia Angsa

    Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVII Camazotz

    Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV HAMPA

    Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXV Hilang

    Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV Kesalahan

    Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIII Kapas

    Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status