Share

Kisah Malam Pertama
Kisah Malam Pertama
Author: Halo Preneur

BAB 1

Di dalam kamar hotel yang sudah disulap begitu indah dengan berbagai bunga mawar, rasa sakit hatiku masih terus membara. Wajah ayuku di hadapan cermin tampak begitu dingin. Sementara otakku terus berkelana menyunsun sandiwara malam pertama.

“Capek nggak, Sayang?” Diran mengecupi leher dan pundakku yang polos begitu mendamba. “Aku bantu lepasin gaunnya, ya,” lirihnya dengan embusan napas yang meremang.

Aku tersenyum penuh tersirat menatap sosok bajingannya di cermin. “Iya, nih. Capek banget aku, Sayang. Kita langsung tidur aja, ya,” kataku manja.

“Nggak mau malam pertama, nih?” godanya yang perlahan membuka ritsleting belakang gaun putihku.

“Jangan sekarang ya malam pertamanya. Aku beneran capek banget, Sayang.” Aku menahan

gaunku yang akan jatuh ke lantai usai ritsleting di belakangnya terbuka penuh.

“Bentar doang, Sayang. Aku bakalan pelan-pelan mainnya,” rayunya seraya berusaha melepaskan tanganku yang menahan gaunku jatuh.

Aku kembali tersenyum. “Kalau gitu kamu mandi dulu, ya.”

“Mandi bareng aja,” rayu Diran seraya membalikkan tubuhku ke hadapannya.

“Aku mau bersihin make up dulu. Nanti aku nyusul,” kataku mencoba mencari alasan.

“Ya udah, jangan lama-lama, ya,” pintanya seraya mencoba mencium bibirku.

“Nanti aja cium-ciumnya, ya.” Aku menjauhkan wajahku dari wajahnya. “Aku tadi habsi makan babat. Mau gosok gigi dulu,” kilahku.

Diran mengembuskan napas berat. “Ya udah, deh. Aku siapkan bak mandinya buat kita berendam, ya,” ucapnya akhirnya.

Aku mengangguk dengan senyum yang aku buat semanis mungkin.

Sepeninggal Diran ke kamar mandi, aku segera meraih ponselku yang sudah dipenuhi ucapan

selamat pada pesan W******p. Namun, salah satu pesan dari teman baikku lebih menarik perhatianku.

Reen : Gee, lo coba cek juga ponselnya

Diran. Ada kemungkinan suami berengsek lo itu nyimpan kontaknya si Jonna pakai nama lain.

Aku mengeraskan rahang menahan sesak. Masih teringat jelas, seminggu lalu Reen mengirimiku foto Diran yang tengah merangkul Jonna memasuki hotel dan keluar hotel pagi harinya. Kebetulan itu terjadi saat Reen tengah bermalam dengan kekasihnya di hotel yang sama dengan Diran.

Sungguh berengsek Diran. Bisa-bisanya dia berselingkuh dengan teman baikku sendiri. Atau ... mungkin Jonna yang berengsek. Bisa-bisanya teman baikku itu berubah menjadi perempuan murahan perebut laki-laki orang.

Tidak. Apa pun itu, mereka tetaplah berengsek. 2 manusia hina itu pasti akan aku hancurkan dengan caraku sendiri.

Usai membersihkan make up dan melepas gaun pengantinku, aku memakai komono mandi dan berjalan ke kamar mandi. Aku juga akan memulai permainan untuk mempermainkan mereka. Seperti mereka mempermainkanku tanpa perasaan.

“Hai, Sayang,” sapaku seraya melonggarkan tali komono untuk memperlihatkan belahan dua buah gundukkan kenyal milikku.

“Oh, shit,” lirihnya dengan tatapan terpana menatap belahan dua buah gundukkan kenyal milikku. “Sini, Sayang. Jangan buat aku nunggu lama. Aku udah nggak tahan,” pintanya mengulurkan tangan, memintaku masuk ke dalam bak mandi.

Aku duduk di pinggiran bak mandi dengan begitu sensual memperlihatkan paha polos menggodaku. “Gimana ya, Sayang ... aku kayaknya nggak bisa malam pertama, deh.”

“Kenapa, Sayang?” tanyanya kecewa.

“Aku ....” Aku membelai lembut wajah dan dada bidangnya menggoda,” lagi datang bulan.”

“Oh, shit!” umpatnya penuh sesal. “Aku udah nahan-nahan dari tadi sampai kesakitan,” keluhnya

Aku tersenyum — penuh kemenangan melihatnya mengerang kesakitan di dalam bak mandi.

Ini masih bukan apa-apa permainannya, Diran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status