Share

BAB 2

Author: Halo Preneur
last update Last Updated: 2022-02-23 08:44:08

Tengah malam aku terbangun oleh kemelut perasaan sakit. Sementara Diran tampak pulas tertidur memelukku dari belakang. Laki-laki berengsek itu bahkan tidak terganggu sama sekali oleh isak tangisku.

Sesaat, aku teringat pesan Reen untuk memeriksa ponsel Diran. Karena ada kemungkinan Diran merahasiakan selingkuhannya itu di sana dengan nama lain. Mereka tidak mungkin bisa saling bertemu begitu saja, jika tidak lewat ponsel.

Perlahan-lahan aku beranjak melepaskan diri dari pelukan Diran. Lalu menghampiri ponsel milik Diran di atas nakas yang tampak dicas. Dengan hati-hati aku meraih ponsel yang kebetulan sekali tidak dalam mode mati. Namun, sayangnya aku tidak bisa membuka layarnya yang dikunci dengan kata sandi.

Aku mengembuskan napas sesal. Ada penyelasan, kenapa aku tidak pernah sekali pun ingin tahu dengan isi ponselnya dari dulu. Bahkan hanya untuk sekadar mengetahui kata sandinya pun aku tidak tahu.

Aku memutuskan ke kamar mandi untuk membasuh wajahku yang rasanya panas oleh tangis. Ditambah lagi, aku tidak mungkin menunjukkan mata sembabku akibat menangis esok hari.

Keluar dari kamar mandi, aku melihat layar ponsel Diran menyala dengan notif panggilan masuk. Ya. Hanya menyala. Tanpa suara maupun getaran. Aku yakin, itu adalah salah satu permainannya bermain-main di belakangku.

Aku mendekat untuk melihat nama si pemanggil tersebut. Tampak nama Pak Prana terpampang di sana.

Pak Prana adalah atasan Diran di kantor e commerce bidang digital marketing. Namun, untuk apa Pak Prana telepon pada tengah malam? Kalaupun ada kepentingan pekerjaan, apakah wajar menelepon tengah malam? Bukankah Diran mengajukan cuti seminggu? Bukankah juga dia bisa berpikir, jika panggilan teleponnya akan sangat menganggu malam pertama kami?

Ya. Meski kenyataannya aku tidak sudi melakukan malam pertama dengan Diran. Kecurigaaku semakin menjadi tatkala panggilan dari Pak Prana terus berlangsung hingga 5 kali.

Cih! Sangat tidak wajar bukan?

Ya. Aku bisa pastikan, jika kontak tersebut bukanlah Pak Prana yang asli. Sudah pasti nama tersebut hanyalah alibi untuk menutupi kontak yang sebenarnya.

Seketika aku teringat banyak kejadian ke belakang. Di mana Diran sering kali menerima telepon dari Pak Prana dengan alasan pekerjaan. Bahkan pada saat-saat kami sedang guality time sekaligus.

Usai panggilan tersebut berakhir, aku menatap nyalang laki-laki berwajah tanpa dosa di hadapanku.

Berengsek! Sudah berapa lama kalian bermain di belakangku? Kalian pikir, kalian bisa terus membodohiku? Akan aku balas kalian.

“Ada apa, Sayang?” tanya Diran menggeliat.

Aku berusaha tersenyum. “Nggak papa, Sayang. Kebangun karena kebelet pipis aku.”

“Sini.” Diran kembali merentangkan tangan, memintaku untuk tenggelam dalam pelukannya. “Aku kedinginan gara-gara kamu nggak bisa malam pertama,” pintanya manja.

Aku kemudian kembali ke ranjang dan menenggelamkan diri ke pelukannya.

“Besok, kalau kamu udah selesai datang bulan, langsung bilang, ya. Aku udah nggak sabar pengen ngeperawanin kamu.”

“Lihat aja besok.” Aku tersenyum penuh tersirat.

“Kamu juga lihat aja besok, gimana aku akan begitu garang di ranjang.”

Tapi Aku mendongak menatapnya, “kira-kira piton kamu masih perjaka nggak?”

“Masih, dong,” jawabnya cepat.

“Buktinya mana kalau masih perjaka?”

tanyaku memancing.

“Buktinya dia selalu memberontak kalau deket

kamu.”

Aku tergelak. Dasar, otak selangkangan.

“Kamu nggak percaya kalau aku masih

perjaka?” tanyanya menyelisik.

Lagi-lagi aku berusaha tersenyum. “Cuma

pengen mastiin aja. Kan nggak adil, kalau aku masih

perawan, tapi kamunya udah nggak perjaka.”

“Buktinya mana kalau masih perjaka?”

tanyaku memancing.

“Buktinya dia selalu memberontak kalau deket kamu.”

Aku tergelak. Dasar, otak selangkangan.

“Kamu nggak percaya kalau aku masih perjaka?” tanyanya menyelisik.

Lagi-lagi aku berusaha tersenyum. “Cuma pengen mastiin aja. Kan nggak adil, kalau aku masih perawan, tapi kamunya udah nggak perjaka.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kisah Malam Pertama   BAB 23 TAMAT

    3 bulan kemudian.Usai ketukan palu di pengadilan, maka selesai sudah hubunganku dengan Diran Diran dalam tali pernikahan. Selama proses berlangsung, Diran tampak kooperatif, meski tak mengatakan apa pun.Ya. Aku rasa Diran memang tidak bisa berbuat banyak, usai menyadari kesalahannya. Bahkan dia tak menggunakan pengacara selama proses persidangan. Meski dia tak pernah mangkir setiap kali sidang mediasi, sayangnya aku tak sudi barang satu kali pun untuk datang ke sidang mediasi.Keluar dari ruang pengadilan, kulihat Diranberjalan menunduk dengan wajah ditekuk. Sementara aku berjalan bersama Om Riwan selalu mendampingiku selama prosesnya."Gee."Aku menghentikan langkah dan menoleh. Tampak Diran berjalan menghampiriku. Lalu mengulurkan tangan dengan wajah penuh penyesalan padaku.“Sekali lagi aku minta maaf. Aku harap kita masih bisa berjabat tangan untuk terakhir kalinya,” ucap Diran.Aku cukup tertegun, tetapi juga masihdipenuhikebencian. Namun, memperlihatkanketangguhan di hadapan se

  • Kisah Malam Pertama   BAB 22

    Sebuah makan malam di bistro milik Reen menjadi akhir rencanaku. Aku sengaja menggagas makan malam bersama dengan 2 keluarga besar untuk mengungkapkan akhir rumah tanggaku dengan Diran. Karena aku tidak ingin bertele-tele untuk mengakhiri semuanya. Hidangan sirloin steak rendang sauce, egg and avocado salad in jar dan prawn bruchetta lengkap dengan wine merah menghuni meja panjang di ruangan privat room. Tampak penghuninya begitu menikmati hindangan sembari bercengkerama hangat. Kecuali aku dan Diran pastinya. Ya. Diran tampak menunduk tak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan terlihat ogah-ogahan menikmati hidangan. Sementara aku ... tetap menyantap makanan begitu lahap, sebagai amunisi, sebelum memberitahukan hal yang mengejutkan. “Kamu tambah cantik setelah nikah, Gee,” puji Bu Rini—ibu mertuaku. Aku tersenyum sebagai balasan. Tentu saja aku harus tampil cantik malam ini. Jumpsuit polka dot vintage look berkerah lebar memang cukup membuat penampilanku rimeless. Ditambah make up

  • Kisah Malam Pertama   BAB 21

    Usai keluar dari kamar laknat itu, aku berjalan gontai dengan air mata tak berhenti mengucur dari kedua mataku. Kepedihan begitu sangat terasa di hatiku saat ini. Meski begitu, aku harus kuat sekuat-kuatnya menerima kenyataan yang terjadi. Dunia tidak akan hancur hanya karena laki-laki yang aku cintai berselingkuh dengan temanku sendiri “kan?Aku merogoh kunci mobil di dalam tas dengan susah payah karena pandanganku yang terus kabur oleh genangan air mata. Sampai kemudian berhasil menemuka kunci, kunci tersebut malah terjatuh begitu saja dari tanganku. Membuatku semakin kesulitan untuk mencari.Sebuah tangan samar-samar kulihat meraih sesuatu di bawah kakiku. “Biar saya antar Mbak pulang.”Suara yang sangat familiar itu membuatku langsung mendongak pada pemiliknya. “Nggak usah Mas. Saya bisa pulang sendiri,” tolakku seraya mencoba meraih kunci mobilku di tanganku.Adira mengeratkan kunci mobilku dalam genggamannya. “Mba

  • Kisah Malam Pertama   BAB 20

    Jonna melangkah membuka pintu. Lalu tak lama kemudian ....“Adira,” pekik Jonna.Aku dan Diran langsung menoleh ke arah pintu terbuka. Terlebih aku yang cukup terkejut dengan sosok Adira yang benar-benar muncul di sana.“Kamu kenapa bisa di sini?” tanya Jonna melangkah mundur.“Aku denger ada ribut-ribut di sini. Jadi aku datang,” ucap Adira melangkah masuk.“Apa maksud kamu?” tanya Jonna tak mengerti.“Cuma pengen tahu aja, laki-laki seperti apa yang ngebuat kamu sampai mengakhiri hubungan kita,” ucap Adira.Mendengar itu, aku langsung membulatkan mata.“Hubungan? Kamu punya hubungan sama Jonna?” tanyaku menatap laki-laki memakai jogger pants hitam berpadu t-shirt hitam, jaket hitam dan topi hitam.Adira menatapku dan mengangguk.“Maafkan saya, Mbak. Saya memanfaatkan keadaan Mbak untuk mencari tahu laki-laki yang udah ngebuat pacar say

  • Kisah Malam Pertama   BAB 19

    Wajah Diran dan Jonna kembali tegang usai mendengar ucapanku. Sementara aku menyeringai penuh kemenangan. “Kenapa? Kalian terkejut lagi? Kalian pikir bisa terus membodohi aku?” tanyaku. “Sejak kapan lo tahu semua ini, Gee?” tanya Jonna. “Seminggu sebelum gue melangsungkan pernikahan,” jawabku menyeringai. “Apa?” pekik Diran. “Kenapa? Terkejut lagi?” tanyaku menatap laki-laki berkemeja oversized berpadu blue jeans dan sneakers. Diran kemudian berdiri. “Lalu kenapa kamu mau meneruskan pernikahan ini kalau kamu sudah tahu dari awal?” Aku tertawa. “Untuk mempermainkan kalian berdua, dong.” Diran mengeraskan rahang. Sementara Jonna menggeleng-geleng tidak percaya menatapku. “Jadi gimana sekarang rasanya dipermainkan?” tanyaku berdiri menatap Diran. “Menyenangkan dong pastinya. Apalagi bisa membuat kamu mengerang kesakitan tanpa kepuasan setiap malam,” sambungku menyeringai. “Jadi kamu

  • Kisah Malam Pertama   BAB 18

    Adira : Mereka baru saja memasuki kamar hotel bersama.Pesan dari Adiran lengkap dengan foto Diran dan Jonna masuk ke sebuah kamar hotel membuatku bersiap-siap menyiapkan diri. Usai mendatangi pengadilan bersama Om Riwan tadi pagi untuk mendaftarkan gugatan perceraian, aku juga segera mengemasi barang-barangku dari rumah itu dan memutuskan singgah sementara di hotel.Ya. Malam ini adalah akhir dari semua kebusukan mereka di belakangku.Aku mengaplikasikan highlighter di pangkal dan ujung hidung, teardcut, dahi dan tulang pipi di hadapan cermin. Lalu menggambar sedikit arch pada alis mata menggunakan pensil alis cokelat muda. Tak lupa juga complexion yang flawless dan dewy yang menjadi kunci penting riasan malam ini. Kemudian terakhir, lipstick nude pink untuk menambah feminine dan attractive.Ya. Malam ini penampilanku harus paripurna di hadapan 2 pengkhianat itu. Akan kutunjukkan keanggunanku membalas perbuatan mereka malam ini.Jangan kalian piki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status