Share

8. Awal yang baru

Hari ini langit terlihat cerah. Begitu juga dengan suasana hatiku. Sudah kumantapkan dalam hati untuk bangkit dari kesedihan. Aku harus berjuang untuk menjalani kehidupan ini. Wejangan Fan Yin semalam seakan memberiku semangat baru.

Kukeluarkan semua isi bungkusan yang berserakan di kamar. Pakaian sepatu dan kosmetik semuanya ada. Tinggal satu bungkusan lagi yang belum kubuka. Saat aku membuka bungkusan itu, kulihat isi didalamnya adalah pakaian dalam wanita. Ternyata ia sedetail itu.

”Wah!" Kubentangkan celana dalam warna pink yang berenda di depanku. "Dia ternyata tidak lupa membeli dalaman wanita juga. Kini aku terkesan.” gumam ku sambil tersenyum.

Setelah selesai kubereskan semua pakaian itu, aku pun pergi membersihkan tubuhku. Kurasakan perih saat air menyentuh tubuhku yang luka. Dengan semua hal yang terjadi padaku beruntung aku masih bisa bernapas hingga saat ini. Aku akan membalas kebaikan Zhou Tian.

Saat aku sedang memakai pakaian, kudengar suara gaduh dari bawah. Aku penasaran lalu aku buru-buru mengenakan pakaianku. Segera aku keluar kamar. Dari atas balkon kulihat Zhou Tian dan Fan Yin berlumuran darah. Lalu ku turuni setiap anak tangga dengan cepat.

”Kau? Apa yang terjadi padamu? mengapa kalian terluka seperti ini.” Tanyaku.

Zhou Tian menghela napas dan memandangiku. ”Ini bukanlah apa-apa hanya luka kecil. Kami biasa mengalami hal seperti ini. Jangan khawatir nanti juga akan sembuh.”

”Yah.. tadi kami dihajar Lei wulong. Bisanya main keroyok. Untung saja kami bisa mengalahkannya. Kau tahu, gege tadi sangat hebat dia bisa menghajar pengawal Lei Wulong mundur.” Sahut Fan Yin, lalu ia melanjutkan kalimatnya. ”Apa kau pernah menonton film Crows Zero? Jika ya kurang lebih seperti itu adegan yang terjadi pada kami. Aduh, hidungku sakit sekali.” Fan Yin meringis sambil memegangi hidungnya yang berdarah.

Aku merasa bersalah dengan kejadian yang mereka alami. ”Maaf, kalian mengalami hal ini karena aku. Sungguh aku minta maaf aku hanya membawa masalah bagimu.” Saat mengatakannya air mataku jatuh.

Zhou Tian menatapku dengan nanar. Kemudian ia melangkah mendekati aku dan meletakkan kedua tangannya di atas pundakku.

”Hmm, ini bukan salahmu. Tapi salahku.” Ucap Zhou Tian, matanya menelisik ke dalam mataku.

”Iya Naomi. Kau jangan menangis karena hal ini. Lihat kami baik-baik saja. Kau tahu jika ada gege kau aman. Lihatlah, dia bahkan tidak meringis kesakitan meskipun mendapat lebam di wajahnya. Berhentilah menangis.” Sela Fan Yin.

Zhou Tian hanya memandangi Fan Yin dengan dingin saat mendengar ucapan Fan Yin barusan. Disaat begini Fan Yin masih bisa bercanda. Kuseka air mataku dengan punggung tanganku. Lalu kupandu Zhou Tian duduk di sofa.

”Di mana kalian menyimpan kotak P3K?” Tanyaku pada Fan Yin.

”Ada di rak dekat tv.” Jawab Fan Yin sambil menunjuk ke arah backdrop tv.

Segera aku pergi ke arah yang ditunjuk Fan Yin. Setelah menemukanya aku kembali ke sofa dan duduk di sebelah Zhou Tian. Kuambil kapas lalu kuteteskan alkohol. Dengan hati-hati kuseka luka yang ada di bibir dan dagu Zhou Tian pelan-pelan. Dia diam saja tanpa ekspresi menatapku melakukannya.

”Apakah sakit?” Tanyaku.

”Tidak.” Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dariku.

Aku gugup saat diperhatikan seperti itu. Lalu tanpa sengaja mata kami bertemu. Ia menatapku dengan mata belatinya. Kualihkan pandanganku, jika menatapnya lebih lama akan membuat jantungku lompat dari tempatnya.

”Hei, yang sakit disini bukan hanya dia saja. Masih ada satu pasien disini.” Ujar Fan Yin memecah kecanggungan di antara kami.

”Tunggulah sebentar ini hampir selesai.” Balasku pada Fan Yin.

Lalu buru-buru aku mengobati luka Zhou Tian. Saat aku hendak berdiri, Zhou Tian menarik tanganku.

”Kau mau kemana? Pasien ini belum sembuh.” Ujar Zhou Tian

”Aku ingin mengobati Fan Yin juga.” Jawabku lalu kutarik tanganku dari genggaman Zhou Tian.

”Aiya, gege lukamu sudah diobati. Lihatlah diriku hidungku masih berdarah. Jangan egois hidungku juga membutuhkan perawatan.” Sifat kekanak-kanakannya Fan Yin keluar.

Aku tersenyum melihat tingkah Fan Yin. Kubersihkan darah yang mengalir dari hidung Fan Yin.

”Aduh, ini sakit sekali.” Teriak Fan Yin.

”Maaf. Aku akan lebih hati-hati.”

”Dasar badan saja yang besar. Itu saja berteriak.” Ujar Zhou Tian sambil melangkah pergi naik ke atas.

Aku hanya memperhatikannya pergi. Fan Yin kembali meringis. Kuseka kembali lukanya.

”Ternyata sungguh beruntung ada seorang wanita di rumah. Saat terluka akan ada yang merawat. Selama ini bila sakit atau pun harus terluka karena suatu hal pasti merawat diri sendiri. Naomi terima kasih sudah merawatku.” Fan Yin memegang kedua tanganku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

”Kalian terluka karena diriku. Aku hanya bisa membantu dengan seperti ini. Harusnya aku yang berterima kasih. Juga kepada Zhou Tian aku berhutang budi padanya.” Aku berbicara dengan suara pelan.

”Selama ini gege tidak pernah bentrok dengan kelompok mana pun karena wanita. Ini pertama kalinya. Kau tahu julukan yang orang sandangkan padanya? Tembok es.” Fan Yin meluruskan kakinya dan menyandarkan punggungnya ke sofa.

Aku hanya mendengarkan saja semua cerita Fan Yin. Aku merasa tertarik dan penasaran dengan kisah Zhou Tian. Kemudian Fan Yin melanjutkan kalimatnya. ”Banyak wanita yang berusaha mendapatkan hatinya. Namun berakhir sia-sia. Sedikit pun dia tak pernah peduli. Namun kini ia...” Fan Yin terdiam sejenak. Lalu ia mendelik. ”Aiya... jangan-jangan kau gadis yang membuat gege berobat ke dokter.”

Aku membelalakkan mataku. ”Apa? dokter? Zhou Tian sakit?” Tanyaku dengan nada kaget.

Fan Yin tertawa sambil memegangi hidungnya yang sakit. ”Akhirnya pertanyaan yang selalu bersarang di kepalaku terjawab sudah. Wanita itu kau.” Ia kembali tertawa.

Aku semakin bingung dengan pernyataan Fan Yin barusan. ”Apa maksud dari ucapanmu? Aku tidak mengerti.” Semuanya terasa aneh menurutku.

”Sepertinya gege tertarik denganmu.” Ungkap Fan Yin.

Aku kaget mendengarnya. Lalu aku menyela. ”Kau salah paham. Dia melakukan itu karena merasa iba dengan aku.” Sebenarnya aku pun senang saat mendengar itu. Namun kutepis pikiran itu karena aku tidak ingin salah paham dengan pertolongan Zhou Tian.

Kemudian ia menimpali, ”Ya, sudah bila kau tak mempercayainya.” Lalu ia mengambil cermin kecil yang ada di bawah meja. ”Oh, hidungku yang malang. ketampananku ternodai. Bagaimana aku bisa berkencan nanti malam dengan penampilan seperti ini?” Gerutu Fan Yin sambil memegangi hidungnya.

”Kau tetap terlihat tampan kok. Kau dan Zhou Tian sifat kalian bertolak belakang. Dia selalu terlihat cuek dan kau pria yang hangat.”

”Sebenarnya dia juga pria yang hangat. Itu semua karena keluarganya. Ayahnya yang membuat ia menjadi seperti itu.” Balas Fan Yin.

”Ia punya keluarga?” Tanyaku penasaran.

Fan Yin menghela napas. Lalu ia melihat ke sekeliling untuk memastikan Zhou Tian tidak mendengarnya. ”Sebenarnya ia anak seorang pengusaha kaya dari Beijing. Ia Pewaris tunggal. Jadi ayahnya terlalu mengekangnya dan ia harus menuruti semua perintah ayahnya.”

Aku menyimak perkataan Fan Yin. Aku semakin penasaran dengan kisah Zhou Tian. Lalu Fan Yin melanjutkan ceritanya. ” Ia tidak tahan dengan semua aturan yang diberikan ayahnya. Pada akhirnya ia pun memberontak dan kabur dari rumah. Dan Jadilah dia yang sekarang.” Ia mengakhiri ceritanya.

”Sepertinya gosip kalian menyenangkan sekali.” Zhou Tian tiba-tiba datang. Kami pun kaget dengan kehadirannya.

Zhou Tian menatap Fan Yin dengan tajam yang membuat Fan Yin jadi salah tingkah.” Gege sejak kapan kau datang?” Tanya Fan Yin sambil cengengesan.

”Sejak cerita anak pengusaha kaya. Wah aku penasaran siapa anak pengusaha itu. Bisa kau beritahu padaku?” Tanya Zhou Tian dengan tatapan tajam.

Aku merasa kasihan melihat Fan Yin yang terintimidasi dengan kehadiran Zhou Tian. Lalu ku alihkan pembicaraan.” Apa dagumu sudah tidak sakit lagi?”

Zhou Tian memegang dagunya. ”Ya, sudah tidak sakit lagi. Terimakasih sudah membantuku mengobatinya tadi.” Jawabnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status