Zhou Tian POV
Aku melangkah keluar dari kamar Naomi. Kuletakkan telapak tanganku di dada kiriku. Jantungku tak karuan setelah memeluknya tadi. Terasa sesak saat berada di dekatnya.
”Sepertinya aku harus ke dokter. Akhir-akhir ini jantungku terasa sesak. Keberadaan Naomi membawa dampak buruk buat jantungku." Aku menggumam.
Saat aku turun ke bawah, kulihat Fan Yin sedang sibuk bermain game di ruang tengah. Ia menyadari kehadiranku.
”Gege, kau mau kemana kok buru-buru sekali.” Tanya Fan Yin.
”Aku mau ke dokter.” Jawabku sambil terus melangkah keluar.
Fan Yin kaget dan segera melompat dari sofa. Ia mengikuti aku dari belakang. ”Apa kau sakit? Kau terlihat baik-baik saja.”
Aku hanya diam saja terus melangkah keluar menuju mobilku. Luo yang menyadari aku hendak pergi segera membukakan pintu mobil. Fan Yin juga ikut masuk kedalam mobil.
”Tuan, kemana tujuan kita?” tanya Luo.
”Rumah sakit.” Jawabku datar.
Fan Yin yang penasaran terus saja melontarkan pertanyaan yang sama padaku.
”Apakah seserius itu penyakitmu? Tapi untuk orang yang sakit kau terlihat baik-baik saja.” Fan Yin memandangiku dengan seksama.
”Jika kau ingin ikut berhentilah bertanya.” Jawabku sambil memegangi dadaku kiriku yang masih berdetak tak beraturan.
Fan Yin menyipitkan matanya. Jelas sekali ia tidak senang dengan jawabanku. Selang berapa lama kemudian kami pun tiba di rumah sakit. Aku menemui dokter spesialis jantung. Fan Yin yang sedari tadi penasaran tak henti-hentinya bertanya tentang penyakit apa yang ku derita.
”Akhir-akhir ini jantungku berdetak tak beraturan dokter. Terkadang aku juga merasa sesak.” Ungkapku.
”Apa anda ada riwayat penyakit jantung?” Tanya dokter sembari mengecek tensiku.
”Tidak ada.”
Dokter kemudian meletakkan oxymeter di jariku. Setelah selesai ia menghela napas dan tersenyum .
”Detak jantung anda normal, Pak. Tidak ada kelainan atau masalah lain.” Dokter memaparkan hasil pemeriksaannya.
”Tapi aku merasa jantungku berdegup cepat sekali, Dok.” Sanggahku lagi padanya.
”Apa tadi kamu makan sesuatu yang bisa memicu jantung berdetak cepat? Kopi misalnya.” Tanya dokter.
Aku hanya menggeleng. ”Tidak dok.”
Dokter semakin heran melihatku. Sepertinya ia bingung untuk mendiagnosa aku. Lalu ia menimpali, ”apa tadi kamu melakukan aktivitas berat atau berolahraga?”
”Tidak ada. Hanya saja tadi aku menangkap seorang gadis yang hampir jatuh. Dan...” belum selesai aku mengatakannya Fan Yin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.
”Haha...Aiya, kau sungguh polos sekali. Dokter anda jangan memeriksanya lagi. jelas ini bukan penyakit."
Aku memelototi Fan Yin yang tertawa. Dokter pun tersenyum melihatku.
”Berhentilah tertawa. Apa aku terlihat lucu bagimu?” Ku jentikkan jariku di kening Fan Yin.
”Gege, ayolah apa kau tidak bisa membedakan serangan jantung dan hati yang berdebar karena seorang gadis. Aku tidak percaya kau sepolos itu. Ha...ha...” Fan Yin semakin tertawa dan memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa yang berlebihan.
Aku tidak suka melihat Fan Yin yang menertawai ku. Rasanya aku ingin menendang bokongnya saja dan melemparkannya ke tong sampah. Namun ku tahan karena dokter sedari tadi memperhatikan kami.
”Sepertinya tidak ada masalah dengan jantung anda.” Dokter tersenyum saat mengatakannya.
”Baiklah jika seperti itu. Kami permisi dulu, Dok.” Jawabku.
Dalam perjalanan pulang Fan Yin tidak henti-hentinya tertawa. Cukup! Aku sudah tidak tahan lagi. Dengan ekspresi dingin ku pelototi dia. Fan Yin menyadari kemarahanku. Ia menghentikan tawanya. Sejenak ia terdiam namun beberapa saat kemudian ia mulai menggangguku lagi.
”Aku penasaran gadis mana yang berhasil membuatmu berdebar-debar.” Fan Yin mulai mengorek-ngorek informasi dariku.
Ku sipitkan mataku. "Itu bukan urusanmu." Jawabku datar.
”Sungguh? Tapi, ini pertama kalinya kau seperti ini. Selama ini kau kan seperti tembok es tidak bisa disentuh gadis mana pun. Aku jadi ingin bertemu gadis itu.” Ia mengelus dagunya.
Aku tidak menanggapi perkataan Fan Yin. Ia terus membujuk agar aku memberitahunya. Bahkan ia sekarang lebih terlihat kekanak-kanakan.
”Ayolah Gege,beritahu aku siapa gadis itu?" Tanya Fan Yin penasaran.
Tiba-tiba sebuah Mercy hitam berhenti di depan menghalangi kami. Seseorang keluar dari dalam ternyata itu adalah Lei Wulong. Ia membawa banyak pasukan.
”Zhou Tian keluar kau.” Teriak Lei Wulong.
”Gege mengapa Lei wulong menghentikan kita? Apa kau membuat masalah dengannya?” Tanya Fan Yin panik.
”Itu karena Naomi.” Jawabku singkat.
”Apa?" Suara Fan Yin mengeras. "Jadi kau mengambil Naomi dari Lei wulong? Aiya, Gege sekalinya dekat dengan wanita tapi malah mengambil milik orang. Sekarang apa yang akan kita lakukan? mereka ada 10 kita cuma bertiga.”
”Tuan, apa saya harus menelfon ke rumah menyuruh yang lainnya datang ke sini?” Tanya Luo tiba-tiba.
”Tidak kita hadapi saja.” Jawabku.
”Zhou Tian keluar kau!” Lei wulong kembali berteriak.
Aku pun segera keluar dari dalam mobil. Fan yin dan Luo juga ikut turun. Lei Wulong berdiri sambil berkacak pinggang.
”Kau membawa banyak pasukan. Sepertinya kau benar-benar ingin menghabisi aku.” Ucapku sambil tersenyum sinis.
”Tentu saja. Aku tidak mungkin melupakan kejadian malam itu. Aku akan memberimu kesempatan, kembalikan milikku. Maka aku akan melepaskanmu.” Ia memberikan penawaran.
”Aku tidak bisa melakukannya. Naomi sendiri yang tidak ingin ikut denganmu.” Balasku.
Wajah Lei Wulong menegang kemudian ia berteriak. ”Kurang ajar kau Zhou Tian! Baiklah aku akan tidak akan melepaskanmu kali ini." Lalu Lei wulong memberi sinyal kepada pasukannya untuk menyerang.”Serang mereka jangan kasih ampun."
Aku, Fan Yin dan Luo dengan sigap memasang kuda-kuda. Mereka mengepung kami hingga kami tetap berada di tengah. Salah satu dari mereka melayangkan tinjunya padaku. Secepat kilat aku segera menghindar. Ku ayunkan tangan kananku untuk membalas namun ia menangkisnya. Belum selesai aku bertarung dengannya datang seorang lagi yang menyerangku. Mereka berdua melayangkan tendangannya. Satu mendarat di pipiku dan satu di perutku. Ku rasakan darah seger keluar dari mulutku.
Fan Yin dan Luo pun terpojok. Mereka terlihat kewalahan menghadapi pasukan Lei. Kukepalkan tanganku dan kulayangkan tepat mengenai wajahnya. Namun ia membalas aku dengan tinju yang mendarat di dagu. Terasa sakitnya menjalar ke gusiku. Ku pegangi daguku yang sakit. Kurasakan amarahku memuncak dengan sekuat tenaga kulayangkan tinjuku ke perutnya dan wajahnya. Ia meringis kesakitan. Lalu aku melompat dan menendang seorang yang lainnya. Mendarat sempurna di dadanya hingga ia terjungkal jatuh ke atas tanah. Tubuhku reflek langsung menindihnya dan kupelintir tangannya . Ia menjerit kesakitan.
Ku lihat Fan Yin dan Luo pun berhasil mengalahkan yang lainnya. Lei terlihat tidak senang melihat pasukannya babak belur .
”Zhou Tian, hari ini kamu beruntung. Lain kali aku tidak akan kalah.” Lei wulong terlihat kesal. Lalu ia menyuruh pasukannya untuk pergi.
Aku menghampiri Fan Yin dan Luo. Hidung Fan Yin mengeluarkan darah. Luo juga mengalami cedera di pelipisnya. Beruntung kami bisa mengatasi pasukan Lei.
”Tuan anda baik-baik saja?” Luo bertanya padaku.
”Ya. Aku baik - baik saja. kita pulang saja.” Jawabku sambil kupegangi dagu yang sakit.
****************
Hari ini langit terlihat cerah. Begitu juga dengan suasana hatiku. Sudah kumantapkan dalam hati untuk bangkit dari kesedihan. Aku harus berjuang untuk menjalani kehidupan ini. Wejangan Fan Yin semalam seakan memberiku semangat baru. Kukeluarkan semua isi bungkusan yang berserakan di kamar. Pakaian sepatu dan kosmetik semuanya ada. Tinggal satu bungkusan lagi yang belum kubuka. Saat aku membuka bungkusan itu, kulihat isi didalamnya adalah pakaian dalam wanita. Ternyata ia sedetail itu. ”Wah!" Kubentangkan celana dalam warna pink yang berenda di depanku. "Dia ternyata tidak lupa membeli dalaman wanita juga. Kini aku terkesan.” gumam ku sambil tersenyum. Setelah selesai kubereskan semua pakaian itu, aku pun pergi membersihkan tubuhku. Kurasakan perih saat air menyentuh tubuhku yang luka. Dengan semua hal yang terjadi padaku beruntung aku masih bisa bernapas hingga saat ini. Aku akan membalas kebaikan Zhou Tian. Saat aku sedang memakai pakaian, kudengar s
”Zhou Tian aku berhutang budi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu. Terimakasih kau sudah menolongku. Tapi, tuan Lei sepertinya tidak akan pernah melepasmu. Aku telah menyeretmu kedalam situasi ini. Sekali lagi maaf.” Zhou Tian hanya memandangi aku kemudian ia menyela. ”Tidak masalah. Kau jangan merasa bersalah dengan semua ini. Aku bisa mengatasinya dengan caraku.” Tiba-tiba Luo datang menghampiri Zhou Tian. "Tuan, ada masalah di Black Kingdom.” Ujar Luo. Raut wajah Zhou Tian mengeras. Sesaat kemudian ia menyela. ”Mengapa bisa ada masalah? mengurus hal kecil saja kalian tidak becus.” Suara Zhou Tian meninggi. ”Pergilah, aku akan menyusul ke sana." Perintah Zhou Tian kemudian. ”Baik, tuan.” Balas Luo sembari menundukkan kepalanya lalu pergi keluar. Aku kaget mendengar suara Zhou Tian seperti itu. Zhou Tian meirikku lalu ia mendelik, ”Maaf, jika aku membuatmu takut. Akhir-akhir ini aku menghadapi banyak masalah.” Suaranya mulai lembut. ”Aku aka
Zhou Tian POV ”Mengapa bisa di sabotase?” Aku membentak Luo dan bawahannya. Luo hanya menunduk saja. ”Maaf tuan kami lalai. Aku akan mengurus masalah ini.” ”Mengurus, hah? Tidak kau lihat kerugian yang kualami.” Kusandarkan punggungku ke bahu sofa dan kuletakkan tanganku diatas kepalaku. Tiba-tiba aku teringat Lei wulong pasti dia yang membakar Black kingdom. Aku tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh ini. Tiba-tiba ponsel kuberdering. Kulihat di layar Fan Yin yang menghubungi. Lalu segera kujawab panggilan itu. ”Ya. Ada apa?” Tanyaku. ”Gege, Naomi dibawa polisi.” Jawab Fan Yin tergesa-gesa. ”Apa? Mengapa bisa dibawa polisi?” Aku kaget mendengar kabar itu. ”Tadi kami pergi keluar makan di restoran. Namun, disini kebetulan ada beberapa polisi yang
Selama di perjalanan pulang aku hanya diam saja. Otakku masih memikirkan kejadian tadi. Ciuman Zhou Tian selalu terngiang di benakku. Kuletakkan tanganku di pipiku terasa panas karena merasa malu pada Zhou Tian. "Akhh...! Aku bisa gila tenanglah Naomi!" Teriakku dalam hati. Kuperhatikan Zhou Tian tidak berbicara sepatah kata pun. Ia fokus menyetir mobilnya. Tapi ia terlihat canggung . Bahkan ia tidak menjelaskan mengapa ia menciumku tadi. Haruskah aku yang menanyakannya. Tidak! Dia pasti mengira aku terlalu percaya diri. Namun aku tidak bisa menahannya. Kuberanikan saja bertanya padanya. ”kau?” ”kau?” Kami berbicara bersamaan. ”kau duluan.” Kataku padanya. ”Tidak. Kau saja.” Balasnya. Aku mengalah. ”Baiklah. Bukankah kau berhutang penjelasan kepadaku?” Tudingku padanya. Dia sala
”Ponsel? Untuk apa?" Zhou Tian bertanya padaku. ”Aku ingin membuka akun sosmedku. Mungkin aku bisa mengabari Ayah melalui itu agar tidak khawatir padaku.” Jelasku padanya. ”Oh..nih kau bisa menggunakannya.” Ujar Zhou Tian menyodorkan ponselnya kepadaku. Lalu kualihkan tubuhku menghadap Zhou Tian. Tanpa diduga saat aku membalikkan badanku, kepalaku langsung menghadap dada Zhou Tian terlihat tetesan air masih membasahi dada bidangnya. Seketika aku menjadi malu. ”Sepertinya kau sangat ingin melihatnya dari dekat bukan?” Zhou Tian menggodaku. Aku berdalih, ”Kau saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik.” Dia tertawa melihatku yang salah tingkah. ”Kau saja yang terlalu pendek.” Aku malu mengakui bahwa tinggi badanku hanya setinggi dadanya. Lalu kuraih ponsel Zhou Tian dari tanga
”Naomi ayo kita berfoto.” Ujar Fan Yin sembari mengambil ponsel baruku yang dibeli Zhou Tian. Kemudian ia merangkulku dan membuat pose wajah imut. Untuk seorang pria Fan Yin terlalu cantik. Pantas saja banyak wanita yang ingin selalu menjadi pasangannya walau hanya satu malam. Tentu Fan Yin memanfaatkan wajahnya dengan baik untuk bersenang-senang dengan para wanita cantik. Ia dan Zhou Tian berbeda jauh. Zhou Tian yang selalu bersikap dingin kepada wanita manapun. Namun meski demikian tak sedikit wanita yang berusaha untuk mendapatkan hatinya. Tatapan matanya yang tajam selalu membuat hatiku berdebar. Wajahnya sangat tampan seperti pahatan patung Michael angelo. ”Ini nomor ponselku.” Ujar Fan Yin mengetik nomornya di ponselku. Aku menoleh kearah Zhou Tian. Dan kusodorkan ponselku padanya.”Beri juga nomor ponsel
Seketika kuletakkan tanganku di dada kiriku. Terasa jantungku berdetak cepat. Aku segera bangkit berdiri dan melangkah menjauh dari Zhou Tian. Dia mengejarku dan menarik tanganku. Langkahku terhenti. ”Maaf, jika sikapku barusan membuatmu marah. Seharusnya aku tidak melakukan itu.” Ujar Zhou Tian memelas. Lantas aku membalikkan badanku. Kubulatkan mataku padanya. ”Kau tahu, kau selalu sesukamu. Kadang kau bersikap dingin kadang bersikap manis. Dan apa itu tadi? Kau selalu melakukan hal yang di luar dugaan. Apa menyenangkan mempermainkan hati seseorang?” Aku melontarkan semua yang mengganjal di hati. Ia tidak bergeming dengan pernyataanku barusan. Lalu kuteruskan langkahku. Namun tiba-tiba aku merasakan kehangatan. Zhou Tian memeluk akuu dari belakang. Pelukannya tidak sedingin sikapnya. Terasa hangat dan menenangkan, tetapi ak
Malam semakin gelap bintang tak lagi bersembunyi. Cahaya rembulan berpendar menembus jendelaku. Ku pandangi langit malam. Ada satu yang bersinar sangat terang. Penglihatan ku sangat aneh saat melihat bintang itu justru yang terlihat adalah wajah Zhou Tian. Ku kedipkan mataku beberapa kali seakan tak percaya.Mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Hatiku selalu merasa hangat bila di dekatnya. Sebelum nya aku tidak pernah mencintai seseorang seperti ini. Aku bahkan tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun. Aku sibuk membantu Ayah mencari uang untuk menghidupi kami. Masa mudaku ku habiskan dengan bekerja. Hingga ayah memintaku untuk menikah dengan Adrian Sebastian.Seharusnya aku tidak mengiyakan kemauan Ayah saat itu. Adrian pria brengsek yang membuat hidupku hancur. Tapi jika Adrian tidak melakukan itu, Aku juga mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Zhou Tian. Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih .Mataku terasa sangat lelah. Ku rebahkan ba