Share

9. Kesialan yang lain

”Zhou Tian aku berhutang budi padamu. Aku akan membalas kebaikanmu. Terimakasih kau sudah menolongku. Tapi, tuan Lei sepertinya tidak akan pernah melepasmu. Aku telah menyeretmu kedalam situasi ini. Sekali lagi maaf.”

Zhou Tian hanya memandangi aku kemudian ia menyela. ”Tidak masalah. Kau jangan merasa bersalah dengan semua ini. Aku bisa mengatasinya dengan caraku.”

Tiba-tiba Luo datang menghampiri Zhou Tian. "Tuan, ada masalah di Black Kingdom.” Ujar Luo.

Raut wajah Zhou Tian mengeras. Sesaat kemudian ia menyela. ”Mengapa bisa ada masalah? mengurus hal kecil saja kalian tidak becus.” Suara Zhou Tian meninggi. ”Pergilah, aku akan menyusul ke sana." Perintah Zhou Tian kemudian.

”Baik, tuan.” Balas Luo sembari menundukkan kepalanya lalu pergi keluar.

Aku kaget mendengar suara Zhou Tian seperti itu. Zhou Tian meirikku lalu ia mendelik, ”Maaf, jika aku membuatmu takut. Akhir-akhir ini aku menghadapi banyak masalah.” Suaranya mulai lembut. ”Aku akan keluar sebentar.”

Kemudian ia melangkah pergi. Fan Yin mengikutinya dari belakang. ”Aku ikut denganmu.”

”Kau tinggal saja di rumah bersama Naomi.” Sanggah Zhou Tian.

”Tapi...” belum selesai Fan Yin berbicara, Zhou Tian menyelanya.

”Menurut saja!” Perintah Zhou Tian.

Fan Yin berhenti mengikuti Zhou Tian. Kemudian ia berbalik arah menghampiri aku. Ia merebahkan badannya di sofa. ”Hufft.. dasar Zhou Tian kau selalu seenaknya.” Gerutu Fan Yin.

Aku tersenyum melihat ekspresinya yang seperti orang yang cintanya ditolak. ”Apa itu Black Kingdom?” Aku bertanya.

Ia menoleh ke arahku lalu ia menimpali, ”Black Kingdom itu adalah casino milik Zhou Tian. Itu tempat perjudian terbesar di sini. Aku tidak tahu ada masalah apa sekarang disana.” Jawab Fan Yin.

”Oh, ternyata ia pemilik casino. Kuperhatikan kau selalu mengikuti Zhou Tian kemana pun ia pergi.” Aku menimpali.

”Ada kisah menyedihkan dibalik itu semua.” Ungkapnya.

”Kisah seperti apa?” Tanyaku penasaran.

Ia mengambil napas panjang dan menghembusnya kembali. "3 tahun yang lalu aku dikejar-kejar rentenir. Aku memiliki hutang sebanyak 6000 dolar. Aku tidak bisa membayarnya dan mereka ingin melenyapkanku.”

Aku mendengar cerita Fan Yin dengan seksama.

”Lalu disaat aku sedang sekarat Zhou Tian menolongku. Ia membayar lunas semua hutangku. Tidak hanya itu saja. Ia juga menghajar para rentenir itu. Aku terkesima olehnya. Sejak saat itu aku selalu mengikutinya.”

”Ternyata Zhou Tian pria yang baik.”

”Tentu saja. Dia memang dingin. Tapi ia tidak suka melihat orang kesusahan. Oh, iya apa kau sudah makan? cacing di perutku sudah meronta meminta makan.” Fan Yin memasang mimik wajah yang imut.

”Belum.” Jawabku.

Ia tersenyum, ”Bagus. Kalau begitu ayo ikut aku. Aku akan mentraktirmu makan di restoran terenak di kota ini.” Ia kemudian bangkit dari sofa dan menarik tanganku.

Aku menurut saja. Kuikuti ia dari belakang. Di luar terparkir mobil Audi hitam. Fan Yin membukakan pintu untukku. Lalu aku duduk di dalam mobil. Saat ia hendak melaju mobilnya ia melihatku dan mendekat ke arah ku. Sontak aku kaget.

”Eh..ada apa? Kenapa kau mendekat?” Tanyaku sambil menjauhkan wajahku dari nya.

Dia tersenyum. ”Kau melupakan seat belt mu. Aku hanya ingin memasangkannya untukmu.”

”Oh.. terima kasih.” Balasku. Aku jadi merasa malu. Pikiranku sempat memikirkan hal yang aneh.

Kemudian Fan Yin melaju mobilnya. Sepanjang perjalanan Fan Yin tidak hentinya bercerita. Ia terus saja melontarkan leluconnya dan kisah semasa dia anak-anak. Aku hanya diam saja mendengar nya. Sesekali aku tertawa oleh lelucon Fan Yin.

****************

Pada akhirnya setelah setengah jam lamanya kami tiba di restoran yang dibicarakan Fan Yin. Aku memandang kesekitar banyak kapal kecil yang bersandar. Aku heran tidak ada restoran sejauh mata memandang.

”Kau bilang kita akan ke restoran. Tapi mana restoran itu?”

Ia tersenyum lalu memegang pundakku dan memanduku melihat ke laut. Kemudian ia menunjuk ke arah kapal besar yang bentuknya seperti rumah besar khas Cina yang ada ditengah.

”Itu restorannya.” Jawab Fan Yin.

Aku membelalakkan mataku karena takjub. Aku tidak pernah melihat restoran di tengah lautan. Restoran itu sangat besar di atas atapnya ada umbul-umbul kepala naga. Ada sebuah kapal kecil menjemput kami. Aku mengikuti Fan Yin naik ke atas kapal.

Selang beberapa menit kami pun tiba di depan pintu utama restoran. Aku berdecak kagum melihat interior kapal. Seluruh bangunannya diukir khas oriental.

”Kau ingin makanan apa? Eropa atau seafood khas Kanton?” Tanya Fan Yin memecah lamunanku.

”Semuanya terdengar enak. Hmm..aku mau makan seafood aja.” Jawabku.

”Baiklah kalau begitu silakan duduk.” Pungkasnya kemudian.

Begitu kami duduk pelayan langsung menyajikan hidangan di atas meja. Ada semangkuk sup tahu rumput laut sebagai hidangan pembuka. Selanjutnya mereka menghidangkan makanan yang lainnya dua mangkok nasi, bakso ikan, udang bumbu dan tumisan cumi jamur tiram.

kami pun makan dengan lahap. Semuanya habis tak bersisa. Ku luruskan kakiku dan kupegangi perutku yang sudah penuh.

”Ah.. perutku kenyang sekali. Semua makanan ini lezat. Dan pemandangannya menakjubkan. Terima kasih sudah membawaku kesini Fan Yin.” Kusunggingkan senyuman saat mengatakannya.

”Jangan sungkan. Lain kali aku akan membawamu kesini lagi. Oh, ya setelah ini kau ingin kemana? Biar kutemani.

Aku berpikir sejenak dan aku menanggapi perkataannya. ”Benarkah? bukankah kau ada kencan nanti malam?”

Ia menganggukan kepalanya lalu ia mendelik ”Hmm.. itu bisa ditunda. Mumpung kita sekarang lagi diluar, cepat katakan adakah tempat yang ingin kau kunjungi?” Tanyanya lagi.

”Sebenarnya ada satu tempat yang ingin kukunjungi. Aku ingin ke Disney Land. Tapi, nanti pacarmu akan marah jika kau membatalkan kencan ”

Dia tertawa kemudian berkata, ”aku tidak memiliki kekasih. Dia hanya wanita yang akan kuajak bersenang-senang saja”

”Ternyata kau seorang playboy.” Tuduhku padanya.

Ia hanya tertawa mendengar perkataan kubarusan. ” Ya, bisa dibilang seperti itu. Jadi bagaimana, mau pergi?”

Aku mengangguk saja tanda setuju. Kemudian Fan Yin membayar bill makanan kami tadi. Setelah itu kami kembali menaiki kapal kecil untuk ke dermaga. Saat turun aku melihat banyak polisi di sekitar dermaga. Mereka terlihat sedang mencari penjahat.

Saat salah satu polisi itu melihatku, ia mencegat kami. Aku ketakutan. Fan Yin dengan tenang menjawab pertanyaan polisi itu.

”Tunggu. Apakah kalian mengenali orang ini?” Polisi itu menunjukkan sketsa wajah seorang pria.

”Tidak, opsir. Kami tidak melihatnya.” Jawab Fan yin.

Lalu kami pun melangkah ke tempat mobil Fan Yin parkir. Namun polisi itu kembali menghentikan kami.

”Berhenti.” polisi itu menghampiri kami. ”Nona, sepertinya kamu bukan warga sini. Boleh aku lihat identitasmu?” Tanya polisi itu sambil mengulurkan tangannya meminta kartu identitas ku.

Aku bingung harus menjawabnya. Ku alihkan pandanganku ke Fan Yin. Lalu Fan Yin membantu ku menjawab. ”Maaf opsir kami tadi terburu-buru kesini. Jadi kartu identitas dia tertinggal dirumah.” Ujar Fan yin.

Polisi itu mengernyitkan keningnya seakan tidak percaya dengan ucapan Fan Yin. ”Aku bertanya kepada nona ini. Bukan anda. Nona kau bukan warga negara Hongkong kan? Dari mana asal mu ? Bisa kau tunjukkan passport dan visa mu?”

Aku bingung harus menjawabnya. ”Emm...a..ku.. dari Indonesia.” Jawabku gugup.

”Lalu mana Pasport dan visa mu?” Tanya polisi itu lagi.

”Pak, emm..aku meninggalkannya di rumah. Aku lupa membawanya tadi.”

”Aku sudah banyak menghadapi orang dengan alasan klasik seperti itu. Kamu pasti pendatang ilegal.” Kemudian polisi itu memborgol tanganku.

Aku panik tanganku di borgol. Aku ketakutan. Aku tidak mau berakhir di tahanan. Fan Yin yang menyadari ketakutanku pun menenangkan ku.

”Hei, kau jangan panik. Aku akan menghubungi gege.” Ucap Fan Yin. Lalu ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Dan menghubungi Zhou Tian. Namun berulang kali ia menghubungi Zhou Tian tapi tidak tersambung .

Aku semakin kalut air mataku jatuh. Aku memohon kepada polisi itu untuk melepaskan aku. ”Opsir kumohon lepaskan aku. Aku bukan penjahat. Aku tidak melakukan apa pun.”

”Maaf nona kami tidak bisa melepaskanmu. Anda melanggar peraturan negara Hongkong. Masuk tanpa izin merupakan suatu kejahatan. Untuk sementara kau ditahan di kantor Imigrasi.” Polisi itu membawaku masuk kedalam mobil patroli.

Fan yin tidak bisa berbuat apa-apa. Itu diluar kendalinya. Ia hanya bisa menatapku dibawa polisi ke kantor imigrasi.

****************

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status