Share

Bab 2

Penulis: Xavia
“Ah!” jeritku, kemudian aku pun dipukul oleh Dimas.

Pada saat ini, rasa sakit dan membara di atas bokongku telah menutupi rasa maluku. Aku bagai seekor kucing yang siap untuk dieksekusi saja, dengan empat kaki menghadap ke atas langit-langit.

“Ikuti apa kataku. Kalau nggak, nggak bisa maksimal,” omel Dimas dengan raut dingin.

Seketika aku pun dikagetkan. Aku sungguh takut tidak bisa mencapai hasil yang maksimal, jadi aku pun menuruti kemauannya dengan diam.

Disusul, aku melihat Dimas mengeluarkan sebuah kaleng dari ujung ruangan. Dia mengoleskan sesuatu berbentuk pasta yang berwarna putih ke depan tubuhku, paha, dan juga bagian bawah tubuhku.

“Apa ini? Kenapa baunya berat sekali? Warna putih lagi ….” Aku bergumam dengan kening spontan berkerut.

“Ini zat penenang, biar kamu nggak begitu gugup. Sudahlah, jangan bicara lagi, kamu sudah mengganggu konsentrasiku,” jelas Dimas dengan raut dingin setelah mendengar pertanyaanku.

Tidak lama kemudian, Dimas mengeluarkan sepotong saputangan, lalu menyumpalnya ke dalam mulutku. Dia menyumpal semua ucapan yang ingin aku katakan dan juga menutupi mataku.

Indraku sedang dirampas sekarang. Tubuhku menjadi semakin sensitif lagi.

Saat ini, aku merasa seluruh tubuhku telah dioles. Kedua pahaku juga diputar oleh Dimas. Aku seperti kodok saja, berjongkok di atas ranjang pemeriksaan. Dimas tidak berhenti mengusap bokongku, bahkan mencubitku dengan sadisnya. Aku pun dirangsang hingga tidak tahan kuasa untuk mengeluarkan suara desahan.

Aku mulai membayangkan Dokter Dimas yang memiliki tubuh kekar itu menempel di tubuhku. Napas beratnya mengembus ke atas wajahku. Bulir keringat panas mengalir dari belakang punggungku.

Kepikiran hal ini, aku spontan mengangkat tinggi bokongku, tidak berhenti menggoyangkannya untuk meredakan rasa tidak nyamanku.

“Huhu, Pak Dimas, apa yang mesti kita lakukan selanjutnya? Aku …,” tanyaku dengan suara gemetar sembari mengulurkan tanganku untuk melepaskan penutup mata dan kain dari mulutku.

Dimas tersenyum. Napas hangatnya diembuskan mengenai telingaku. Suara magnetis terdengar di samping telinga. “Aku akan melakukan perawatan pada bagian belakangmu, biar kamu lebih terangsang. Dasar wanita genit.”

Kedua mataku terbelalak lebar. Disusul, aku merasa jari tangan Dimas mulai bergerak dari atas punggung ke bagian bawah. Perasaan itu membuat seluruh tubuhku merinding. Bagian bawah tubuhku sepertinya sudah basah.

Di saat merasa linglung, aku melebarkan mataku dan bernapas dengan ringan. Namun, saat ini aku menyadari pintu klinik sedang terbuka lebar.

Dari dalam sini, aku bisa melihat semua gerak-gerik di klinik seberang. Hal itu berarti kemungkinan Fedro juga bisa melihat aku sedang dipermainkan saat ini. Dia akan melihat kekasihnya yang cantik dan elegan ini bagai seekor anjing betina yang sedang menggoyangkan ekornya saja, dipermainkan oleh sahabatnya sendiri.

Gambaran ini terus terbayang di dalam benakku. Sejenis perasaan aneh mulai membaluti hatiku. Aku spontan menarik napas panjang, mulai meremehkan diriku sendiri.

“Alora, kamu memang cewek jahat. Kekasihmu lagi menunggumu di luar sana, tapi kamu malah bersama dokter …. Apa bagus berbuat seperti ini ….”

Perasaan di hati bagai benih yang sudah berakar, membuatku spontan merasa malu, marah, dan menyesal. Hanya saja, aku malah larut dalam hasratku.

Namun tidak lama kemudian, aku malah melihat suatu gambaran yang membuat seluruh tubuhku gemetar karena marah.

Aku melihat kekasihku sedang berada di klinik sebelah, sedangkan ada seorang wanita sedang berlutut di bawah kakinya. Rambut wanita itu terurai menutupi semua wajahnya. Bagian kerah pakaian wanita itu telah ditarik hingga terbuka lebar. Bagian bulat di depan tubuh pun terpampang jelas.

Kekasihku kelihatan sangat menikmatinya.

Saat ini, aku merasa kaget hingga tidak bisa berkata-kata, seolah-olah sedang terpaku saja. Aku melihat kekasihku tersenyum sembari menyeret si wanita untuk berdiri. Kedua paha ditopang di atas lengan. Si wanita menjerit keras lantaran merasa menikmatinya. Pada saat ini, aku dapat melihat jelas wajah wanita itu. Dia adalah kakak sepupuku!

“Fedro! Giselle! Kalian lagi ngapain!” jeritku dengan marah.

Saat ini, aku tidak memedulikan tubuhku yang sedang telanjang, langsung menuruni ranjang hendak memergoki pria dan wanita berengsek yang sedang berselingkuh. Hanya saja, pergelangan kakiku diraih oleh Dimas yang diam itu.

Aku yang ditarik pun langsung jatuh ke lantai. Olesan licin di tubuhku membuatku tidak bisa berdiri.

Disusul, Dimas mengambil tali pinggang dan tali dari rak di samping dengan tersenyum. Dia mengikat kakiku di atas ranjang pijat. Bagian bulat di depan tubuhku digantung, kemudian tubuhku dililit tali dari bawah. Tali ini sangat kasar. Tubuhku tergesek hingga terasa panas dan geli. Tubuhku yang tadinya membara karena merasa marah pun berubah menjadi semakin membara lagi.

“Dimas, kamu lagi ngapain! Kamu …,” jeritku dengan suara keras.

Namun, aku malah melihat senyuman bandel di wajahnya. “Jangan buru-buru. Bukannya kamu datang ke sini buat mencari rangsangan? Tadi kamu juga sudah lihat, kekasihmu merasa sangat terangsang, sekarang giliran kamu.”

Ucapan itu bagai sebatang kayu yang menghantam kepalaku. Aku menatap Dimas dengan terbengong, kemudian aku melihat Giselle dan kekasihku memasuki klinik dengan tersenyum.

Tanpa sungkan, Giselle berlutut di depan Dimas sembari menggoyangkan bokongnya dengan kuat.

Satu detik kemudian, aku dapat mendengar Dimas berpesan kepada Fedro dengan ekspresi bangga. “Kamu bisa dari belakang. Sekarang gendong dia. Kita lakukan sama-sama.”

Fedro juga mengangguk sembari tersenyum bandel. Dia sungguh berbeda dengan dirinya yang bersikap lembut seperti biasa. Aku merasa takut hingga tidak berhenti gemetar. Tanganku menopang lantai tidak berhenti melangkah mundur. Hanya saja, kedua kakiku ditarik oleh Fedro, lalu diangkat tinggi ke atas ranjang.

“Ka … kalian mau ngapain! Jangan kemari … huhu.”

Satu detik kemudian, aku merasa bagian depan tubuhku telah diremas kuat oleh Fedro dari belakang. Tubuh membaranya menempel di belakang tubuhku.

Dimas juga tersenyum sembari mencekik leherku. Dia menempelkan bagian tubuh berkeringatnya ke depan tubuhku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 7

    Tentu saja aku tahu para wanita malang ini bisa dibawa ke sini karena tidak mengetahui kondisi, sama seperti diriku waktu itu.Saat mendengar suara jeritan mereka, aku spontan kepikiran dengan gambaran aku dihina waktu itu. Aku merasa takut hingga mulai merinding.Tidak lama kemudian, aku merasa ada sepasang tangan meraba tubuh, lengan, pundak, dan pipiku.“Tolong! Jangan sentuh aku!” Aku spontan menjerit. Air mata langsung keluar.Satu detik kemudian, semua lampu di atas pentas dinyalakan.Di benakku terlintas bayangan pakaian para wanita itu telah disobek dan air mata memenuhi wajah mereka, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.Sebab saat ini, para wanita sedang menindih semua pria yang menjijikkan itu di atas lantai. Pergelangan tangan mereka pun telah dikunci dengan borgol berwarna perak. Mereka berbaring telungkup di atas lantai dengan ditindih hingga wajah mereka berubah wujud.Dimas dan Fedro juga ditindih di atas lantai dan tidak bisa bergerak. Dia menatapku dengan murka dan m

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 6

    Dalam sekejap mata, tiba pada hari acara malam.Acara malam diselenggarakan di sebuah hotel mewah. Lampu kristal berukuran sangat besar menggantung di tengah plafon.Pegangan tangga berwarna keemasan dengan dihiasi dengan berlian. Di tengah lantai dansa yang berukuran sangat besar terdapat ratusan gadis modern yang cantik sedang menari dengan penuh semangat di atas panggung.Aku yang bergaun mengikuti langkah Fedro dari belakang, berjalan ke dalam dengan perlahan.“Maaf, Tuan, kami nggak melayani tamu tanpa kartu undangan. Selain itu, cara berpakaianmu juga nggak memenuhi persyaratan.”Fedro yang dihalangi oleh petugas merasa sedikit terbengong. Hanya saja, rasa marah mulai membaluti hatinya. “Aku itu tamu VIP. Kamu malah minta kartu undangan sama aku. Apa kamu tahu siapa aku? Aku kenal dengan kepala klub kalian, Dimas! Cepat biarkan aku masuk,” maki Fedro dengan membelalaki petugas dan mencengkeram kerah pakaiannya.Petugas juga merasa terbengong dan syok akibat kerahnya ditarik. Hany

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 5

    Fedro segera kembali. Meskipun dia sudah berusaha untuk menyembunyikannya, dia tetap menunjukkan sisi gembiranya.“Istriku, Sayang, serius, aku benar-benar gembira kamu bisa mengerti. Asal kamu tahu, akulah yang paling bersedih ketika melihat kamu diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Tapi, aku saja nggak keberatan. Tentu saja kamu juga nggak merasa apa-apa, kamu juga kelihatan lumayan gembira, ‘kan? Masalah video, Kak Dimas cuma takuti kamu saja. Dia nggak akan melakukan apa-apa. Asalkan kamu nggak lapor polisi dan bergabung dengan kami, kelak kehidupan kita akan makmur.”Semakin Fedro berbicara, dia merasa semakin bersemangat lagi. Tangannya tidak berhenti memperagakan di udara, lalu membual tentang keuntungan setelah bergabung ke dalam klub.“Sudahlah, kamu nggak usah bicara lagi. Aku setuju. Aku bersedia untuk bergabung.”Aku tidak ingin mendengar kata-katanya yang ingin mencuci pikiranku. Aku menutup mulutnya rapat-rapat. Tatapan dinginnya melihatnya sekilas.Dengan demikian,

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 4

    [ Cewek kali ini cantik sekali. Kalian malah melakukannya berdua. Fedro, kamu memang lapang dada sekali. Kekasihmu malah bersedia juga. Hahaha. ][ Asalkan disukai oleh Kak Dimas, jangankan kekasihku, meski dia itu istriku, aku juga akan menyerahkannya. Aku mesti mengandalkan kakakku untuk bisa bergabung dalam klub, ‘kan? ]Satu per satu pesan membuatku merasa syok dan lara. Hanya saja, ucapan Dimas selanjutnya membuat diriku semakin runtuh lagi.[ Fedro, performamu sangat bagus kali ini, tapi kalau kamu ingin bergabung, kamu masih butuh beberapa kesempatan lagi. Aku merasa kekasihmu cantik sekali. Kalau kamu bisa mengajaknya untuk bergabung, kalian bisa bergabung bersama. ][ Boleh, Kak. Kamu tenang saja. Aku pasti akan bikin dia bergabung. Kalau nggak bisa dengan cara lembut, aku akan pakai cara kasar. Meski dia nggak menurut, aku juga punya caraku sendiri. Aku akan mempersiapkan uji kepatuhan. ]Saat membaca pesan Dimas pada seminggu lalu, aku tiba-tiba kepikiran dengan keanehan Fed

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 3

    “Jangan! Jangan! Aku mohon sama kalian.”Aku menangis terisak-isak. Air mata tidak berhenti menetes di pipiku. Hanya saja, mereka tidak menghiraukanku, melainkan melanjutkan dengan kasarnya.Rasa sakit dan malu memenuhi sekujur tubuhku. Pikiranku seketika menjadi hampa. Aku tidak bisa meronta, hanya dipaksa untuk menerimanya saja.Satu jam kemudian, aku baru dilepaskan. Aku berbaring lemas di atas lantai dengan keadaan tidak berbusana dan terisak-isak.“Sudahlah, kenapa malah menangis? Tadi kulihat kamu begitu menikmatinya. Dik, asal kamu tahu, bisa berhubungan dengan pria tampan seperti Dimas dan Fedro sekaligus itu sudah menguntungkanmu. Tenangkan dirimu. Semua ini adalah pengalaman yang indah. Setelah kali ini, aku jamin kamu pasti akan ketagihan.” Giselle telah mengenakan pakaiannya. Dia berjongkok di sampingku sembari berkata. Dia seolah-olah sedang menghiburku, tetapi malah terasa seperti terus menancap pisau ke hatiku.“Bukan, kalian baru boleh melakukan hal seperti ini setelah

  • Klinik Khusus Pramugari Seksi   Bab 2

    “Ah!” jeritku, kemudian aku pun dipukul oleh Dimas.Pada saat ini, rasa sakit dan membara di atas bokongku telah menutupi rasa maluku. Aku bagai seekor kucing yang siap untuk dieksekusi saja, dengan empat kaki menghadap ke atas langit-langit.“Ikuti apa kataku. Kalau nggak, nggak bisa maksimal,” omel Dimas dengan raut dingin.Seketika aku pun dikagetkan. Aku sungguh takut tidak bisa mencapai hasil yang maksimal, jadi aku pun menuruti kemauannya dengan diam.Disusul, aku melihat Dimas mengeluarkan sebuah kaleng dari ujung ruangan. Dia mengoleskan sesuatu berbentuk pasta yang berwarna putih ke depan tubuhku, paha, dan juga bagian bawah tubuhku.“Apa ini? Kenapa baunya berat sekali? Warna putih lagi ….” Aku bergumam dengan kening spontan berkerut.“Ini zat penenang, biar kamu nggak begitu gugup. Sudahlah, jangan bicara lagi, kamu sudah mengganggu konsentrasiku,” jelas Dimas dengan raut dingin setelah mendengar pertanyaanku.Tidak lama kemudian, Dimas mengeluarkan sepotong saputangan, lalu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status