Nerissa langsung pergi begitu saja. Tentu saja itu menarik perhatian Naven. Pria itu jelas tahu jika sang istri sedang menghindar darinya.Nerissa yang ke toilet. Menunggu cukup lama di toilet. Dia ingin menunggu sampai Naven minimal sudah sampai di ruangannya.Namun, Nerissa merasakan keanehan. Toilet tampak begitu sepi sekali. Tidak ada orang yang masuk ke toilet. Hal itu pun membuat Nerissa ketakutan. Maka itu dia buru-buru keluar dari toilet.Alangkah terkejutnya Nerissa ketika melihat Naven di sana. Pria itu sedang bersandar di tembok sambil melipat tangannya di dada.Apa yang dilakukan Naven itu membuat Nerissa cukup takut. Dia berpikir kenapa suaminya itu di sana. Padahal, dia pikir suaminya itu sudah kembali ke ruangannya.“Kenapa Pak Naven di sini?”“Menurutmu aku kenapa di sini?” Naven hanya menoleh ke arah Nerissa, tanpa mengubah posisinya sama sekali.Tadi, memang Naven langsung mengerti kenapa Nerissa berbelok. Karena itu, dia langsung berinisiatif untuk menyusul. Dia mem
Nerissa akhirnya tahu kenapa toilet kantin sepi sekali tadi. Ternyata Naven melarang para karyawan untuk masuk. Jika sudah begini, jelas itu akan membuat Nerissa bingung memberikan alasan.“Aku tadi sedikit mual. Jadi mungkin Pak Naven menutup akses karena tidak mau orang lain tidak nyaman saat seperti itu.” Nerissa akhirnya menjelaskan sesuatu yang masuk akal.“Kamu mual, Sa?” Ana yang kebetulan melintas langsung menghampiri.Nerissa mengangguk. Berpura-pura sakit. Tak mau dramanya terlihat bohong.“Apa jangan-jangan kamu hamil?”Nerissa tak berpikir sejauh itu. Dia tadi hanya asal mengatakan mual, tapi maksudnya untuk menjelaskan alasan Naven agar masuk akal. Bukan karena dirinya hamil.Di situasi seperti ini, Nerissa bener-bener bingung. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. “Tidak, aku tidak hamil.”“Jangan bilang tidak. Kamu harus ke dokter.” Ana merasa pasti temannya itu sedang hamil.Nerissa benar-benar bingung sekali. Namun, jika tidak mengiyakan permintaan temannya itu pasti m
Nerissa yang makan pun langsung tersedak ketika mendengar pertanyaan Ana itu. Sampai dia buru-buru mengambil minum untuk meredakan tenggorokannya. Tak kalau terkejut dengan Nerissa, Naven pun juga merasakan hal itu. Sampai-sampai ayam yang hendak diambil dari piring untuk digigitmu langsung jatuh. “Sa ….” “Aku tidak hamil.” Nerissa langsung menjawab setelah minum. “Kamu jangan sedih tidak hamil, Sa. Nanti coba lagi dengan Pak Naven.” Ana di seberang sana memberikan semangat pada Nerissa. Pipi Nerissa langsung merona ketika mendengar hal itu. Tentu saja itu membuatnya malu ketika ada Naven di dekatnya. “Sa ….” Ana memanggil ketika tak ada suara. “Aku akan hubungi kamu nanti.” Nerissa langsung mematikan sambungan telepon itu. Tangannya yang kotor pun memegang ponselnya. Dia tidak mau sampai Ana membahas hubungan suami-istri. Jadi dia cari aman saja untuk mematikan sambungan telepon. Naven menatap sang istri. Ada banyak hal yang dia tidak tahu sepertinya. “Kamu hamil?” Nerissa l
Nerissa langsung memutar tubuhnya ketika melihat Naven yang keluar dari kamar mandi.Suara teriakan Nerissa itu membuat Naven terkejut. Dia tidak menyangka jika istrinya itu ada di kamar. Dia pikir sang istri sudah keluar dari kamar, karena itu dia dengan percaya diri keluar hanya memakai handuk di pinggang saja.“Kamu masih di sini?” Dengan polosnya Naven bertanya.“Iya, dan kenapa Pak Naven keluar hanya dengan memakai handuk?”Naven melihat ke arah tubuhnya. Dilihatnya tubuhnya hanya berbalut handuk saja. “Pakaianku di luar. Jadi aku keluar dengan handuk.”“Harusnya Pak Naven pakai baju di kamar mandi.” Nerissa melemparkan protes.“Kamu saja yang masih di kamar. Siapa suruh kamu di sini? Padahal sudah ganti baju dan sudah rapi.” Bukan Naven jika mau disalahkan begitu saja.“Saya menunggu Pak Naven. Jadi sengaja masih di sini. Tapi, justru melihat Pak Naven seperti itu.”Naven menarik senyum manisnya. “Memangnya kenapa jika melihat aku seperti ini?” Dia bertanya sambil mengayunkan la
“Sudah-sudah, sebaiknya kita bahas nanti lagi. Kita makan dulu saja.” Papa Raven menghentikan obrolan tersebut.“Iya, ayo kita makan. Aku sudah lapar.” Naven pun ikut menimpali ucapan dari papanya.“Ayo, kalau begitu.” Oma Clarisa segera berdiri.Mama Ruby pun langsung membantu mertuanya itu untuk berdiri. Naven dan Nerissa ikut berdiri. Naven meraih tangan Nerissa. Menggenggamnya erat tangan itu.Apa yang dilakukan Naven membuat Nerissa langsung mengalihkan pandangan pada suaminya itu. Naven pun menatap seolah ingin menenangkan Nerissa perihal pembahasan anak tadi. Melihat Naven yang melihatnya seperti itu, tentu saja membuat Nerissa lebih tenang.Mereka menikmati makan bersama. Makan malam kali ini begitu hangat. Obrolan-obrolan ringan yang dilontarkan, tidak membuat ketegangan seperti tadi.“Besok Mama dan Oma mau berbelanja. Kamu ikut, Sa. Temani kami.” Di tengah obrolan Mama Ruby memberitahu.“Baik, Ma.” Nerissa mengangguk.Naven melihat jika Nerissa bisa mengerti keinginan oma
Mendengar apa yang dikatakan oleh Naven itu membuat Nerissa langsung memiringkan tubuhnya. Dia langsung menatap tajam pada Naven.“Apa maksud Pak Naven?” tanya Nerissa.“Aku tahu jika itu tidak ada di kontrak, tapi bisa saja kita perbarui agar bisa mendapatkan anak.” Dengan entengnya Naven menjelaskan.Tak pernah terpikir oleh Nerissa akan mendapatkan permintaan seperti itu. Permintaan itu benar-benar konyol.Nerissa belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Tentu saja itu akan sangat merugikan dirinya.“Saya tidak mau. Perjanjian awal kita hanya pernikahan. Jadi jangan coba-coba menambah apa pun di perjanjian itu!” Nerissa langsung memberikan peringatan keras pada Naven.Nyali Naven langsung ciut ketika Nerissa memberikan peringatan. Sebenarnya Naven tidak benar-benar serius dengan ucapannya. Dia hanya memancing Nerissa, kalau Nerissa mau syukur, tidak mau ya tidak apa-apa.“Tenanglah, aku tidak benar-benar serius.”Nerissa melirik kesal. Suaminya itu sangat menyebalkan. Padahal d
Tubuh Nerissa langsung jatuh ke tubuh Naven. Naven yang telentang membuat Nerissa jatuh tepat di tubuh bagian depan. Hal itu juga yang membuat tubuh Nerissa menempel di tubuh Naven.Apa yang dilakukan Naven itu, cukup membuat Nerissa terkejut. Dia langsung menatap tajam pada Naven yang berada di depannya.“Kenapa Pak Naven menarik saya?” protesnya.“Karena kamu mau pergi, jadi aku menarikmu.” Seperti biasa Naven menarik Nerissa dengan entengnya.Karena kesal dengan apa yang dilakukan Naven, akhirnya Nerissa berusaha untuk bangkit. Sayangnya, Naven justru mengunci pergerakannya dengan memeluknya.“Pak, lepaskan saya.” Tangannya berusaha mendorong tangan Naven.“Tidak mau.” Naven mengeratkan pelukannya.“Kenapa?” tanya Nerissa kesal.Saat ditanya kenapa pun Naven tidak menjawab. Dia tidak tahu kenapa tidak ingin melepaskan Nerissa.Nerissa benar-benar tidak mengerti kenapa Naven melakukan itu. Apalagi pria itu tidak menjawab alasan memeluk dirinya.Dengan sekuat tenaga Nerissa berusaha
Usai mandi, Nerissa segera turun ke lantai bawah. Kali ini dia tidak menunggu Naven. Tak mau kejadian seperti kemarin terjadi lagi.Saat di lantai bawah, Nerissa melihat Mama Ruby sedang memasak. Karena itu dia ikut membantu.“Nerissa bantu, Ma.” Nerissa menawarkan diri.“Boleh. Mama mau masak nasi goreng. Oma sangat suka nasi goreng.”Nerissa mengangguk. Dia pun segera membuat masakan yang diminta oleh Mama Ruby. Saat melihat Nerissa sangat cekatan memasak, Mama Ruby justru memberikan ruang untuk Nerissa yang memasak. Dia hanya sekadar membantu.Mama Ruby melihat jika Nerissa adalah wanita yang pandai memasak. Sebagai istri, dia benar-benar adalah tipe ideal. Tidak hanya cantik, tapi juga bisa masak.Naven yang turun dari lantai atas, mencari keberadaan sang istri. Dia ingin tahu apa yang dilakukan wanita itu sekarang.“Cari siapa, Ven?” Papa Raven menegur sang anak yang celingak-celinguk.Naven mengalihkan pandangan ke ruang keluarga di mana sang papa dan omanya di sana.“Cari siapa