Share

Bab.3. Orang Tua Matre

Entah kenapa Mama sejak dulu selalu menolak apapun yang aku inginkan sedangkan dengan Mbak Arumi, walaupun terbilang sulit dan terkesan tidak baik. Mama Narti akan mengabulkan permohonan dari Mbak Arumi.

Sahwa melihat ke arah Mama dan kakak satu-satunya yang dimilikinya itu secara bergantian.

Seperti halnya hari-hari sebelumnya dan hari ini juga, aku kembali dipaksa untuk memenuhi keinginan Mbak Arumi dan aku tidak punya pilihan lain untuk menolak lagi.

Entah mama apakah akan memukulku seperti biasanya atau akan lebih menyiksaku.

Sahwa menghela nafasnya dengan cukup berat dan menyeka air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya itu dengan gusar.

"Baiklah aku terima segala permintaan kalian, demi Mbak Arumi dan Mama aku akan melakukannya." Sahwa menatap ke arah calon suami sirinya itu.

Sedangkan Dzaky pun membalas tatapannya Sahwa perempuan yang bakal dinikahi demi sebuah kata memiliki keturunan penerus keluarga besarnya. Sahwa berdiri dari posisi duduknya itu sambil memegangi kertas cek yang diberikan oleh kakak iparnya.

"Kenapa baru sekarang setujunya? Kalau seperti ini kita tidak perlu repot-repot buang-buang waktu untuk berdebat," ucapnya Dzaky yang tersenyum lebar saking bahagianya karena Sahwa setuju.

Sahwa segera bangkit dari posisi duduknya itu dan berjalan tertatih ke arah kakak iparnya.

"Mas Dzaky ini ceknya aku kembalikan padamu. Karena aku melakukan semua ini karena semata-mata demi kebahagiaan Mbak Arumi dan aku tidak ingin menjadi anak durhaka," imbuhnya Sahwa.

"Sahwa tolong hentikan segala drama yang ingin kamu tunjukkan! Mama hanya tidak ingin membuat kamu menjadi anak durhaka! Apa kamu tidak tau bagaimana hidup Mama selama ini membesarkanmu hingga seperti saat ini? Mama sangat banyak berkorban, jadi apa salahnya kamu membahagiakan kakakmu dengan melahirkan anak untuknya?"

Ibu Narti berusaha untuk mencegah Sahwa menolak cek pemberian menantunya dengan bersilat lidah untuk menutupi kenyataan yang ada di dalam pikirannya.

Bu Narti segera berjalan ke arah Sahwa putri keduanya itu dan berharap agar Sahwa tidak mengembalikan ceknya.

"Berapa banyak biaya yang Mama keluarkan untuk membesarkanmu dan menyekolahkan hingga kamu menjadi sarjana dan memiliki pekerjaan tetap seperti sekarang. Jadi Mama mohon dengan sangat jangan menolak kebaikan yang ditunjukkan oleh kakak iparmu padamu Nak," ucapnya Bu Narti yang segera merebut cek itu dari genggaman tangannya Sahwa.

Dzaky hanya tersenyum smirk melihat tingkah lakunya dari mama mertuanya itu.

Seperti biasanya kalau masalah uang, ibu mertuaku tidak pernah berubah sedikitpun. Untungnya cek itu tidak bisa dicairkan jika bukan Sahwa sendiri yang langsung mencairkannya.

Arumi diam-diam menepuk jidatnya melihat apa yang dilakukan oleh mamanya.

Astaga, Mama kenapa dalam situasi seperti ini Mama memperlihatkan sifat aslinya di hadapan langsung suamiku.

Arumi berusaha untuk mengalihkan perhatian dari semua orang terutama untuk suaminya.

Aku harus segera membuat mama menyembunyikan sifat aslinya dan aku sungguh sudah dibuat malu oleh perbuatannya dan perkataannya mama.

Arumi berjalan tertatih ke arah mamanya dan adiknya itu seraya merampas kertas cek dari dalam genggaman tangannya ibu Narti.

Arumi menatap tajam ke arah mamanya itu, "Mama ini khusus untuk Sahwa sebagai imbalan dan biayanya sebagai istrinya mas Dzaky, jadi ini haknya Sahwa adikku. Mama tidak boleh mengambil hak orang lain,"

Sahwa berkata lemah lembut di hadapan adiknya itu, agar Sahwa tidak terus menerus menentang permintaan sekaligus permohonan dari dia dan juga yang lainnya.

Dzaky hanya menatap ke arah Sahwa, Ratu drama mulai bereaksi. Aku sungguh heran bisa memiliki keluarga istri yang hancur dan kacau begini.

Kalau bukan karena Mama yang terus menuntut aku, agar aku segera mempunyai keturunan aku tidak sudi menikahi perempuan yang tidak jelas asal usulnya.

Tubuhnya Sahwa luruh seketika ke atas lantai melihat kepergian kakak dan kakak iparnya dengan air matanya Yat terus menetes membasahi pipinya itu.

Ia tergugu dalam tangisnya, dia mau tidak mau menyetujui permintaan dari mereka untuk menikah siri dengan jangka waktu yang ditentukan hanya dalam setahun saja.

Bu Narti mengantar kepergian putri sulungnya itu hingga kedua pasangan suami istri masuk ke dalam mobilnya. Arumi melirik sekilas ke mamanya dengan tatapan yang hanya keduanya mengerti maknanya.

"Hati-hati Nak, besok Mama pastikan kamu akan menikah dengan Sahwa dan akan segera mendapatkan keturunan seperti yang kalian inginkan," ucapnya Bu Narti.

Sebelum masuk ke dalam mobilnya, Dzaky berbicara sepatah kata untuk membuat ibu mertuanya lebih yakin akan permintaannya itu.

"Aku jamin kehidupan Ibu tidak akan merugi dan seumur hidup Mama akan bahagia, asalkan putri bungsunya Mama bisa memberikan aku anak laki-laki."

Bu Narti ingin menyentuh tangannya Dzaky tapi, segera dicegah oleh Dzaky dengan menghempaskan tangannya Bu Narti. Wanita yang tidak pernah dianggap sebagai orang tuanya.

"Stop!" Dzaky menatap tajam ke arah mertuanya itu.

Dzaky menatap ke arah Sahwa yang masih terpuruk dalam tangisannya dan pasrah terhadap nasibnya sebelum melanjutkan perkataannya itu.

"Ibu tidak perlu repot-repot menyentuh tanganku, karena yang aku butuhkan adalah ibu ajari dengan baik anaknya ibu untuk bersiap besok menjadi istriku!" Tegasnya Dzaky yang segera masuk ke dalam mobilnya.

Arumi hanya menganggukkan kepalanya itu sebelum mengikuti langkah kakinya Dzaky ke dalam mobil mewahnya.

"Mama pastikan Sahwa tidak akan mengecewakan kalian, Mama akan terus membujuk dan menasehatinya. Tapi ngomong-ngomong keperluan dapur Mama sudah habis Nak. Apa Mama bisa meminta uang bulanan untuk bulan depan dimajukan saja ke hari ini?"

Ibu Narti sama sekali tidak malu meminta uang belanja kebutuhan sehari-harinya kepada menantunya itu. Arumi sama sekali tidak mencegah apa yang disampaikan oleh ibunya itu.

Dzaky segera merogoh sakunya dan mencari dompetnya. Bu Narti matanya jelalatan melihat banyaknya uang kas di dalam dompetnya itu.

Asyik, saya akan mendapatkan uang bulanan lebih banyak dari biasanya. Saya yakin akan hal itu.

Itu adalah harapan dan impiannya Bu Narti, sedangkan Dzaky tidak keberatan memberikan uang berapapun asalkan dia menikahi Sahwa secepatnya, sebelum dia dimintai oleh kedua orang tuanya untuk bercerai dengan Arumi.

Dzaky segera memberikan uang yang cukup banyak untuk ibu mertuanya itu dengan senang hati dibarengi senyuman liciknya.

"Semoga uang ini mampu membuat Ibu berhenti mengemis!" Sarkasnya Dzaky yang kemudian mulai melajukan mesin mobilnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah ibu Narti.

Ibu Narti tidak peduli dengan perkataan sindiran ataupun sejenisnya, baginya uang dan uang yang paling penting dalam hidupnya. Dia segera mengambil uang itu tidak pakai lama. Dia gembira bukan main, apalagi dia memiliki hutang judi online yang harus dibayarnya malam ini juga.

"Saya tidak menghiraukan ucapan anak menantuku, bagiku uang lebih penting dari segala-galanya. Karena aku akan membeli ch*p dan membayar pinjam uang di tokonya pak Ginanjar," Cicitnya Bu Narti yang senyumannya semakin mengembang setelah menghitungnya sambil berjalan.

"Menukar Sahwa dengan uang saja saya akan lakukan, apalagi hanya meminta uang saja dari menantuku yang kaya raya itu."

Bh Narti segera berjalan tergesa-gesa ke arah dalam rumahnya dan mengunci rapat pintu rumahnya. Ia berjalan ke arah Sahwa dengan tatapan matanya yang nyalang.

"Ibu akan memberikan pelajaran kepadamu atas kesombongan dan keras kepalamu yang menolak mengambil cek dari menantuku!" Ancamnya Bu Narti yang berjalan ke arah dalam kamarnya.

Sahwa yang sudah seringkali diperlakukan kasar oleh ibunya hanya pasrah saja tanpa melawan sedikitpun. Karena pikirannya masih tertuju pada keputusannya untuk mengiyakan menikah dengan suami kakaknya sendiri.

Tatapan matanya Sahwa kosong seperti orang yang telah kehilangan arah dan tujuannya. Dia menjadi seperti patung hidup saja yang semangat hidupnya sudah menguap pergi entah kemana.

Sebelum menyalurkan kemarahannya itu kepada Sahwa, dia memasukkan uang yang jumlahnya kurang lebih tiga juta itu ke dalam lemarinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status