Share

Hal Gila!

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 16:00:34

Sedang asik menyusun berkas-berkas penting yang akan aku urus ke notaris, ada suara getaran dari bagian tubuh Mas Revan. Dahiku mengernyit memikirkan benda apa itu?

Saat mendekat dan memeriksa, rupanya suara itu berasal dari kantongnya. Ah, pasti ponsel. Benar saja. Kurogoh benda pipih tersebut tanpa perlawanan dari Mas Revan. Coba saja kalau sadar mana mungkin dia mengizinkanku mengambil benda tersebut?

Selama ini bahkan aku tak peduli siapa yang dihubungi. Lelaki sebaik suamiku tak akan membuat sang istri curiga.

Tampak di layar sebuah nomor baru. Penasaran, kuangkat panggilan tersebut. Aku sengaja diam agar tahu siapa peneleponnya.

"Hallo." Lembut suara seorang wanita. Apa itu suara Mbak Wenda?

"Van? Hallo? Van kok gak dijawab, sih. Udah ditransfer belum?" Wanita itu akhirnya bicara agak lama. Dari situ aku tahu persis itu suara Mbak Wenda.

Heh! Jadi gini. Dia tak memasang foto kontak dan memakai nomor lain untuk mengelabuiku.

Tak ingin orang di ujung telepon curiga, kumatikan ponsel dan mengirimnya pesan.

Oh, Tuhan. Ponselnya dikunci. Aku mendesah kesal!

Pantas jika banyak para istri tak suka ponsel suaminya terkunci. Ini lah alasannya! Mereka itu buaya, dengan alasan privasi istri tidak boleh membuka ponselnya yang menyimpan jutaan rahasia.

Bajingan kamu, Mas!

Aku mengetuk-ngetuk jari ke kepala. Memikirkan bagaimana cara membuka ponsel tersebut.

"Mas, bangun sebentar," kuusap punggungnya pelan.

Mas Revan membuka mata. Bagus. Segera kuarahkan layar ponsel ke wajahnya. Gusti! Tidak terbuka.

Akhirnya kubiarkan dia meringkuk kembali ke bawah selimut.

Tidak berhenti di situ. Akhirnya kucoba cara lain, membuka layar dengan sidik jari. Berhasil! Mataku berbinar senang.

Ponselnya kembali bergetar karena Mbak Wenda menghubungi. Gigih juga kamu, Mbak!

Kutekan tombol merah hingga ponsel mati. Cepat kuketik sesuatu di aplikasi hijau.

[Mbak, jangan nelpon. Aku lagi sama Ri.]

Pesan tersebut langsung centang dua. Tak lama, Mbak Wenda mengirim balasan.

[Kan transfernya bisa sekarang lewat mbangking. Aku dah perlu nih. Kamu dah janji lho, sebelum kita ke hotel kemarin. Bakal transfer di waktu-waktu yang kutentuin.]

Dasar jalang kamu, Mbak! Tega kamu tidur dengan suamiku!

Dalam keadaan marah, kuketik balasan dengan ditenang-tenangkan.

[Iya, Mbak. Tapi banking nya masih gangguan dari tadi. Kita ketemu aja gimana?]

Belum juga semenit, Mbak Wenda membalas lagi.

[Ketemu? Di mana]

Aku tersenyum kecut. Kena kamu Mbak! Demi uang kamu akan menjemput penderitaan.

[Di gunung gimana? Hiking sekalian.]

Hemh. Kita lihat. Apa Mbak Wenda mau jemput uang di gunung?

[Duh.]

[Kenapa gak di hotel aja, kan enak]

protesnya.

Wanita seperti kamu gak pantes dapat tempat yang nyaman, Mbak!

[Mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati. Hotel itu tempat yang rawan untuk ketahuan. Kalau Mbak setuju kita tentuin waktu secepatnya.]

Aku bisa bayangkan betapa sewot wajah Mbak Wenda membaca balasan dariku. Tapi dia menahannya karena ingin mendapatkan uang.

[Ya udah. Sore ini, bisa]

Bagus! Dia masuk perangkap. Kamu harus bersiap Mbak! Bisa jadi malam ini akan tersesat sendirian di gunung. Hahaha. Aku tertawa puas meski hati ini begitu sakit.

Akhirnya kukirim lokasi pada Mbak Wenda. Gunung kidul adalah pilihanku. Ini mungkin agak gila. Aku membiarkan saudaraku sendiri di tempat sepi dan gelap. Tapi dia lebih gila, bukan hanya uang suami adeknya sendiri diembat. Di mana otaknya coba!

Melabraknya dan marah-marah hanya akan membuatku rugi. Lebih baik seperti ini, menahan kemarahan sebentar dan berpura-pura tak tahu perselingkuhan mereka. Namun, di belakang kuhabisi orang-orang itu.

____________

Chat kembali masuk dari nomor Mbak Wenda ke ponsel Mas Revan.

[Van aku otewe.]

Setelah melirik sebentar pada suami yang meringkuk di atas ranjang. Cepat kubalas pesan tersebut. [Oke, Mbakku chayank. Aku otewe. Kangen sama Mbak.]

Aku juga otewe Mbak, otewe ke kantor notaris hari ini juga. Begitu pacar kesayanganmu itu bangun, dia tak akan bisa berkutik dan memandangmu lagi.

Kubuat seolah-olah itu adalah kata-kata Mas Revan. Setelah mempelajari percakapan mereka yang luar biasa banyak. Apa Mas Revan sangat sayang untuk menghapusnya?

Sampai di kantor notaris. Lagi-lagi kudapatkan pesan. Setelah berkali-kali kutolak panggilannya.

[Van, kamu beneran datang kan? Aku sudah mati-matian cari alasan supaya bisa nginep di tempat sejauh itu.]

[Ini aku udah di bus]

Lucu sekali membayangkan Mbak Wenda desak-desakkan dalam bus. Dia pasti sedang kehabisan uang. Kasihan juga Mas Rayyan, dibohongi terus-terusan. Sepertinya aku harus melibatkannya juga agar permainan ini lebih menarik.

[Ya, donk. Mbak Chayank. Tapi bener, nih. Jangan telepon aku dulu. Nanti kalau sudah lepas dari Ri aku bakal telepon kok.]

balasku.

Tak lama Mbak Wenda kembali membalas. [Loh, tadi katanya otewe?]

Aduh, aku keceplosan balas pesannya. Semoga saja Mbak Wenda gak curiga.

[Ah, iya. Maksudku udah berusaha lepas dari Ri, nih Mbak. Nanti kalo udah dalam mobil dan otewe beneran aku telepon Mbak lagi. Okey?! Sekarang jangan telepon-telepon pokoknya sebelum aku duluan. Ri udah curiga soalnya sampe kabur ke rumah Mbak kemarin.]

Mbak Wenda membalas cepat.

[Ok]

Dia pasti menulis balasan dengan kecewa. Kukirimkan stiker hati yang pernah Mas Revan kirim buat dia. Aku sampai mual membalas pesan Mbak Wenda. Mereka kelewat menjijikkan.

Benar saja, sampai urusanku selesai di kantor notaris, Mbak Wenda tidak berani menelepon. Dia sangat penurut di depan Mas Revan. Kasihan suamimu, Mbak! Ternyata kamu hamba uang selama ini. Pantas sikapmu sadis pada suami.

Sampai di rumah. Kuabaikan banyaknya chat masuk ke ponsel Mas Revan. Aku memilih menikmati hidup. Membersihkan diri dengan air hangat. Minta ampun banyak-banyak pada Tuhan, jika jalan yang kutempuh salah.

Walau bagaimana aku juga manusia biasa. Saat marah, tidak tahu yang kulakukan benar atau salah. Kupuaskan menangis. Takdir ini terlalu berat Tuhan .... tapi aku tahu, aku bisa menjalani lantaran Allah tidak menimpakan kesusahan di luar batas hamba-Nya.

Ketika akan memejamkan mata, ponsel Mas Revan kembali bergetar karena panggilan. Mbak Wenda tak sabar lagi rupanya. Kulihat layar benda pipih dan mengusapnya, setelah insiden tadi siang kubuang sandi dengan sidik jari Mas Revan untuk memudahkan.

[Van aku udah nyampe, nih. Seperti kata kamu tunggu di bawah pohon dan jangan ke mana-mana. Udah capek nunggu, mana banyak nyamuk lagi. Kamu udah di mana sih, Chayank.]

Duh, malang sekali kamu Mbak. Aku tertawa membayangkan wajah Mbak Wenda yang digigiti nyamuk di bawah pohon. Selamat menikmati Mbak. Masih ada banyak kejutan yang aku siapkan buat kamu.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Ekstra Part

    Ayash meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku jas koko yang ia kenakan. Sudah lebih dari tiga jam Fathan dan Hamidah pergi, tapi belum ada tanda-tanda keduanya akan pulang. Barusan Ayash menelepon Fathan, pria itu mengatakan bahwa kedua anaknya masih betah jalan-jalan menikmati suasana kota."Bagaimana Bi?" tanya Raudah pada Ayash."Fathan bilang mereka masih belum mau pulang terutama kedua anaknya," jawab Ayash."Oh ya sudah kalau begitu, mungkin mereka sedang ingin menghabiskan waktu dan mencoba sesuatu yang baru yang tidak mereka temui di Mesir," ucap Raudah sambil bangkit dan berjalan ke belakang guna membuatkan minuman untuk Ayash.Selang beberapa menit Raudah sudah kembali dan duduk di samping suaminya sambil meletakkan gelas di atas meja."Tidak usah khawatir, Bi. Toh mereka pergi bersama Ustadz Yusuf, jadi pasti aman dan baik-baik saja.""Iya juga, cuma Abi heran aja, mereka kok nggak mau diantar sama kita, ya?""Mungkin karena Fathan tahu bahwa kita punya kewajiban mengaja

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Ending

    "Jika anda menganggap ini hutang, maka kami akan mengembalikannya. Uang dibayar dengan uang, tidak ada perjanjian bayaran yang lainnya," jawab Ayash penuh penekanan. Pengasuh pondok pesantren Almujahid itu meradang karena Hendra mempermainkannya.Mendengar jawaban dari Ayash, Hendra sontak tertawa. Pria itu sepertinya sangat puas mendengarnya."Manis sekali Ustaz. Jadi anda akan tetap mempertahankan istri anda yang cantik itu dan rela kehilangan harta benda untuk mendapatkan uang sesuai jumlah yang tertera di sini " Hendra menunjuk surat tagihan yang dulu ia berikan pada Ayash."Tentu saja, bagaimana pun kehormatan pesantren dan kehormatan diri saya dipertaruhkan disini. Jadi setelah ini saya harap urusan kita selesai." Ayash mengeluarkan uang di dalam tasnya yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop lalu ia meletakkannya di hadapan Hendra.Sementara Hendra masih tersenyum menyeringai melihat benda yang disodorkan oleh Ayash."Bagaimana kalau saya tidak bisa menerima uang ini dan tetap m

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Membayar Hutang

    "Eum ... ini ada tamu mencari Abi.""Tamu? Tamu siapa?""Dia bilang tidak boleh memberitahu dulu Abi. Pokoknya ini tamu dari jauh.""Oh, ya, baiklah. Abi akan segera pulang. Ini sedang dalam perjalanan." "Iya, Bi. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Sambungan telepon terputus. Ayash sedikit berpikir siapa tamu yang dimaksud oleh istrinya."Kita langsung pulang ke pesantren saja Ustaz, istri ana barusan menelepon katanya ada tamu yang sedang menunggu ana," ucap Ayash pada Ustaz Yusuf yang kali ini bertugas mengemudikan mobil."Baik Ustaz, awalnya juga kita tidak ada rencana mampir ke mana-mana 'kan" jawab Ustaz Yusuf."Iya juga, sih." Ayash terkekeh. Pikirannya sedikit kalut, pasalnya orang yang baru saja hendak dia temui dan bermaksud menyelesaikan permasalahan yang cukup menyita dan mengganggu pikirannya sedang tidak ada di tempat. Ayash kira saat ini masalah dengan Hendra sudah selesai tapi nyatanya pria itu terlalu sibuk dengan berbagai kegiatannya. Atau jangan-jangan sengaja men

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Jalan Keluar

    Melihat pemandangan di hadapannya Ayash memalingkan wajahnya, ia tidak bisa membayangkan jika suatu saat Gaza tahu siapa sebenarnya Gus Rofiq. Bagaimana kalau anak itu berpaling darinya. Ayash tidak ingin kehilangan Ghaza, walau bagaimana anak itu sudah dia urus sejak bayi. Bagaimana ia berusaha membagi waktu antara mengajar dan menjaga bayi itu. Ayash berusaha membagi waktunya untuk menghadirkan sosok Ayah dalam kehidupan Ghaza. Hingga anak itu seakan sudah menjadi bagian dari nafasnya.Ayash tersentak ketika Ghaza kembali ke dalam pangkuannya."Apa ana boleh pergi, Abi?" Ghaza mendongak menatap wajah Ayash"Sebentar lagi, ya, temani Abi di sini," ucap Ayash sambil mengelus kepala anak sambungnya. Ia mengerti bahwa Gus Rofiq tentu masih ingin bertemu dengan anaknya, makanya Ayash berusaha menahan Ghaza supaya tidak cepat pergi.Ghaza sendiri biasanya anteng ketika Gus Rofiq datang menjenguknya. Tapi entah apa yang terjadi, kali ini anak itu meminta izin untuk cepat pergi dari sana.

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Gus Rofiq

    "Bude Atikah itu sedang sakit, kenapa Ghaza bertanya seperti itu?""Karena Bude Atikah memakai selimut, orang yang memakai selimut 'kan orang yang kedinginan." Ghaza yang menjawab dengan mimik lucu."Bude itu sakit demam, orang yang sedang demam itu menggigil dan kedinginan meski suhu tubuhnya terasa panas, jadi Bude harus ke selimut." Raudah mencoba menjelaskan karena sepertinya Ghaza belum mengerti tentang kondisi Bude Atikah."Sekarang Ghaza duduk disini, ya, jangan nakal. Berdoa supaya Bude cepet sembuh," lanjut Raudah meminta supaya Ghaza duduk di ruang tengah sementara dia pergi ke dapur membantu abdi dalam yang sedang membereskan dapur.Sementara Ghaza menurut apa yang diperintahkan oleh Uminya, anak itu mengangguk lalu duduk di sana. Hal inilah yang membuat Raudah selalu bersyukur memiliki anak penurut dan tidak pernah membantah.Itu tak lepas dari didikannya selama ini juga didikan Bude Atikah dan Abi Ayash yang selalu mengajari Ghaza dengan penuh kasih sayang. Lagi, Raudah m

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Masalah dari Hendra

    "Sekali lagi terima kasih Ustadzah. Ayo Ghaza kita masuk." Setelah berterima kasih pada Ustadzah Nara, Ayash mengulurkan tangannya dan meminta Ghaza supaya masuk rumah."Umi di mana?" tanya Ghaza karena tidak melihat Uminya, biasa' ketika dia pulang maka yang pertama menyambutnya adalah Umminya."Umi sedang beres-beres di kamar, tunggu di sini, ya!" Ayash meminta Ghaza untuk duduk di ruang tengah, sementara ia kembali ke kamarnya dan mendapat Raudah sedang bersiap akan mandi."Umi mau mandi duluan,ya," kata Raudah seraya masuk ke kamar mandi. "Ah ya, siapa yang datang?" Wanita itu urung melangkah ke kamar mandi lalu menoleh ke arah suaminya."Ghaza bersama Ustadzah Nara, katanya anak itu bersikeras ingin pulang," jawab Ayash."Sekarang Ghaza-nya di mana?" Raudah menoleh lagi ke arah suaminya."Abi memintanya menunggu di ruang tengah," sahut Ayash enteng.Lalu tanpa sengaja Raudah melirik kancing jas koko Ayash yang tidak pas."Astagfirullah, Abi!" Mata Raudah terbelalak dan tanganny

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Peperangan di Rumah Ayash

    Kemudian Raudah mengusap wajahnya yang berada dibalik cadar. Ia tidak mau terus larut dalam bayangan Gus Rofiq yang sudah tidak menjadi siapa-siapanya lagi, meskipun darah pria itu mengalir di tubuh anaknya tetapi tidak sepantasnya Raudah terus mengingat dia. Wanita itu berusaha menormalkan irama jantungnya sambil terus beristighfar dan berdzikir dalam hatinya. Raudah berharap Ayash akan segera datang untuk mengalihkan perhatiannya dari Gus Ubed."Apa Bude Atikah tertidur," tanya Ayash begitu sampai di depan orang wanita yang sangat ia sayangi itu.Kedatangan Ayash cukup mengagetkan Raudah, pasalnya ia masih menormalkan ingatannya terhadap pria yang baru saja ia lihat berjalan dari kejauhan."Sepertinya Mbak Atikah memang tertidur," jawab Raudah sambil melirik pada kakak iparnya."Afwan, jika lama menunggu. Di apotek sangat mengantri. Biar ana gendong saja," ucap Ayash sambil menyerahkan obat yang baru saja ia ambil dari apotek pada Raudah lalu meraih tubuh Atikah dan menggendongnya m

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Tenggelam dalam Masa Lalu

    Melihat Masa LaluBeberapa tahun kemudian ...."Bude Atikah tadi pagi menelepon dan dia mengatakan kalau sedang tidak enak badan," ucap Raudah kepada Ayash yang baru saja pulang mengajar kelas pagi. Beberapa hari setelah mendapatkan surat tagihan dari Hendra wajah Ayash memang terlihat murung, pria itu lebih banyak diam."Oh ya, kebetulan tadi Abi tergesa-gesa masuk kelas jadi tidak sempet mampir ke kediaman Mbak atikah," jawab Ayash.Setelah patah hatinya, ia akhirnya memutuskan kembali ke Pesantren Pamannya dan memulai hidup baru dengan melupakan Salwa. Dia bahkan menikah dengan Raudah yang dulu adalah temannya di Mesir saat sama –sama study di sana. "Setelah ini disempatkan melihat beliau, kami juga belum pergi ke sana karena baru saja selesai membereskan rumah." Yang dimaksud kami oleh Raudah adalah dirinya dan Ghaza. Ghaza adalah putra sambung Ayash yang dibawa Raudah dengan pernikahan sebelumnya. Ayash sendiri sebelum ini juga sempat menikah, akan tetapi istrinya meninggal saa

  • Kualihkan Harta Saat Suamiku Tak Setia   Bahagia

    Melihat pemuda yang baru saja menghalalkannya itu kesakitan, Salwa menjadi salah tingkah. Dia ingin mendekat dan mengurangi rasa sakit itu, tapi hatinya ragu. Akhirnya Salwa hanya berdiri dengan gerakan tangan yang tak menentu."Sakali lagi, saya minta maaf, Tuan. Sungguh, saya tidak sengaja." Salwa menangkupkan kedua tangannya.Elvis nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dia berbicara."Sepertinya sulit untuk dimaafkan.""Saya tidak sengaja. Salah Tuan sendiri main pegang tanpa permisi." Salwa agak meradang mendengar Elvis seakan menghukumnya karena ketidaksengajaan."Baiklah, jadi aku harus meminta izin dulu?""Eum ... nggak juga ... tapi ya .... " Salwa malah bicara gugup.Elvis berjalan mendekati Salwa yang terlihat semakin salah tingkah."Tu-tuan mau apa?" "Aku mau minta izin," ujar Elvis sambil terus mendekat dan perlahan tangannya terulur menyentuh pipi gadis itu. Sementara Salwa semakin dalam menunduk. Ia mau melarang Elvis supaya jangan menyentuh pipinya tapi dia tahu ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status