Share

168.

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-25 16:48:24

“Apa kabar?” tanya Rafael, nada suaranya datar. Tatapannya teduh. Terdengar tulus meski Gladys masih enggan untuk berinteraksi. Tapi mengingat pria itu yang akhirnya mengantar Gavin pulang, Gladys berusaha menekan egonya.

Wanita itu menarik napas panjang. “Baik,” jawabnya singkat, datar, hampir tanpa intonasi.

“Oh, baguslah. Aku senang mendengarnya. Bagaimana anakmu? Kuharap ia juga….” Rafael melirik Gavin dalam gendongan Tyo.

“Dia juga baik.” Gladys menyambar cepat. Sekaku ini mereka sekarang, padahal dulu hampir akan menikah. Namun, ini pun jauh lebih baik, karena sebelumnya ia bahkan tak ingin sekadar melihat sang pria. Jika bukan karena Gavin, ia memilih tidak pernah berinteraksi lagi dengan pria itu.

Hening sesaat. Tyo menatap istrinya seakan ingin menghentikan percakapan itu, tapi Gladys mendahuluinya. Ia menatap lurus ke arah Rafael.

“Aku... berterima kasih banyak karena kamu sudah mengantarkan Gavin pulang.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Gladys. Meski sangat berat, ta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Iis istiana
laaaa kenapa tu
goodnovel comment avatar
Dhivia Rifki
kenapa yaaaa kira2 aaaahhh mba Rose bikin penasaran lg deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   177.

    Tyo bersandar di kursi mobil, kepalanya menunduk. Kantung es yang dibungkus handuk kecil menempel di pipinya, membuat rasa ngilu perlahan mereda. Hendra yang duduk di depan hanya melirik dari kaca spion tengah, tak berani banyak bicara. Ia tahu atasannya sedang berada dalam pusaran masalah yang tak bisa disentuh dengan kata-kata ringan.Baru saja dari klinik. Lebam di wajahnya tidak parah, tetapi cukup jelas jika diperhatikan. Tyo sengaja meminta dokter memberi salep pereda bengkak agar tidak tampak mencolok. Bukan karena ia lemah, melainkan karena ia tidak ingin pulang dengan wajah yang akan menambah keresahan istrinya. Gladys sudah cukup terbebani; ia tidak perlu melihat Tyo seperti ini.Ia memejamkan mata sejenak, merasakan dinginnya kompres meresap ke kulit. Namun ketenangan itu hanya sekejap. Begitu ponsel di tangannya bergetar lagi, matanya terbuka lebar. Puluhan panggilan tak terjawab berderet di layar, sebagian besar dari Gladys. Ada juga pesan-pesan singkat, nada khawatirnya

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   176.

    Tyo duduk di kursi besi dingin itu. Ruang interogasi tampak sederhana, hanya ada meja kayu, dua kursi berhadap-hadapan, dan lampu neon yang menyala terlalu terang di atas kepala. Cahaya itu memantul di dinding kusam, menambah rasa terasing yang mencengkeram dada.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu liar. Meski jas rapi masih melekat di tubuhnya, keringat dingin merembes di punggung. Di sebelahnya, Barata duduk tegak dengan map tebal di hadapannya. Sorot mata pengacara senior itu tenang, penuh kalkulasi, seakan sudah terbiasa menghadapi permainan semacam ini.Di seberang meja, dua penyidik duduk dengan wajah kaku. Yang satu, berpangkat lebih tinggi, membuka berkas dan menatap Tyo tanpa basa-basi.“Saudara Bramantyo.” Suaranya berat dan penuh tekanan. “Anda dipanggil untuk dimintai keterangan terkait kematian Rajendra. Sebelum kami mulai, kami ingatkan kembali bahwa Anda berhak didampingi kuasa hukum, dan setiap jawaban Anda akan dicatat serta dap

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   175.

    Tyo berdiri dengan kaku, seperti patung yang kehilangan keseimbangan. Nafasnya bergetar halus meski bibirnya terkatup rapat. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, setiap denyut seperti palu yang menghantam rongga dadanya.Polisi datang lebih cepat dari yang mereka kira. Dan kini salah satu di antara mereka menyerahkan selembar surat resmi—panggilan pemeriksaan. Kertas itu dingin di tangannya, seperti potongan kenyataan yang menamparnya tanpa ampun.Hendra yang berdiri di belakang mendekat pelan, suaranya nyaris berbisik. “Bos, ini serius.” Nada khawatirnya justru menambah berat udara yang sudah menekan. Tyo menahan napas, seolah paru-parunya enggan menerima kenyataan.Polisi melanjutkan dengan wajah tanpa ekspresi, “Kami harap Bapak kooperatif. Kami ingin meminta keterangan secepatnya.”Tyo mengangkat pandangan. Wajahnya ditarik oleh garis-garis ketegangan, matanya menimbang cepat. Ia tahu pilihan di hadapannya sama-sama berisiko: menuruti polisi tanpa persiapan berarti menye

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   174.

    Gladys langsung bergegas ke ruang tengah, menyalakan layar besar yang terhubung ke CCTV rumah. Matanya mencari liar layar-layar kecil yang terpampang di sana. Fokusnya langsung ke bagian yang menampilkan pagar utama rumah. Ia meng-zoom bagian itu untuk melihat apa yang terjadi di sana.Matanya membelalak saat layar itu menampilkan dua orang tengah berdiri di luar, mereka berdebat dengan petugas keamanan. Napasnya langsung memburu saat wajah dua orang itu terlihat jelas.Garnetha.Alvin.Seketika dada Gladys naik-turun tak terkendali. “Astaga…” bisiknya pelan, kedua tangannya refleks menutup mulut. Rasanya tubuhnya bergetar hebat hanya dengan melihat wajah mereka lagi. Luka lama kembali terkoyak. Amarahnya mendidih. Untuk apa lagi mereka datang? Apa mereka setidak tahu diri itu?Beruntung, Tyo sudah menambah pengamanan setelah peringatan terakhir. Para petugas tampak tegas, berdiri menghadang, sama sekali tidak memberi kesempatan Garnetha maupun Alvin masuk. Namun itu tidak cukup membu

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   173.

    Tyo mengembuskan napas panjang. Detik itu juga ia ingin meruntuhkan segala kabar buruk yang baru saja didengarnya. Namun, tatapan Gavin yang masih sibuk mengotori bibirnya dengan bubur, dan pandangan penuh tanya dari Gladys membuatnya harus berpikir cepat.“Apa Rajendra membuat ulah?”Tyo tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala istrinya.“Rajendra memang sempat datang ke kantorku kemarin,” ucapnya akhirnya, berusaha terdengar tenang.Gladys mengernyit. “Kemarin? Kenapa kamu tidak cerita?” Suaranya terdengar kaget.“Tidak ada yang penting, Sayang. Dia hanya… ya, seperti biasa, berusaha memaksakan kehendak dan menyalahkanku.” Tyo mengangkat bahu seolah tak ada hal besar.“Menyalahkanmu untuk apa? Karena kamu merebut lagi aset ayahku?”Tyo mengangguk kecil. Sungguh ia tak ingin menceritakan ini karena yakin hanya akan membuat Gladys tidak nyaman. Karenanya ia memilih tidak mengatakan apa pun sejak kemarin.“Iya, tapi kamu tenang saja. Aku sudah urus dia. Aku pastik

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   172.

    Pagi itu rumah dipenuhi kehangatan. Aroma roti panggang yang baru keluar dari toaster bercampur dengan harum kopi hitam buatan Gladys. Gavin duduk di kursinya dengan wajah ceria, mengayunkan sendok kecil sambil tertawa ketika Tyo pura-pura meniup bubur di mangkuknya terlalu keras hingga cipratan kecil mengenai meja.“Papa nakal!” Gavin terkikik sambil menirukan ucapan Gladys jika dirinya melakukan hal sama.Gladys menahan senyum melihat sang anak yang menirukan kata-katanya. Lalu menepuk pelan tangan Tyo. “Jangan ngajarin dia main kotor begitu.” Namun senyum di bibirnya sulit ia sembunyikan. Ada cahaya bahagia di matanya, sesuatu yang dulu jarang ia rasakan.Tyo menatap dua orang kesayangannya itu dengan tatapan teduh. Hatinya hangat. Beginilah seharusnya hidupku, batinnya. Tidak ada lagi ruang kosong, hanya ada keluarga kecil yang kini terasa sebagai pusat semestanya.Gladys menyuapi Gavin, lalu dengan iseng menyodorkan sepotong roti ke mulut Tyo. “Giliran kamu yang harus manut, jang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status