Share

Kubalas Madu Dengan Racun
Kubalas Madu Dengan Racun
Penulis: Galuh Arum

Pernikahan Kedua

Blurb

Pernikahan Asti harus mendapat cobaan besar dari keluarga Bayu. Ibu Bayi menginginkan pernikahan kedua untuk sang anak demi mendapatkan keturunan. 

Asti terpaksa menerimanya karena jika tidak pun akan terlaksana pernikahan keduanya. 

Asti tidak tinggal diam, ia melakukan berbagai cara untuk mengusir Mawar sang madu.

Sampai pada akhirnya rahasia besar ibu mertua dan sang madu terbongkar. 

Bagaimana dengan nasib perbikahan mereka? Akan lanjutkah atau berada di ujung perpisahan?

***

"Sah."

Bulir bening tumpah saat kalimat itu menggema di telinga Asti. Hati wanita mana yang tahan melihat suami yang dicintainya menikah dengan wanita lain. 

Asti berulang kali menahan sesak yang menjalar keseluruh tubuh. Kali ini, dia harus rela berbagi suami dengan sang madu walau ia begitu menolak, tapi apalah dayanya.

Teringat satu bulan yang lalu, saat ibu mertuanya membawa wanita pilihan untuk dinikahkan dengan Bayu, suaminya. Hatinya bagai teriris pisau belati yang menancap begitu dasyat.

"Namanya Mawar." Ibu mertuanya memperkenalkan calon madunya.

Asti hanya bisa tersenyum getir saat gadis muda itu menjabat tangannya. Segera mungkin dia melepaskan tangan sang madu. Menahan segala sesak di dada membuatnya sulit meraup oksigen.

"Kamu setuju, Nak?" tanya Andin--ibu mertuanya.

"Walaupun saya menolak, kalian tetap akan menikahkan wanita ini dengan Aa Bayu." Asti memalingkan wajah ke jendela rumah. 

"Ini demi kebaikan kalian, bukannya kamu setuju, Ti?" Lagi, ibu mertuanya memastikan.

"Aku terpaksa setuju." Asti kembali menjawab tanpa menatap wajah ibu mertua dan calon madunya.

Tepukkan halus di pundak Asti membuatnya tersadar dari lamunan. Gadis berusia delapan belas tahun tersenyum padanya. Dia Ayumi--adik ipar Asti.

"Tenang, Teh. Aku bantuin kalau mau ngerjaiin doi. Aku juga kesel, mau amat sih jadi bini kedua. Pasti ngincer harta Papa," celoteh gadis muda itu.

Asti tersenyum getir. Dia bersyukur masih ada yang peduli dengannya. Ayumi, gadis itu yang paling lantang menolak pernikahan kedua kakaknya. Baginya, kakak iparnya hanya satu, yaitu Asti.

Dari tempatnya Asti melihat wajah semringah sang suami. Demi bakti pada orang tua, Bayu pun setuju dengan pernikahan keduanya. Walau awalnya menolak, toh buaya saat diberikan mangsa pun akan menerimanya.

Rumah tangga tanpa anak memang hambar. Bagaikan sayur asem tanpa garam. Menikah selama delapan tahun, tapi tak kunjung di berikan momongan. Hal itu yang selalu di bahas mertuanya Hinga telinga pun panas.

Hal itu juga selalu saja dipertanyakan oleh keluarga besar sang suami. Kekayaan berlimpah sang papa mertua membuat mereka menginginkan keturunan laki-laki untuk meneruskan perusahaan mereka.

Namun, delapan tahun berumah tangga, Asti tak kunjung diberikan keturunan. Tercetus ide ibu mertua Asti, menikahkan Bayu dengan wanita yang dikenal sang ibu.

Asti kembali menghapus bulir dia mata. Rasa sesak itu kian menjadi saat Mawar mencium tangan sang suami. Ibu mertuanya meminta dia berbagi suami. Namun, itu tidak mudah. 

Disekanya air mata itu. Tekad sudah bulan, akan membuat sang madu tak bisa tenang tinggal di rumah itu. Bayu hanya suami milikknya. Bukan orang yang pantas untuk dibagi.

Salah jika Asti lemah di hadapan mereka. Dia menarik napas panjang dan memandang sinis Mawar. Tanpa sengaja tatapan mereka bersirobok. Mawar menyunggingkan seyum penuh kemenangan. Sementara, Asti bersumpah akan membuat dia tidak betah di rumah itu.

---Galuh Arum---

Acara hari ini sudah selesai. Pengantin baru pun sudah masuk ke kamarnya. Sementara, Asti kian meremas seprei dengan kencang. Tidak bisa membayangkan suami tercinta bercumbu dengan wanita lain, sekali pun madunya.

Asti menggigit bibir, dia semakin kacau. Akan tetapi, tak bisa berbuat apa-apa. Cara apa yang harus dia lakukan untuk menggagalkan malam ini? Akan tetapi, percuma saja jika gagal sekarang jika malam berikutnya bisa melakukannya lagi.

Kini, wanita itu pasrah dengan keadaan. Asti membaringkan tubuh di kasur dan mencoba memejamkan mata. Hatinya masih gelisah, kembali membuka mata. 

"Ah, bagaimana ini? Mana bisa aku tidur tanpa Aa Bayu? Awas saja, kamu Mawar."

Suara ketukan membuat Asti bergegas membukakan pintu. Wajahnya yang berseri kembali masam saat tahu ternyata Ayumi yang datang, bukan Bayu.

"Ada apa, Ay?"

"Mau temenin, Teteh. Pasti bete, kan?"

"Bukan bete lagi. Nano-nano deh ini hati."

Sambil menunjuk dadanya, Asti terus mendumel pada adik iparnya. Kini, dia kembali lebih tenang karena Ayumi membuatnya banyak tertawa.

"Teh, kenapa nggak ikut program bayi tabung aja, sih?"

"Aa Bayu nggak mau. Katanya mau cara biasa aja."

"Padahal kalau mau program, nggak usah ada pernikahan kedua."

Asti termenung mendengar ucapan Ayumi. Dia sudah pernah memeriksakan kondisinya, dia sehat dan tidak mempunyai masalah dari rahimnya. Akan tetapi, sang suami tidak mau jika di ajak berkonsultasi ke dokter. Alasannya, dia sibuk dan merasa tidak bermasalah.

"Iya, mau gimana lagi. Mami kamu yang mau, kok."

"Emang, tuh mami. Mertua zolim."

"Hus, sama Mami sendiri kok gitu."

"Sebel aja, Teh. Takut karma ke aku."

Asti hanya tersenyum menanggapi ucapan sang ipar. Dia terus mendengarkan ocehan Ayumi sampai wanita itu terlelap dan melupakan malam pertama sang suami.

---Galuh Arum---

"Maaf, Mas."

"Maaf, kamu pikir Aa bodoh. Kamu bilang masih gadis, tapi Aa nggak menemukan darah kegadisan kamu?"

"Waktu kecil aku pernah jatuh, Aa."

"Kalau Aa nggak percaya, ya, sudah. Nggak apa-apa."

Bayu merengut kesal, mana bisa dia percaya jika gadis di hadapannya masih suci jika tidak menemukan darah perawan dalam malam pertama mereka. Pria jangkung itu bangkit dari ranjang.

"Aa, mau ke mana? Belum selesai ini, tanggung," ujar Mawar.

"Ke kamar Asti."

Mawar bangkit dan mencoba membujuk sang suami. Segera mungkin dia mengelurakan rayuan untuk mencegah sang suami pergi.

"Aa, jangan marah. Kita mulai lagi," pintanya.

Bayu melepas tangan Mawar yang berada di lengannya. Dia melangkah cepat menuju kamar Asti. 

Mawar terus mengikuti Bayu hingga ke depan kamar Asti. Merasa risih, pria itu menarik lengan istri keduanya untuk masuk kembali ke kamar.

Pria itu mengusap wajah kasar. Sudah tidak bernafsu lagi dirinya setelah kejadian tadi. Kalau bukan karena keturunan, dia tidak menghianati istri pertamanya.

"Sudah sana, bersihkan badan kamu. Aku mau tidur."

"Aa, nggak mau lagi? Katanya mau bikin cucu buat Mami dan Papi?"

"Besok saja kalau Aa mood."

Bayu kembali merebahkan tubuh di kasur dan menarik selimut menutup tubuhnya. Sementara, Mawar mengentakkan kaki kesal.

Awalnya permainan ranjang mereka sangat bergairah. Akan tetapi, saat selesai, Bayu tersadar tak menemukan darah keperawanan milik Mawar. 

Moodnya berkurang dan memilih tidak melanjutkan malam pertamanya. Pria itu merasa di bohongi. Lebih baik dia menikahi janda dari pada gadis rasa janda. 

Setelah membersihkan diri, Mawar ikut merebahkan diri di ranjang. Berharap sang suami memeluknya dalam udara dingin itu. Namun, Bayu tak bergeming, tetap dalam selimutnya malam ini.

'Lihat saja, Aa Kamu akan menjadi milikku seutuhnya.' Gumam Mawar dalam hati.

Malam pengantin yang diimpikan Bayu pun kandas begitu saja karena hal yang tidak ia duga.

---Galuh Arum---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status