Share

ngelunjak

"Nina!"

Pagi hari sekali saat aku baru saja selesai salat subuh suara Ibu sudah bergema mengisi seluruh ruangan di rumah ini. Aku cukup heran karena tidak biasanya ibu sepagi ini sudah bangun, bahkan biasanya sampai aku selesai masak pun itu masih terlelap di kamarnya.

"Ibumu, Mas. Udah tau tua tapi suaranya kayak toa," ucapku membuat Mas Ahmad tersenyum dan mengecup keningku setelah salat berjamaah bersama.

"Semoga kamu diberikan kesabaran seluas samudra dan keluasan rezeki setiap hari. Sabar ya?"

"Asal nggak diminta buat suburin lemak," kekehku sambil mencopot mukena dan melipatnya.

Aku keluar menuju ke tempat di mana Ibu memanggilku. Di sana sudah ada Jani yang sedang menangis.

"Kenapa?" tanyaku pada Ibu dan Jani.

"Adikmu ini mau sekolah, katanya harus membayar buku dan ibu nggak punya duit. Ibu pinjam sih, 50 ribu" ucap ibu mertuaku.

"Loh, kemarin kan habis jalan-jalan sama anak kesayangan dan anak paling kaya di keluarga ibu. Kenapa nggak minta saja sama anak menantunya yang kaya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status