Share

Mulai Mandiri

“Bagaimana? tentang orang tua ku yang menginap, aku tidak ingin mereka tahu bahwa kita ingin bercerai” sambungnya lagi.

Namun Alesya sudah sangat dikejar waktu lalu ia segera mengambil tasnya. “Nanti kita bicarakan, ketika aku pulang!” balas Alesya tergesa-gesa sembari menutup pintu dengan rapat. 

"Kan...selalu saja begitu!" celetuknya setengah kesal. 

Flashback. 

Aidan jadi teringat, disaat mereka baru menikah. Saat umur pernikahan mereka masih lima bulan, waktu dipagi hari, Alesya menyiapkan segela keperluan Aidan dari makanan hingga pakaian. Padahal saat itu mereka sudah mempunyai pembantu.

Alesya membantu memakaikan dasi Aidan dengan senyum manis, “Aku ingin bekerja di perusahaan Desain grafis! apakah boleh?” tanya Alesya dengan senyum manis, agar disetujui. 

“Aku tidak ingin kau kelelahan! jadi tidak boleh, biarkan aku saja yang memenuhi segala kebutuhan isteriku yang manis ini,” ucapnya dengan lembut, sembari memeluk Alesya dengan penuh kehangatan.

Aidan tersenyum kecut saat mengingat momen itu, yang bahkan tidak pernah bisa ia lupakan.

***

Alesya berlari seraya melihat jam tangannya. Lima menit lagi, akan terlambat dari jam yang sudah ditentukan, oleh perusahaan yang memberikan wawancara.

Ketika saat memasuki lobi kantor, ia tidak sengaja menabrak seseorang pria.

BRUKKK!

“KAU!!! BISA PAKAI MATA TIDAK?” bentak Alesya seraya memungut tasnya yang terjatuh dilantai.

“Mintak maaf sekarang juga!” perintah lelaki yang sudah menabraknya.

Alesya tidak habis pikir, ia langsung menantang orang yang menabraknya dengan mendekatkan wajahnya.

Lalu, Pria berjas hitam, yang menabrak Alesya membuka kacamatanya, dengan bahasa tubuhnya yang angkuh. Ia mendongakkan kepalanya. Matanya terlihat sinis menatap Alesya.

Bukannya melawan lagi Alesya malah membisu seketika. Ternyata lelaki yang ada dihadapannya adalah Grey temannya Misami.

Glek!

Alesya menelan ludahnya, ia tidak lagi menghiraukan yang telah terjadi. Ia dengan kelincahannya melarikan diri dari Grey. 

"Jangan Kabur!" cegat Grey dengan suara bermartabat. 

Grey tampak tidak asing, dengan wajah wanita yang menabraknya. Lalu saat berjalan keruangannya, ia baru ingat, bahwa wanita itu adalah teman Misami. “Apa yang dilakukannya disini!” gumamnya. 

***

Alesya yang sudah telat sepuluh menit, menerobos masuk keruangan wawancara dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

Tampak masih banyak orang berjejer duduk. sembari menunggu nomor mereka disebut. diantara mereka ada yang memegang secarik kertas, seraya menghapalnya dengan suara kecil.

Seketika jantung Alesya berdegup kencang. perutnya juga memulas tiba-tiba, kepercayaan dirinya mulai goyah. Ia mencoba berbaur diantara mereka dan tanpa sengaja, ia mendengarkan pembicaraan membuat kakinya gemetar.

“Katanya, salah satu pewawancara kita adalah direktur perusahaan disini!” ucap wanita berkacamata yang berada disamping Alesya.

“Apa tidak mungkin! habislah kita” timpal wanita lainnya.

Alesya menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya.

“Nomor sembilan! ” teriak petugas yang sedang menjaga. 

Alesya Maju dengan membusungkan dadanya, ia membereskan rambut dan pakaiannya, yang sedikit acak-acakan akibat menabrak Grey tadi.

Ia memasuki ruangan dengan tenang, namun saat menyadari ternyata salah satu pewawancara adalah Grey, ia menjadi membatu seketika. 

Alesya juga menemukan Tag nama diatas meja, yang sedang digunakan Grey. Tertulis jelas Direktur. Alesya terperangah tak percaya. Ia Mencoba tetap tenang, berpura-pura tidak mengenal Grey.

Grey terlihat tersenyum sinis. "Tolong ganti dengan peserta lain!" Suruhnya kepada petugas tadi. 

Alesya yang merasa ini jalan satu-satunya agar dia bisa keluar dari rumah Aidan, Mencoba melawan. “Apa anda selalu mencampur adukan, urusan pribadi dengan pekerjaan!?” hardik Alesya dengan menatap tajam Grey.

Grey lalu tertawa mendengar pernyataan Alesya, “Baiklah, baiklah.Jadi! kenapa kamu ingin bekerja disini?” tanyanya dengan nada mengejek.

“Saya tidak ingin bergantung dengan seorang jadi saya ingin bekerja untuk menghasilkan uang" jawab Alesya santai.

"Itu artinya kamu bersedia, bekerja dimana saja, asalkan menghasilkan uang?" sambung pewawancara wanita, yang tampil seksi.

“Tidak! Saya ingin memanfaatkan pengetahuan saya! yang cocok untuk perusahaan ini. untuk menghasilkan uang” balasnya dengan tegas.

Terlihat lelaki paruh baya tampak berbisik dengan wanita seksi disebelah Grey.

***

Aidan yang telah berada di kantor, tampak sibuk mengetik di komputernya, ia sesekali melirik kearah ruangan Morin. Aidan benar-benar memberi malu pada dirinya sendiri. Pada saat kejadian setelah makan malam, mereka minum-minum, Aidan yang sudah mabuk berat akibatnya muntah dimobilnya Morin. Mau tidak mau Morin yang harus mengantarnya kembali kerumah.

“Huh syukurlah! dia tidak datang” gumam Aidan seraya menghelakan nafasnya.

“Siapa yang tidak datang?” bisik Morin ditelinga Aidan. yang menimbulkan udara panas ditelinganya. Posisi mereka seakan sedang bermesraan.

Spontan Aidan menatap kearah Morin dengan jarak yang dekat. Morin sampai kaget, ia dengan canggung menjaga jarak. Tampak pipinya mengeluarkan rona merah.

“Bu..Maafkan saya atas perihal tadi malam!” Aidan membungkukkan badannya, tanda ia menyesal sudah menyusahkan bosnya.

“Tidak perlu minta maaf, aku juga senang kok.” Morin tersenyum manis.

Aidan bisa lega sekarang, karena ia tidak perlu lagi merasa bersalah.

"Bagaimana tugas yang diberi, apa udah selesai?” tanya Morin basa-basi. 

“Sebentar lagi, saya akan mengirimkan melalui email!” beritahunya sedikit kelelahan. 

“Baiklah, kerjakan saja dengan pelan!” ujarnya lalu berjalan menuju keruangannya dengan senyum tipis.

Setelah Alesya selesai dihujani banyak pertanyaan, ia tampak berkeringat dipelipis matanya. Lalu wanita seksi yang bernama Buk Misila Menyuruh Alesya untuk keluar, dan menunggu pengumuman losos tidaknya melalui email dari pihak mereka.

Alesya berpamitan, kepada orang-orang didepannya, dengan menyalami satu-persatu. Namun pada saat giliran Grey. “ Lihat saja, Aku akan meremukkan tangannya!" dongkolnya ngebatin. 

yang ternyata hanya gertaknya saja. Saat sudah bersalaman, Alesya malah mengenggam tangan Grey, dengan lembut seraya tersenyum manis. “Maafkan saya pak! atas perilaku saya tadi!“ Cengir Alesya, lalu ia berpamitan menundukkan kepalanya.

Setelah Alesya keluar, Grey mulai tersenyum atas tingkah laku Alesya. Kedua pegawai Grey menoleh tidak percaya kepadanya. Baru pertama kali melihat bos mereka tersenyum kepada orang Asing.

Lalu ia berdehem, “Hmm... Bagaimana menurut kalian? Tentang perempuan tadi? “ dalihnya  mengubah ekspresinya. 

“Mungkin dia cocok, dengan kriteria yang sedang kita Cari!” jawab pria paruh baya disamping Grey.

“Betul!tadi dia menjawab pertanyaan dengan cekatan.” tmbrung Buk Misilla dengan santai. 

“Dia sangat berisik!!” Yang dibalas Grey langsung. Hingga membuat kedua orang itu membisu ditempat.

***

Alesya yang merasa lega, sedari keluar dari perusahaan yang telah menguras tenaganya. Ia bersantai di bangku panjang, yang tidak jauh dari tempat wawancara tadi. Kaki dan tangannya dibiarkan lurus kedepan untuk mendapatkan ketenangan. 

Ia memperhatikan orang-orang yang sedang lalu lalang melintasinya. Tetapi pandangannya teralihkan, oleh Aidan yang sedang berjalan bersama perempuan yang semalam ia lihat. “Aah, Benar! tempat ini kan tidak jauh dari perusahaan tempat Aidan bekerja!” gumam Alesya seraya memanyunkan bibir. 

Lalu Alesya terdiam sejenak ia berpikiran sesuatu. “Tunggu... berarti, perusahaan yang aku lamar berdampingan dengan tempat kerja Aidan? Oh shit no way!!!” teriaknya yang langsung berdiri tanpa sadar, akibat keterkejutannya.

Pejalan yang lewat, Melihat sinis kearah Alesya seperti orang aneh. Alesya yang sadar menundukkan kepalanya, “Maafkan, atas keributan saya!” ucapnya dengan malu. 

Alesya mendapati sepatu seseorang tepat dibawah padangannya. “Maafkan saya, tolong silahkan lewat!” pintanya, seraya merentangkan tangannya sebelah kiri. 

Namun sepatu tersebut tidak juga beranjak pergi, hingga membuat Alesya kebingungan, dan langsung mendongakkan kepalanya ingin menantang sipemilik sepatu. Tapi apa yang ia dapatkan wajah Aidan yang tengah menatapnya.

“Kenapa disini!!Apa mau menemuiku?” tanya Aidan yang tampak dingin.

Deg. 

Alesya menemukan, bahwa agak jauh terlihat perempuan yang bersamanya tadi, sedang menunggu.

“Jadi! kau berbicara dingin kepadaku, karena wanita itu? Apakah alasan ingin menceraikanku apa sebab dia juga?” batinnya, yang tidak berani ia utarakan begitu saja, bisa-bisa Aidan menganggapnya cemburu jika mengatakan itu.

“Geer saja!!! Lihat tuh!” Seraya menunjukan perusahaan tempat ia melamar, “Itu tempat wawancara yang kubilang padamu!” Sombong Alesya mengangkat bibirnya.

Wanita kebulekan yang sudah sedari tadi menunggu, ia menghampri Aidan. “Siapa dia?” tanyanya penasaran.

Alesya dalam keadaan perasaan yang tidak senang, hingga mengucapkan kata yang menyelekit. “Aku temannya!“ sambung Alesya yang tidak ingin Aidan yang menjawab duluan, takut lelaki itu akan menjawab seperti yang Alesya utarakan, ia hanya tidak ingin mendapatkan kebenaran yang membuatnya sakit hati. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status