Share

Bab 3

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-14 11:28:53

 

Banyak gaya! Dulu saja ketika awal pernikahanku, Mas Ferdi tak pernah mengajak bulan madu, malah mengajakku ngontrak rumah petakan.

 

Sekarang setelah ia sukses dan banyak uang bukan malah memanjakanku yang selama ini mendukung dan mendampinginya, malah membahagiakan wanita lain yang baru dikenalnya.

 

Miris memang.

 

"Oh kalian berencana bulan madu ya? Tapi gimana lagi uangnya sudah habis aku depositokan ke rumah sakit ini untuk biaya perawatan Mas Ferdi, ya ... dari pada hutang sana sini mending uangnya dipakai dulu kali ya." Aku tersenyum kecut.

 

"Oh ya, Mas, sepertinya aku harus pulang karena sebentar lagi Desti pulang sekolah, Dita dan Dara juga kutitipkan pada ibu."

 

Raut wajah Susan menjadi masam, bukankah aku terlalu baik membiarkannya untuk selalu bersama Mas Ferdi.

 

Dasar tak tahu terima kasih.

 

Sementara Mas Ferdi hanya menatap gerak-gerikku, entah seperti apa kondisinya kini yang jelas sejak tadi ia tidak mengeluarkan suara.

 

"Tapi, Mbak, aku belum mandi dari pagi, boleh Mbak di sini dulu sebentar?" pinta Susan.

 

Aku langsung mengerlingkan mata, dari bahasa tubuhnya dapat kubaca jika ia memang malas berada di sini.

 

"Baiklah, masih ada waktu satu jam."

 

Ia mengangguk lalu pergi. Namun, beberapa detik kemudian Susan kembali lagi sambil nyengir 

 

"Aku ... aku ga bawa duit buat ongkos, Mbak."

 

Kuembuskan napas kasar sambil melirik ke arah jendela, benar-benar menyebalkan, nambah istri malah menambah beban saja.

 

Aku merogoh uang dua puluh ribu dari dalam tas lalu merentangkan sebelah tangan hendak memberikan uang tersebut. Namun, saat ia hendak meraihnya dengan sengaja uang itu kujatuhkan ke lantai.

 

"Duh jatuh, pungut sana," titahku dengan tatapan remeh.

 

Susan langsung merenggut menatapku.

 

"Bukankah kamu terbiasa memungut sesuatu." Bukan lagi berwajah sini, kini Susan memandangku dengan tajam.

 

Perempuan itu telah pergi kini hanya aku berdua dengan Mas Ferdi, kata suster beberapa jam yang lalu ia sempat koma, dan beruntung kesadarannya tak lama kembali lagi.

 

Kutatap wajah Mas Ferdi yang kini tak setampan dulu, bisa apa ia sekarang? Menyakitiku dengan bermesraan bersama Susan di hadapanku? Atau bercinta dengan wanita itu hingga dengan sengaja mengeraskan er*ngan agar aku mendengarnya?

 

Aku mengulum senyum, mengingat sekarang akulah penguasa di istanaku sendiri, akan kuperbudak istri keduamu itu, Mas.

 

"Bagaimana keadaanmu, Mas, apa kamu senang sekarang?" tanyaku sambil tersenyum sinis.

 

Ia hanya berkedip, bola matanya bergulir menghindari tatapanku, apakah ia malu?

 

"Kamu lihat 'kan barusan, dari sorot wajah dan bahasa tubuhnya istri keduamu itu seperti tak tahan berada di sini, kita lihat saja sampai kapan dia akan bertahan menjadi istrimu, Mas." Aku mengulum senyum.

 

 "Oh ya, karena setelah ini kamu pasti membutuhkan biaya banyak untuk pengobatan, maka tak ada jatah uang bulanan buat Susan, tapi tenang saja dia bisa makan dan tidur gratis di rumah kita, buat dia semuanya gratis, termasuk tenaganya."

 

Kali ini Mas Ferdi menatapku tajam, tapi ia bisa apa? Jangankan marah, buang air besar saja harus dibantu.

 

Tepat satu jam kemudian Susan kembali datang dengan penampilan serba mini, celana pendek di atas lutut, dipadukan dengan kaos longgar tapi menampakkan perut.

 

"Aku jemput anak-anak dulu ya, San. Oh ya popok Mas Ferdi sepertinya harus diganti tuh, kamu tahu 'kan caranya membersihkan kotoran orang lumpuh."

 

"Hah." Mulut wanita itu menganga dengan mata membulat.

 

"Tapi, Mbak, aku ... aku ga bisa." wajah Susan meringis.

 

"Duh harus bisa dong 'kan kamu istri kesayangannya, aku ga ada waktu takut Desti terlalu lama nunggu."

 

Tanpa berkata lagi aku bergegas pergi meski berkali-kali ia memanggil-manggil namaku. 

 

Rasakan itu Susan, kau jangan hanya mau enaknya saja menjadi istri Mas Ferdi, kau juga harus merasakan bagaimana getirnya perjuangan.

 

*

 

Sudah satu Minggu Mas Ferdi di rumah sakit dan kini waktunya ia pulang, aku tak berniat menjemput hanya menelpon Hani--adik Mas Ferdi--agar membawa mobil dan menjemput Mas Ferdi di sana.

 

Hani marah besar ketika tahu kakaknya telah menikah lagi demi memiliki anak laki-laki, dan tentu saja adik iparku itu tak menyukai Susan. Apalagi jika ibu mertua tahu aku yakin ibu akan menyindirnya habis-habisan.

 

Namun, sayang sekarang ini mertuaku sudah terbaring tak berdaya di atas tempat tidur, penyakit komplikasi telah menggerogoti tubuh rentanya.

 

Saat mobil Avanza hitam Hani terparkir di hakam rumah aku keluar menyambut dan membantu Mas Ferdi turun dan duduk di kursi roda, lalu mendorongnya untuk masuk ke dalam.

 

"Aku ga bayangin seperti perasaanmu sekarang, Mbak, tinggal satu atap dengan madu sendiri." Hani menghela napas lalu terbengong sambil menatap wajahku.

 

"Tolong maafkan kakakku, Mbak."

 

Aku tersenyum tipis. "Bagaimana lagi, Han, kalau dibilang sakit hati ya tentu saja."

 

Usai Hani pulang aku langsung masuk ke kamar belakang, dengan telaten Susan menyuapi Mas Ferdi dengan bubur karena ia masih kesulitan menelan makanan.

 

"Mbak, aku mau bicara," ucapnya.

 

Ia menaruh mangkuk yang hampir habis itu d meja, lalu menghampiriku yah sedang berdiri di ambang pintu.

 

"Karena sekarang Mas Ferdi ga bisa kerja maka mulai sekarang restoran aku yang kelola, aku juga istrinya dan berhak atas itu, lagi pula Mbak 'kan sibuk mengurus anak-anak, aku yakin Mbak takkan sanggup menggantikan Mas Ferdi." Bibir Susan  mengukir senyum kemenangan.

 

Oh, ia tak menyerah rupanya sekarang ia ingin menguasai usaha Mas Ferdi, dan menganggapku seorang istri yang tak bisa berbuat apa-apa. Kamu salah besar, Susan.

 

"Memangnya kamu bisa mengelola restoran Hem? Bukankah yang kamu tahu hanya berjoged dan merayu lelaki hidung belang demi saweran?" Aku terkikik, sementara wajah Susan langsung masam.

 

"Pokoknya mulai hari ini restoran Mas Ferdi aku yang kelola, dan Mbak bisa pokus ngurus Mas Ferdi di rumah." Sambil cemberut ia berlalu dari hadapanku.

 

Setelah itu ia kembali ke kamarnya untuk mengambil tas dan pergi dari rumah ini, mungkin tujuannya menuju restoran.

 

Aku langsung menelpon Caca, dia adalah salah satu orang kepercayaanku di restoran.

 

"Ya, Bu, kenapa?"

 

"Ca, wanita bernama Susan akan ke sana, dia istri kedua Pak Ferdi, katanya sih dia mau mengelola restoran, kamu biarkan aja dia melakukan apapun di sana, tapi ingat penghasilan resto harus di transfer ke rekeningku ya mulai sekarang."

 

"Oh, baik, Bu." Telpon kututup.

 

Aku tersenyum puas, silakan saja bekerja keras di sana, Susan.

 

Bersambung.

 

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
laaaa kabur dia nggak mau ngurus suami sakit cabein aja Mbak Yuli
goodnovel comment avatar
Hanum Anindya
kalau aku jadi istri pertama ku cakar tuh muka Susan,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Tamat

    Setelah ditelusuri lebih dalam aku menemukan sebuah situs web khusus para pria hidung belang, di sana mereka bisa membahas para organ intim wanita yang pernah mereka cicipi berikut dengan Poto b*gilnya.Yang membuat otakku panas ialah poto Desti juga ada di sana, beberapa pria berkomentar tentang bentuk tubuh anakku, bahkan diantara mereka dengan terang-terangan mengincar tubuh putriku itu."Bagaimana ini, Lira?"Gadis itu langsung meluncur ke restoran begitu mengetahui Poto sy*r Desti tersebar."Apa Poto itu diambil ketika Desti diculik kemarin ya?" tanya Lira."Aku tak mau tahu Poto itu diambil kapan, yang kumau poto-poto anakku terhapus, apa kamu bisa membantuku?"Digulung emosi aku sampai membentak adik sendiri, beruntung Lira tak membalas gertakanku, ia hanya melirikku sekilas lalu kembali fokus pada laptopnya.Sebagai seorang ibu tentu hatiku sakit melihat poto-poto Desti tersebar luas apalagi dengan busana tidak pantas, selama ini aku selalu menjaganya, memastikan jika ia baik-

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 42.B

    Aku pun meninggalkannya di luar rumah karena masih banyak yang harus kupersiapkan di dalam.Benar saja rambut Dara belum disisir, sedangkan Dita teriak-teriak mencari seragamnya, dan Desti gadis itu sedang makan sambil melamun, insiden penculikan itu benar-benar telah merenggut keceriaannya."Dara, cepat sisir rambutmu ya, Kak Haikal sudah datang itu.""Ya, Ma, bentar ini balesin chat Amina dulu." Aku geleng-geleng kepala, seperti biasa ponsel telah menyibukkan anak-anakku."Dita! Coba cari seragam olahraganya di keranjang, siapa tahu belum di setrika sama Mbak Ani!" teriakku dengan suara memekik."Duuh Mbak Ani gimana sih, kok seragam aku belum disetrika, mau dipake sekarang, Ma, gimana dong?!" teriak Dita yang menyalahkan asisten rumah tangga kami.Aku terpaksa naik ke lantai atas padahal ingin sekali bicara dengan Desti."Sini Mama setrikain, kamu cepetan keringin dulu itu rambutnya." "Gitu dong dari tadi."Aku berdecak kesal, setiap pagi pasti ada saja yang diributkan, kukira se

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 42.A

    "Aku sudah bicara dengan Haikal, dia bersedia jadi supir anak-anakmu, Yul," ujar AndreSedikit tak percaya dengan apa yang diucapkannya, karena kulihat Haikal adalah lelaki gagah dan masih muda, bahkan terakhir kudengar ia memiliki pekerjaan."Masa sih dia mau, Dre, bukankah dia memiliki pekerjaan?" tanyaku."Ya dia mau, karena dia tak hanya mendapatkan gaji darimu tapi dariku juga, lalu dia bisa melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda sambil bekerja," jawab Andre."Memangnya anak itu putus kuliah?""Ya, semenjak keadaan ekonomi kakakku melemah, Haikal memilih berhenti kuliah dan membantu orang tuanya mencari nafkah.""Oh begitu, tapi kamu tak perlu ikut-ikutan menggajinya, Dre, aku sanggup kok memberikan gaji yang besar untuknya."Aku merasa tak enak saja pada Andre, sudah mobil ia yang carikan bahkan ia ikut andil dalam pembelian mobil ini, Andre terlalu banyak membantu kehidupanku, sementara aku tidak bisa melakukan apa-apa untuknya."Ga apa-apa, Yul, itung-itung aku bantu dia s

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 41.B

    (POV Susan)"Ya makanya dicoba dulu, dan ingat jika dia ke sini kamu harus memelas dan memohon, juga jangan coba-coba memancing amarahnya."Ia berdecak sambil memalingkan wajah, aku tahu ia paling anti kalah dengan mantan istrinya itu, tapi bagaimana lagi saat ini posisi kami memang lemah, tak memiliki jabatan dan juga uang, sementara Mbak Yuli memiliki segalanya, dengan uangnya itu ia bisa membeli nyawa dan hidup seseorang."Aku pulang dulu, Mas, semoga saja Mbak Yuli mau membebaskanmu."Tak ada kata yang terucap darinya sebelum kepergianku.Di depan rumah bercat abu tua ini aku berdiri, rumah minimalis dua lantai itu sudah banyak mengalami perubahan, Mbak Yuli sudah banyak merenovasi bagian-bagian tertentu hingga terlihat nyaman.Mengesampingkan rasa malu aku mengetuk pintu, semoga saja wanita itu masih ada di rumahnya pagi ini.Pintu rumah terbuka nampaklah Mbak Yuli dengan setelan kerjanya, mata kami sempat bersitatap dalam diam beberapa detik."Susan?"Aku mengukir senyum tipis d

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 41.A

    (POV SUSAN)"Apa, Dokter? Perempuan lagi?" Dokter Lia itu tersenyum sambil menganggukkan kepala."Iya, Bu, semuanya normal ya, Ibu harus banyak gerak biar persalinannya lancar nanti."Aku tak percaya setelah beberapa kali melakukan USG ternyata benar bayi yang kukandung berjenis kelamin perempuan lagi.Entah bagaimana reaksi Mas Ferdi nanti jika tahu anak yang ia harapkan laki-laki ternyata lahir perempuan lagi."Mau laki-laki atau perempuan yang penting sehat dan selamat, Bu," ujar Dokter Lia.Ia tak mengerti saja bagaimana keadaan rumah tanggaku, aku sangat takut Mas Ferdi tak tahan lalu pergi meninggalkan kami seperti dulu ia meninggalkan Mbak Yuli.Dulu saat si kembar masih kecil aku tak terlalu risau ditinggalkannya, karena aku merasa bisa mandiri, tetapi sekarang aku bergantung seratus persen padanya setelah mengandung anak ini dan tak lagi bekerja di club malam."Apa kamu bilang?! Perempuan lagi, bener ga itu hasilnya jangan-jangan salah lagi kayak yang udah-udah."Benar saja

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 40.B

    (PoV Ferdi) Yuli sudah melapor maka lambat laun aku akan dipanggil polisi, sekarang keadaannya sudah berbeda, aku tak bisa menggunakan uang untuk membebaskan diri dari tuduhan seperti beberapa tahun silam.Aku mengacak rambut, kenapa hidup dengan Susan banyak sekali masalah, bahkan di usia pernikahan yang ketujuh masih juga belum mendapatkan kedamaian.*"Yang datang semalam siapa?" tanya Susan saat merapikan baju di kamar."Anak buah Vincen, mereka menghajarku semalam, mereka juga bilang kalau Vincen mecat aku."Susan menghentikan aktivitasnya, dengan mulut menganga ia menatapku."Kok menghajar kamu bukannya hutangmu sudah lunas? Terus sekarang kita gimana kalau kamu dipecat?"Susan memang mengetahui semua rencanaku pada Desti, dan dia mendukungnya, katanya yang penting hutang kami lunas dan beban kami hilang.Tak mudah untuk melakukan hal itu, aku harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu agar mudah menyerahkan Desti pada Vincen."Yuli berhasil membawa kabur Desti sebelum anak i

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 40.A

    (POV FERDI)Tengah malam pintu rumahku ada yang mengetuk beberapa kali, Susan terus saja menepuk pundakku menyuruh membuka pintu."Apaan sih ah, kamu aja sana yang buka!" Aku menepis kasar tangannya."Ya ampun, Mas! Aku tuh lagi hamil besar mau istirahat, aku capek ngurusin kedua anak kamu dari pagi, bisa ga sih ngertiin aku!" bentaknya.Sudah tujuh tahun kami membina rumah tangga ini, bukan semakin harmonis malah semakin sering cekcok setiap hari Setiap hari selalu saja ada hal yang membuat kami ribut, entah itu anak-anak, masalah keuangan dan yang lainnya.Sampai saat ini aku masih berharap anak yang ada di rahim Susan itu perempuan, aku melarang Susan bertanya soal jenis kelamin anak itu ketika di USG, aku takut saja jika bayi dalam perutnya itu perempuan lagi."Ya udah iya aku yang buka!" tegasku sambil menyibak selimut.Aku berjalan menghidupkan lampu menuju pintu, saat pintu terbuka nampaklah lima orang lelaki bertubuh tinggi besar, aku tahu dia anak buah Vincen.Vincen adalah

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 39.B

    Pemuda bernama Haikal itu bersalaman denganku dan ibu, lalu kami masuk ke dalam.Setelah ganti baju aku menceritakan kejadian sebenarnya pada ibu, termasuk keterlibatan Mas Ferdi dengan penculikan Desti.Jelas saja ibu dan Lira murka mendengar lelaki itu dalang dari masalah ini."Dasar laki berotak batu," ujar Lira."Ini ga bisa dibiarkan, Yul, si Ferdi itu harus dipenjara," ujar ibu."Iya sebaiknya kamu segera melapor ke polisi, Yul," ujar Andre "Baiklah, aku ambil hape dulu ya."Menelpon seorang penyidik yang menangani kasus penculikan Desti, mereka menyuruhku datang ke kantor siang ini dengan Desti untuk memberi keterangan."Gimana? Udah di telpon?" tanya Andre."Sudah, aku sama Desti disuruh ke kantor nantisiang.""Baiklah, aku pulang dulu ya, nanti siang aku kemari lagi nemenin kalian.""Terima kasih ya." Lagi-lagi hanya sebuah senyuman yang kuberikan untuk membalas jasanya.Jika Andre bukan orang kaya sudah pasti aku memberikan sejumlah uang besar padanya, tetapi tentu saja And

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 39.A

    "Bagaimana ini?" tanyaku dengan napas terengah-engah menatap Andre "Mana pistolmu, Yul?"Aku langsung memberikan benda itu padanya dan entah apa yang ingin ia lakukan, lalu kaca mobil di sampingnya terbuka setengah, seorang lelaki langsung menodongkan pedang ke leher Andre."Serahkan harta berharga kalian!" tegas laki-laki yang mengenakan penutup kepala tersebut.Perlahan Andre mulai menodongkan pistol ke orang tersebut, dapat kulihat mata lelaki itu membeliak."Jangan halangi jalanku kalau tidak kepalamu akan pecah saat ini juga," ancam Andre.Lalu di belakang mobilku terdengar seorang berteriak lantang."Mundur! Mereka membawa pistol!"Hingga akhirnya segerombolan orang itu kembali mundur dan masuk kembali ke semak-semak, aku bernapas lega ternyata tidak ada pertumpahan darah lagi.Orang-orang itu ketakutan melihat senjata api di tangan Andre dan sepupunya di mobil belakang, jika pun melawan mereka sudah pasti kalah.Mobil kembali melaju membelah jalanan malam tanpa arah tujuan."M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status