Kubuat Suamiku Lumpuh

Kubuat Suamiku Lumpuh

Oleh:  Ina Qirana  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
74Bab
32.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Demi ambisimu untuk memiliki anak laki-laki, kamu telah membawa wanita lain ke istana kita. Bahkan, kau buat wanita itu tidur di kamarku. Maka, lihatlah, Mas! Aku akan membuatmu melihat siapakah istri yang menemanimu dalam keadaan senang, susah, sakit, dan terpuruk. Aku atau istri keduamu itu?

Lihat lebih banyak
Kubuat Suamiku Lumpuh Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
rissia
keren thor.. ditunggu update
2022-11-18 18:40:51
0
user avatar
Mblee Duos
Ceritanya menarik. Semangat nulisnya ya kak...... Saling support juga yuk kak, mampir di cerita aku. MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-17 15:52:43
0
74 Bab
Bab 1
"Seminggu yang lalu aku udah nikah siri sama Susan, aku harap kalian bisa akur ya tinggal di sini."Rahangku mengeras menatap wanita yang memakai dress ungu selutut itu, wajahnya memang tak asing lagi, dia penyanyi dangdut yang berasal dari kampung sebrang.Wanita itu tersenyum tapi aku hanya menatap datar wajah bulatnya, ingin sekali aku menjamb*k rambutnya, lalu menyeret wanita itu ke jalanan karena sudah berani menghancurkan hati ini hingga berkeping-keping."Kenapa harus di rumah ini, Mas? Kamu 'kan bisa bawa dia ke tempat lain, ngontrak kek atau beli rumah baru." Kutatap wajah Mas Ferdi setajam elang Lelaki yang sudah menikahiku sepuluh tahun lamanya itu sangat berambisi ingin memiliki anak laki-laki, apalah daya ketiga anak kami semuanya perempuan, dan yang lebih buruk aku tak bisa mengandung lagi.Lelaki itu sangat mengharapkan hadirnya bayi laki-laki dari rahim perempuan ini, tapi aku takkan membiarkan hal itu terjadi."Duh buang-buang duit aja, rumah ini besar punya enam kam
Baca selengkapnya
Bab 2
Aku melajukan motor dengan kecepatan sedang, karena jika ngebut aku takut anak-anak dalam bahaya dan kami mati konyol bersama, lalu Mas Ferdi dan Susan akan hidup bahagia, oh tidak.Meski sekuat tenaga kutahan tapi tetap saja cairan dari mata dan hidung berdesakan keluar, dan membuat konsentrasi mengemudikan motor ini sedikit buyar."Mama sedih ya Ayah nikah lagi," ucap Desti anak sulungku yang berumur sembilan tahun.Saat ia turun dari motor matanya langsung menatapku dengan iba dan bisa jadi ia juga menyadari tangisanku saat mengemudi motor tadi, anak sulungku sudah besar dan ia cukup mengerti seperti apa isi hati ibunya.Kuukir sebuah senyuman menandakan jika aku baik-baik saja, meski dalam hati aku ragu jika senyuman ini tak dapat menghalau kekhawatiran anakku."Mama ga apa-apa, Kak, sana masuk dan jangan jajan sembarangan ya."Putriku itu menundukkan wajah beberapa saat lalu menatapku lagi, dapat kulihat di matanya yang jernih ada buliran-buliran bening."Ayah sudah jahat ya sam
Baca selengkapnya
Bab 3
Banyak gaya! Dulu saja ketika awal pernikahanku, Mas Ferdi tak pernah mengajak bulan madu, malah mengajakku ngontrak rumah petakan.Sekarang setelah ia sukses dan banyak uang bukan malah memanjakanku yang selama ini mendukung dan mendampinginya, malah membahagiakan wanita lain yang baru dikenalnya.Miris memang."Oh kalian berencana bulan madu ya? Tapi gimana lagi uangnya sudah habis aku depositokan ke rumah sakit ini untuk biaya perawatan Mas Ferdi, ya ... dari pada hutang sana sini mending uangnya dipakai dulu kali ya." Aku tersenyum kecut."Oh ya, Mas, sepertinya aku harus pulang karena sebentar lagi Desti pulang sekolah, Dita dan Dara juga kutitipkan pada ibu."Raut wajah Susan menjadi masam, bukankah aku terlalu baik membiarkannya untuk selalu bersama Mas Ferdi.Dasar tak tahu terima kasih.Sementara Mas Ferdi hanya menatap gerak-gerikku, entah seperti apa kondisinya kini yang jelas sejak tadi ia tidak mengeluarkan suara."Tapi, Mbak, aku belum mandi dari pagi, boleh Mbak di sini
Baca selengkapnya
Bab 4
"Kau masih mau makan, Mas?"Aku tertawa jahat saat menyadari jika lelaki yang sedang kuajak bicara ini tak bisa mengeluarkan suara apapun."Baiklah, kita habiskan bubur ini."Aku menyuapkan satu sendok bubur yang sedikit cair ke dalam mulutnya yang terbuka setengah."Lihatlah, Mas, Susan itu ga ada gunanya 'kan? Dia malah ingin mengelola restoran sementara dia menyuruhku mengurusmu, itu artinya apa? Dia hanya mau uangmu saja."Tatapan mata Mas Ferdi mendadak sayu seperti hendak mengeluarkan air mata, dan aku sangat berharap ada sebuah penyesalan yang menggerogoti hatinya."Malang sekali nasibmu, Mas. Dan dari kejadian ini harusnya kamu berpikir agar mensyukuri nikmat yang ada, bukan malah fokus pada ambisi yang tak nyata."Sambil tersenyum miring aku kembali menyuapkan bubur ke mulutnya."Kamu sangat ingin punya anak lelaki, sampai berani menikah lagi diam-diam, padahal di rumah ketiga putrimu sangat menyayangimu, Mas. Dan kamu harus tahu jika ketiga putri kita terluka oleh perbuatanm
Baca selengkapnya
Bab 5
"Aku juga istrinya Mas Ferdi, tapi kenapa keuangan hanya dikuasai Mbak saja sih, aku juga sama butuh uang untuk kebutuhan," ucap Susan sambil duduk di kursi ruangan staf restoran ini.Semua karyawan memandang Susan dengan tatapan menjijikkan, apalagi rok mini yang memperlihatkan paha putihnya, ditambah dengan tonjolan gunung kembar yang menantang, semua orang menyorot bagian itu.Kuakui tubuh Susan memang sempurna, berkulit putih, tinggi dan juga berisi, didukung dengan wajah mulus tanpa sedikitpun jerawat yang mengotori."Jangan mentang-mentang Mbak istri pertama dan aku hanya istri siri Mbak bisa seenaknya zalimi aku kaya gini ya.""Aku yakin kalau Mas Ferdi ga sakit mungkin sekarang dia udah marah sama kelakuan Mbak ini, dan bisa saja dia juga langsung menceraikan Mbak."Kubiarkan wanita ini mengoceh sepuasnya, dan aku diam bukan berarti kalah melainkan mencari celah untuk menjatuhkannya."Lalu apa yang kamu mau hem? Uang?" tanyaku sambil bersilang tangan di dada."Ya tentu saja se
Baca selengkapnya
Bab 6
"Hei, Mbak sudah pulang?"Aku terkesiap tiba-tiba saja Susan keluar dari kamar dan memergokiku yang sedang melamun."Hem, kelihatannya?"Wanita itu mengukir senyum setenang mungkin, ah sepertinya ia sudah membaca isi hatiku saat ini."Gimana ngurus restoran? Mbak hepy?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis."Tentu saja, aku tidak selemah apa yang kamu kira, Susan, lalu bagaimana dengan Mas Ferdi? Perubahan apa yang sudah terjadi selama sebulan ini hem?" tanyaku."Begitulah, sekarang dia sudah bisa bicara walau masih terbata, dan aku yakin barusan Mbak mendengarnya 'kan?" Wanita itu menyeringai lebar hingga deretan giginya terlihat jelas.Jelas ia sangat bangga mendengar kata cinta yang terlontar dari mulut Mas Ferdi, dan karena hali itu ia merasa bisa mengalahkan aku.Menghirup napas perlahan, mengusir debar cemburu yang merasuki hatiku, sebesar apapun rasa benci terhadap Mas Ferdi tetap saja aku belum bisa menerima kemesraan mereka di hadapan mata, aku lebih suka melihat mereka se
Baca selengkapnya
Bab 7
Aku langsung mendorong kursi roda Mas Ferdi menuju sumber keributan, sampai di dapur kulihat Dita dan Dara saling berpelukan sambil menatap Susan ketakutan."Ada apa sih?""Tolong ajari anakmu ini sopan santun ya, Mbak, aku selalu diam dan sabar ketika mereka memainkan lipstikku untuk mencoret-coret kaca.""Aku juga sabar saat bedak mahalku pecah berserakan di lantai akibat dijatuhkan mereka, aku juga sabar ketika mereka menyemprotkan parfum kesayanganku ke seluruh ruangan hingga habis.""Tapi sekarang, aku tak bisa sabar lagi ketika sedang makan dan mereka berdua menaruh kecoa di atas piringku, untung saja kecoa itu tak tertelan."Anak-anak baik, malang sekali nasibmu, Nak. Tapi mama acungi jempol atas perbuatan yang kalian lakukan, kalian memang anak pintar."Ya ampun, sini, Sayang." Aku merentangkan sebelah tangan lalu memeluk mereka berdua dan mencium ubun-ubunnya, setelah itu menatap wajah Susan yang penuh kobaran api dengan lembut."Mereka 'kan masih kecil, San, bisa loh dikasih
Baca selengkapnya
Bab 8
"Jadi kamu dendam sama aku? Hei kumohon berkacalah, Susan." Aku memiringkan bibir "Kamu." Aku menekan dada Susan dengan jari telunjuk."Sudah menikah diam-diam dengan suamiku, dan hal itu sangat menyakitkan bagi setiap wanita, tetapi lihatlah bahkan aku masih baik padamu dengan memberikan tempat tinggal dan makan gratis, tapi tetap saja ya kamu bersikap tak tahu malu." "Sampai kapanpun kamu tak akan bisa mempermalukanku, karena apa? Karena aku tidak pernah mempermalukan diri sendiri sepertimu."Aku tersenyum sinis.*"Hari ini aku yang akan antar Mas Ferdi terapi, kamu di rumah saja ya, San. Oh ya aku sudah deposit uang di salon Mutiara atas namamu, pergilah siapa tahu kamu butuh merawat diri," ujarku sambil bersiap.Mata Susan berbinar, mungkin untuk pertama kali aku memanjakannya serasa di surga, ia tak tahu saja kejutan apa yang akan didapat di tempat itu."Ok, sekalian aku ajak Ibu ya, Mbak.""Hem, terserah."Wajahnya mendadak ceria, setelah siap kami berempat berangkat mengguna
Baca selengkapnya
Bab 9.A
Aku mendorong kursi roda Mas Ferdi ke dalam rumah, di ruang keluarga Susan terlihat sedang duduk merenung dengan tatapan kosong dan memeluk bantal sofa.Menyadari kami datang ia menoleh ke arahku dengan tatapan tajam. Aku melewatinya begitu saja tanpa menyapa sama sekali.Namun, saat meneguk air di dapur ia menghampiriku sambil cemberut."Kenapa sih ga habis-habisnya Mbak bikin aku malu?""Bikin malu apa, Sih?" tanyaku dengan nada dibuat malas."Mbak sengaja 'kan nyuruh aku perawatan di salon itu cuma buat aku malu, mereka yang ada di salon itu nyinyirin aku dengan kata-kata pedas, padahal aku ini istri kedua, bukan pelakor!""Aku dinikahi dan sah secara agama sama Mas Ferdi bukan dijadikan simpanan, Mbak, kamu terima dong kenyataan ini," lanjutnya dengan mata membeliak.Kuremas gelas yang sedang digenggam lalu menaruhnya dengan kasar di meja."Kamu fikir aku ga tahu apa yang kalian lakukan di belakangku jauh-jauh hari Hem?""Kamu fikir aku ga tahu kalau Mas Ferdi sering nyawer kamu,
Baca selengkapnya
Bab 9.B
"Ya sudah aku akan memesan bubur lewat aplikasi, sekarang kita mandi dulu ya, Mas."Lelaki yang dahulu sering menyakitiku dengan kata-kata pedasnya itu hanya diam dan menatap pasrah, aku mulai melucuti baju, celana dan juga popoknya yang terlihat sudah penuh oleh kotoran.Bau menyengat menusuk hidung. Namun, aku sudah terbiasa menghirup aroma ini sehingga bisa biasa saja, setelah area pantat bersih aku mulai memakaikan popok yang baru, lalu mengelap tubuh Mas Ferdi dengan handuk basah, setelah itu memakaikan baju ganti untuknya.Benar-benar melelahkan rasanya aku seperti memiliki bayi, tetapi hatiku mendadak sedih saat teringat jika Mas Ferdi bisa mengalami hal ini pun memang karena ulahku sendiri.Rasa sesal, kecewa sakit hati dan lelah menyatu dalam hatiku, terkadang aku ketakutan karena telah menyakiti suami sendiri."Sudah selesai, aku mau mandi dulu ya, Mas, baru pulang soalnya."Sebagai respon ia hanya mengedipkan mata."Kak." Aku membuka pintu kamar Desti, anak itu sedang memb
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status