Gosip beredar sangat kencang. Tentang aku dan Pak Erlan, entah siapa yang berani memulai itu. Aku berusaha berbicara pada bosku itu. Namun, ah, sudahlah dia tampak tenang.
Sementara, aku pusing dengan tatapan aneh mereka padaku. Siapa yang menyebarkan gosip hubunganku dengan Pak Erlan?
"Pantas saja dia bercerai dengan suaminya, selingkuhannya lebih kaya."
Hatiku pedih saat lewat di depan banyak karyawati. Mereka sepertinya sengaja berbicara kencang agar aku mendengarnya.
"Kasihan, adik iparnya aja minta traktir makan dia malah bilang kalau mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa. Hih, kacang lupa kulitnya. Amit-amit, ih."
Aku meremas dada, aku tahu ulah siapa ini. Sebelumnya, aku harus memberi mereka pelajaran.
"Kalian kalau tidak tahu apa-apa tidak usah sok menghakimi," ucapku.
"Siapa juga yang menghakimi, sudah jelas, suami sedang menganggur malah meminta cerai. Eh, malah mendekati Pak Erlan. Dasar matre."
"Hih, k
Pede sekali aku berbicara seperti itu pada Kakak Pak Erlan. Namun, aku tidak ingin dia meremehkan diri ini seperti keluarga mantan suamiku dulu.Setelah ini, mungkin Pak Erlan akan kesal denganku. Berulang kali aku bilang jika dia yang sengaja mengejar. Dia pun tidak mengelak, tapi wajahnya terlihat masam. Mungkin pikirnya, aku menyebalkan.Beberapa jam setelah Kakaknya pulang, dia menelepon meminta aku datang ke ruangannya. Pasti dia akan memarahiku atau berhenti mengejar cinta janda ini? Duh, kenapa aku jadi ingin dikejar Pak Erlan? Sebel jadinya.Aku segera ke ruangan Pak Erlan. Seperti biasa dia akan marah jika aku terlalu lama datang."Permisi, Pak.""Masuk, tutup pintu, kunci kalau perlu sekalian." Terdengar suaranya dari dalam.Hih, untuk apa coba di kunci? Pasti dia mau marah sama aku."Duduk."Aku duduk sesuai perintahnya. Tangan pria itu menopang dagunya. Sungguh tampan bosku ini. Namun, terlalu perc
POV Ibu RenoTernyata Ningrum tidak seperti yang aku pikir. Memiliki menantu kaya tidak membuat hidup ini berubah menjadi lebih baik.Reno pun sekarang seperti tunduk pada Ningrum sialan itu. Kurang ajar dia, seharusnya Reno memberikan gajinya padaku. Namun, karena Ningrum menguasai semua gaji anakku, aku pun hanya gigit jari.Dari mana aku mendapatkan uang untuk sehari-hari? Beda sekali saat dia masih bersama Widya. Beberapa kali aku mencercanya, wanita itu masih mau memberikan aku uang.Beda sekali dengan Ningrum. Sialan janda rese itu. Membuat aku percaya hingga mau membujuk Reno menikah dengannya.Perkataannya kemarin membuat aku muak. Dia pikir Reno akan tunduk padanya. Lihat saja, sebentar lagi kuminta anakku menceraikannya seperti pada Widya.Kebetulan Reno datang. Pasti dia mau makan. Sudah pasti, dia tidak diurus oleh wanita sialan itu."Mau makan kamu, No?""Iya, Bu."Ku
Aku bingung dengan hidupku sekarang. Kenapa harus banyak orang yang iri padaku? Padahal aku siapa? Hanya wanita yang hidup menjanda. Di kantor sudah mulai beredar gosip yang digosok kencang oleh Rena. Belum lagi Kakaknya si Pak bos. Duh, banyak banget sih orang berhati busuk.Hari ini Pak Erlan memintaku ke pabrik barunya. Otomatis aku pasti bertemu dengan Mas Reno. Aku sudah menolak, tapi seperti biasa jiwa pemaksa Pak Erlan sangat kuat.Seperti sekarang, aku sudah berada di pabrik baru ini. Berdua dengannya membuat aku canggung. Apalagi setelah aku membuat dirinya malu. Berbicara pada kakaknya kalau pria di sampingku yang kekeh mengejar aku.Pantas saja Kakaknya agak kesal denganku. Aku tidak mau diremehkan lagi. Semua usahaku bangkit tidak boleh jatuh kembali."Bu Widya dan Pak Erlan sudah menunggu lama?" tanya Pak Bagus."Baru saja datang, kok, Pak," ujar Pak Erlan.Kami mengikuti Pak Bagus ke ruang meeting. Aku sudah b
Ketukan palu perceraianku sudah terdengar. Tidak ada mediasi, dan semua berjalan lancar sampai pada sidang terakhir. Kini, aku resmi menjanda.Tidak perlu ditanya bagaimana rasanya. Lega, setelah menunggu lama. Aku bisa terbebas dari keluarga parasit itu.Budeh Sri datang mengunjungiku. Wanita tua itu sengaja menemani aku sementara waktu. Katanya rindu pada keponakannya ini.Senang bukan kepalang saat tahu Budeh akan datang. Aku jadi memiliki teman ngobrol. Sekalian sharing tentang Pak Erlan.[Kamu ke kantor lagi, nggak?"]Sebuah pesan masuk dari Pak Erlan.[Saya langsung pulang saja, Pak.][Oke, selamat atas status barunya, ya]Ya Tuhan. Tolong hati ini, jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Semoga jika memang aku berjodoh dengannya, jangan ada Rena dan ibu mertua seperti keluarga Mas Reno."Bosmu ganteng, Wid. Kaya lagi.""Memang, sih. Aku masih takut, Budeh.""Jalani saja dulu, s
POV RenaAku bahagia bisa menikah dengan Mas Baskoro. Derajatku semakin tinggi menjadi istri dari manajer kantor. Tidak kalah dengan Mbak Widya mantan kakak iparku.Pesta pernikahan dua hari lalu pun sangat mewah. Banyak tetangga dan kawan berdecap kagum. Pintar aku memilih pasangan kata mereka. Setelah kemarin gagal menikah karena permintaan ibu di tolak, aku sempat kesal. Namun, ada untungnya. Mas Baskoro melamarku dan menyetujui pesta besar untuk pernikahan kami.Mas Baskoro memboyongku ke rumah besar miliknya. Aku pun membawa ibu juga karena dia ingin menikmati hidup enak. Kapan lagi buat dia senang."Ren, uang amplop kemarin mana? Bukanya itu jatah perempuan, ya?" Ibu bertanya padaku."Iya, juga, Bu. Nanti aku tanyakan pada Mas Baskoro,” jawabku.Seperti yang Ibu bilang, aku segera menanyakan uang amplop pernikahan kemarin. Suami selesai mandi dan bersiap berangkat ke kantor."Mas, aku mau tanya, uang amplo
Aku takjub mendengar Baskoro meminjam sejumlah uang begitu besar untuk biaya pernikahannya. Tak habis pikir dengan permintaan mantan ibu mertuaku.Pernikahan mewah, begitu yang Baskoro ceritakan padaku. Aku hanya tertawa mendengarnya. Bahkan, dia memuji kecantikan sang istri. Lagi, aku tercengang saat Baskoro bercerita tentang pembudgetan yang luar biasa.Kembali aku teringat perbincangan dengannya saat dia menunggu Pak Erlan selesai meeting."Kamu kenapa tertawa begitu?" tanya Baskoro padaku."Istrimu kuat di kasih jatah segitu? Jadi laki jangan perhitungan. Nanti Rena kabur, baru nyesel." Aku sengaja menggodanya, sebagai perempuan pun aku menolak jika diberi jatah seperti itu."Ah, nggak mungkin, Wid. Dia pasti tahan dan kuat. Dia juga bekerja, pasti bisa buat tambahan. Dia sendiri yang mau acara mewah." Pembelaan Baskoro mengingatkan aku pada Mas Reno. Pria memang selalu benar dan tidak mau disalahkan.Ternyata kasihan, ingin
Dua bulan sudah menjanda, banyak sekali yang mengajak ta'aruf.Aku tidak bisa tidur malam ini. Ucapan Pak Erlan membuat aku bimbang. Kembali aku berguling ke kanan, lalu ke kiri. Sama sekali tidak menemukan sisi nyaman kali ini.Netra pun sulit terpejam. Akhirnya kuputuskan untuk bangun dari rebahan. Sepertinya Budeh masih di dapur, tumben malam seperti belum tidur. Aku melangkah menghampirinya di dapur. Ternyata Budeh sedang makan mie instan."Budeh belum tidur?""Budeh lapar. Kamu sendiri kenapa belum tidur? Ada yang dipikirkan?""Ada Budeh.""Masalah apa?""Pak Erlan melamarku, dia meminta jawaban secepatnya. Setelah itu akan langsung melamar resmi dan melangsungkan pernikahan.""Kamu masih bingung?""Iya, Budeh. Aku masih trauma. Takut pernikahanku ini seperti yang lalu. Kakaknya sama persis dengan Rena. Kalau Ibunya, hampir mirip."Budeh diam sejenak, lalu memakan mie instannya. Melihat Budhe makan, aku jadi in
Kebaya putih melekat indah di tubuhku. Hari ini, kedua kalinya aku mendengar seorang pria akan mengucapkan ijab kabul untukku.Air mata ini tak henti membasahi pipi saat Pak Erlan mengucapkan janji suci itu."Sah."Dada ini bergemuruh hebat. Akhirnya aku menjadi istri dari pengusaha kaya. Bersyukur setelah melewati cobaan terberat memiliki masa kelam yang membuatku lelah.Aku mencium tangan Pak Erlan dengan takzim. Cincin emas pun sudah melingkar di jari manis ini. Acara akad nikah, tetapi sudah terlihat seperti acara resepsi.Bahagia, itu yang kini aku rasakan. Kini, aku sudah menjadi istri dari bosku. Perjanjian pra rumah tangga, aku tidak boleh bekerja. Harus di rumah menunggunya."Kamu cantik," bisiknya pelan."Baru, tahu?""Hmm ... baru, sih."Senyumnya itu membuat aku merasa nanti malam akan merasa sangat lelah. Belum lagi alis yang dia naik turunkan. Aduh, rasanya akan menghadapi singa lapar. Setelah aca