Share

Bab 73

Author: Eriin 1208
last update Last Updated: 2025-05-13 22:35:58

Sayup-sayup Wilona membuka mata, dia melihat jam dinding yang menunjukkan tepat jam 12 malam. "Ssstt ..." desis Wilona yang merasakan kepalanya sangat berat. Wilona yang tengah tertidur di sofa kamar, segera beranjak duduk sembari mengedipkan matanya beberapa kali agar pandangannya tidak kabur.

Sedetik kemudian dia mendengar perutnya berbunyi, barulah dia menyadari bahwa dia belum makan sejak tadi siang, mulai saat bersama Salim di restoran tadi. Wilona segera turun dan berjalan menuju kulkas, mencari sesuatu yang bisa dia makan. "Apa ini?" gumam Wilona saat menemukan plastik ziplock berukuran kecil yang ada di dalam freezer.

"Seperti es lilin, tapi tidak berbentuk lilin, apa ini es gabus?" gumam Wilona lagi sembari mencium plastik tersebut yang tidak berbau apapun. Wilona memang belum sempat membersihkan kulkasnya sejak dia kembali ke rumahnya. Dia hanya memindahkan semua barang-barangnya dan membersihkan ruang kerja tersebut agar tidak bau debu, karena sudah lama tidak dibuka.

Wilon
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 73

    Sayup-sayup Wilona membuka mata, dia melihat jam dinding yang menunjukkan tepat jam 12 malam. "Ssstt ..." desis Wilona yang merasakan kepalanya sangat berat. Wilona yang tengah tertidur di sofa kamar, segera beranjak duduk sembari mengedipkan matanya beberapa kali agar pandangannya tidak kabur.Sedetik kemudian dia mendengar perutnya berbunyi, barulah dia menyadari bahwa dia belum makan sejak tadi siang, mulai saat bersama Salim di restoran tadi. Wilona segera turun dan berjalan menuju kulkas, mencari sesuatu yang bisa dia makan. "Apa ini?" gumam Wilona saat menemukan plastik ziplock berukuran kecil yang ada di dalam freezer."Seperti es lilin, tapi tidak berbentuk lilin, apa ini es gabus?" gumam Wilona lagi sembari mencium plastik tersebut yang tidak berbau apapun. Wilona memang belum sempat membersihkan kulkasnya sejak dia kembali ke rumahnya. Dia hanya memindahkan semua barang-barangnya dan membersihkan ruang kerja tersebut agar tidak bau debu, karena sudah lama tidak dibuka.Wilon

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 72

    "Ini Pak Salim, proposal yang saya janjikan," ucap Wilona sembari menyodorkan sebuah map. Saat ini Wilona sedang berada di kantornya Salim dan hendak membicarakan bisnis.Salim segera membuka map tersebut dan langsung menandatanganinya. "Apa anda tidak membaca isinya terlebih dahulu Pak Salim?" tanya Wilona."Tidak perlu, aku percaya dengan kemampuan bisnis kamu Wilona. Jangan lupa, bahwa aku juga yang menjadi investor pertama di perusahaan pink yang kamu dirikan dengan susah payah itu," ucap Salim dengan tersenyum."Dan kali ini aku akan bersusah payah lagi," sahut Wilona sembari mengulas senyum tipis."Lakukan semua dengan maximal. Ingat, aku adalah seorang pebisnis, jadi jangan sampai membuatku rugi," imbuh Salim."Baik Pak Salim," ucap Wilona sembari mengulas senyum lagi di bibirnya dan segera memasukkan map yang sudah ditandatangani oleh Salim ke dalam tas."Aku akan segera mentransfer dana. Tunggu saja, semua akan dikerjakan oleh sekretarisku dengan cepat," ucap Salim sembari me

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 71

    Beberapa hari sebelumnya.Setelah mengetahui perihal kehamilan Rosa, malam itu Wilona segera membuka laptopnya dan merencanakan penyerangan balasan. Wilona memeriksa email satu persatu yang mana 90% email tersebut berasal dari Bunga. Dari email Bunga tersebut lantas Wilona mendapati apa yang dia cari, yaitu tentang Rama. Wilona pun menyeringai dengan licik.***Hari itu akhirnya Rani memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah dan juga pergi dari rumah tersebut untuk kos. Setelah mendengar keputusan Rani, Wilona pun lega dan segera mengantar Rani untuk mencari kos yang dekat dengan kampus, agar mudah baginya saat ada kelas mendadak."Bagaimana dengan yang ini? Apa kamu menyukainya?" tanya Wilona saat mereka berdua sudah ada di kamar kos."Yang mana saja aku suka Kak, cari saja yang paling murah, aku tidak mau terus merepotkan," jawab Rani."Tenang saja, aku tidak akan jatuh miskin dengan mudah," ucap Wilona dengan tersenyum."Kalau begitu mulai malam ini kamu langsung tidur saja di kos,

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 70

    "Tuan Putri, berikan aku uang belanja bulanan," pinta Wilona pada Rosa."Kenapa minta padaku?" tanya Rosa yang sedang rebahan di ruang tengah sembari membaca buku dan mendengarkan musik, hari itu Rosa tidak pergi bekerja karena masih terus merasa mual dan lemas."Bukankah Bramasta bilang kalau semua urusan rumah kamu yang pegang, tugasku kan hanya melayani kalian, bukan mencukupi makan kalian sekeluarga," ucap Wilona."Masak saja apa yang ada di dapur, bukankah Bu Maria sudah belanja," jawab Rosa."Mana bisa begitu, ibu hamil membutuhkan nutrisi yang lebih, apalagi di bulan-bulan awal seperti ini adalah pembentukan otak anak," sanggah Wilona."Ck, kenapa kamu jadi cerewet sekali sih setelah mati suri," kesal Rosa sembari mengambil ponselnya yang ada di atas meja sebelah sofa."Jangan terlalu membenciku, nanti anakmu mirip aku lho," ejek Wilona."Berapa nomor rekeningmu?" kesal Rosa."Nih," ucap Wilona sembari menyodorkan ponselnya dan menunjukkan barcode pada Rosa.Rosa pun segera men

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 69

    BRAAK. Wilona segera beranjak dari kursinya dan berlari ke arah pintu saat mendapati Mama Arina ingin keluar dari ruang kerjanya. "Jangan takut Ma, aku hanya bertanya saja, karena mungkin bahkan Mama tahu lebih dulu daripada aku," ucap Wilona dengan suara lembut. Mama Arina menghela nafas panjang dengan pasrah, lalu berjalan lagi ke arah sofa. "Mama baru mengetahuinya saat mereka berdua sudah menikah, saat itu Mama tidak sengaja melihat Rosa memberikan sesuatu dari botol kecil tersebut ke dalam minuman Bramasta." "Mama hanya berusaha menyelamatkan anak Mama. Mama tidak tahu kalau kemudian hal tersebut malah mengenaimu," jelas Mama Arina dengan menyesal. "Yang Rosa berikan padaku berbeda Ma, dia menanam sesuatu di belakang kamarku," ucap Wilona. "Sesuatu apa?" tanya Mama Arina. "Mama tidak perlu tahu, semua sudah berlalu dan sekarang aku sudah pulih," jawab Wilona. "Wilona, maafkan Mama, karena keegoisan Mama yang ingin segera mempunyai cucu, semuanya menjadi berantakan seperti

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 68

    Beberapa minggu kemudian.BRAKK.Wilona turun dari taxi, dia mengedarkan pandangannya dan menarik nafas dalam menatap halaman rumahnya dari depan gerbang. "Orang memang tidak mudah berubah, aku hidup kembali setelah tahu akhir nasibku, tapi aku mencoba kabur, aku belum membalas dendam sama sekali. Tidak, aku bahkan belum melakukan apapun." Wilona menatap rumahnya dengan tatapan tajam, angin berhembus cukup kencang hingga membuat rambut panjangnya tersapu ke belakang.Perlahan Wilona berjalan dengan memantapkan hati, dia terus melangkah dengan wajah tegas dan penuh keyakinan. Wilona terus menyusuri halaman dan masuk ke rumah mewahnya, hingga sampai di ruang makan. Terlihat keluarga bahagia sedang sarapan bersama bak pemilik asli rumah tersebut. "Sepertinya aku datang di saat yang tepat, aku butuh mengisi energi setelah keluar dari rumah sakit. Bisakah kita sarapan bersama?" Suara Wilona seketika membuyarkan gelak tawa yang terdengar riuh di meja makan itu."Wilona," gumam Mama Arina se

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 67

    3 Bulan kemudian.BLAAAR.Wilona membuka mata dan memperhatikan sekeliling dengan pandangan yang berkunang-kunang. "Aaakh ... " Wilona mendesis karena mendapati kepalanya yang terasa sangat berat dan pusing."Ada di mana aku?" gumamnya dengan terus berusaha memperhatikan sekeliling, dilihatnya ruangan yang tidak asing, nakas di sebelah tempat tidur dan ada infus yang menggantung di sebelah ranjangnya. "Rupanya aku masih hidup," gumam Wilona lagi dengan suara serak.Wilona berusaha bangun, tapi tidak bisa karena kepalanya benar-benar terasa sangat berat, sayup-sayup dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah ruangannya. "Kejadian yang sama persis seperti 3 tahun yang lalu, tidak mungkin Rosa kan yang mendekat kemari?" Wilona membatin dengan tangannya berusaha meraih vas bunga yang ada di atas nakas.CEKLEK.Pintu terbuka, Wilona pun sudah siap siaga mengangkat tangannya yang lemas sembari membawa vas bunga, tapi ternyata yang masuk ke dalam ruangan adalah Furi, hampir saja

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 66

    Suasana di atas speedboat menjadi haru, terdengar dengan jelas tangis kesedihan dari Wilona dan Melisa, juga penyesalan yang saat ini dirasakan oleh Bunga, bahkan Bunga hingga tidak bisa mengeluarkan air matanya dan pandangannya menjadi sedikit kabur, serta bibirnya mulai putih pucat. Bunga melihat kedua telapak tangannya yang gemetar hebat, karena sudah menarik pelatuk pada Debby. Tentu saja, kecuali Bramasta dan Rosa, mereka berdua malah menari-nari dan tertawa bersama. Perlahan Rosa mendekati Bunga dan berjongkok, tepat di hadapan Bunga yang sudah ambruk. "Rupanya kamu pandai berpura-pura, setelah membuat wajahku menjadi buruk rupa," ucap Rosa dengan suara lirih, agar tidak terdengar oleh Bramasta, karena dengan tindakan Bunga menembak Debby, Rosa tahu bahwa kepercayaan Bramasta akan semakin besar terhadap Bunga dan jika Rosa bersikeras mengatakan bahwa Bunga adalah pengkhianat, itu akan sia-sia saja, yang ada malah akan memicu pertengkaran dan kerenggangan hubungan."Tapi pertunj

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 65

    "Tempat apa ini?" guman Melisa saat dia dan Rosa baru saja tiba di depan gedung terbengkalai, terlihat juga mobil Bramasta yang terparkir di area tersebut."Ayo," ajak Rosa sembari melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. Melisa dan Rosa melangkah secara perlahan menyusuri tempat tersebut sembari mengedarkan pandangan ke segala arah, tapi yang mereka lihat hanya bangunan tua, tidak berpenghuni dan hampir roboh."Ssst!" Rosa segera menarik lengan Melisa ke balik tembok, saat mendapati ada seseorang yang tidak dikenalnya membuka pintu. Perlahan dengan membungkuk, Rosa mengambil kayu dan meletakkannya di pinggiran daun pintu, agar pintu tersebut tidak tertutup.Setelah memastikan bahwa pria tadi berjalan cukup jauh, Rosa pun segera menarik pergelangan tangan Melisa untuk masuk ke sebuah ruangan. "Ternyata semua hanya tipuan, di dalamnya lumayan bagus juga," ucap Melisa sembari melihat kesana dan kemari."Dimana Bramasta?" tanya Rosa yang tidak menghiraukan ucapan Melisa. Mereka berdu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status