Share

Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik
Kukembalikan Suami Pada Mertua Munafik
Penulis: Vonny Elyana

Serahkan gaji suamimu!

"Nisa.. Nisa.." suara keras ibu mertua Annisa mulai terdengar kembali.

Baru saja Mas Dani berangkat bekerja lima menit yang lalu. Annisa yang sedang menyuapi Shafira di halaman rumah segera menghampiri ibu mertuanya.

"Ada apa, Bu?" tanya Annisa.

"Dani sudah dapat gaji bulan ini, kan? Ayo, serahkan gaji Dani ke Ibu!" kata ibu.

"Tapi Bu, Annisa membutuhkan uang untuk membeli susu dan pampers untuk Shafira," kata Annisa.

"Sudahlah, tidak perlu membantah! Kamu itu butuh uang untuk apa? Kamu dan suamimu kan menumpang di rumah ini, masa mau gratisan saja? Biaya listrik, air dan belanja itu besar, kalian juga harus ikut menanggungnya!"

"Iya, Bu. Annisa mengerti, tapi kami juga membutuhkan uang. Shafira sedang kurang sehat, rencananya Annisa mau bawa dia ke dokter," ucap Annisa.

Jika Dani ada di rumah, ibu menjadi lembut dan sangat baik. Ibu berpura-pura membantu Annisa memasak, membersihkan rumah, atau mengajak Shafira bermain. Namun jika Dani pergi, ibu meninggalkan semua pekerjaan itu dan memasang wajah penuh amarah pada Annisa.

"Annisa, Ibu itu lebih berpengalaman daripada kamu. Kamu beri Shafira asi saja sudah cukup, tak perlu pampers, kalau sakit beli obat di warung saja. Kamu harus bisa hemat, suamimu itu bekerja keras. Jangan seenaknya membuang uang!" seru Ibu Dani.

"Bu, selama ini Annisa juga berhemat, Annisa cuma membeli apa yang benar-benar diperlukan,"

"Sudah, jangan sok pintar dan membantah Ibu terus. Mana uangnya?"

Dengan terpaksa Annisa masuk ke dalam kamar dan mengambil amplop gaji yang masih tertutup rapat. Bulan lalu, Annisa mencoba mengambil terlebih dahulu uang sejumlah yang dia perlukan sebelum menyerahkan amplop gaji itu pada ibu. Namun ibu justru marah besar, dan akhirnya mengambil semua uang Annisa.

Annisa menghela nafas panjang, rasanya begitu pahit dan berat menjalani hari-hari ini. Annisa menahan diri untuk tidak menceritakan semuanya pada Dani, supaya tidak terjadi keributan dan pertengkaran.

Annisa merasa sedih, bukan karena Annisa tidak bisa membeli pakaian, atau barang lain yang dia inginkan. Namun setiap melihat Shafira semakin kurus, sering menangis dan rewel karena lapar, karena asi Annisa sudah berkurang. Shafira juga sudah berusia dua tahun lebih, sehingga Annisa ingin menyapih Shafira dan mengganti susunya dengan susu formula.

Sesekali Annisa ingin membelikan daging, ikan, atau ayam supaya Shafira mendapatkan asupan makanan yang bergizi, tetapi uangnya terbatas. Ibu mertuanya hanya membeli makanan enak untuk dirinya sendiri.

"Nisa, mana? Lama sekali kamu ini, melamun ya? Jangan bengong terus, itu cucian sudah menumpuk!" ibu berteriak.

Annisa keluar dari kamar dan menyerahkan amplop gaji Dani. Seharusnya gaji itu lebih dari cukup untuk mereka sekeluarga. Empat juta lima ratus ribu rupiah, jumlah yang cukup besar.

Ibu tersenyum senang melihat amplop tebal di tangannya itu. Lalu ibu membukanya dan mengambil tiga lembar uang dengan nominal seratus ribuan.

"Ini buat kamu," kata ibu sambil menyerahkan uang itu. Tiga ratus ribu rupiah, hanya itu yang dipegang Annisa sampai akhir bulan nanti. Pilu rasanya hati Annisa, harus menghadapi ibu mertua yang bermuka dua seperti itu.

Annisa juga harus mengerjakan pekerjaan rumah dan semuanya harus rapi selesai tepat waktu seperti kemauan mertuanya itu. Sebelum Annisa dan Dani tinggal di rumah itu, ada seorang asisten rumah tangga yang membantu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Namun ketika Annisa tinggal di rumah itu, ibu mertuanya langsung memberhentikan asisten rumah tangganya. Tentu semua dilakukan dengan alasan supaya bisa berhemat.

Malam itu, Annisa mendekati Dani dan mengungkapkan isi hatinya.

"Mas, ada yang mau aku bicarakan," kata Annisa sambil berbisik. Annisa takut ibu mertuanya mendengar perkataannya itu.

"Ada apa, sayang?" tanya Dani.

"Mas, kita mengontrak rumah lagi saja ya? Atau kita kredit rumah? Aku kemarin melihat iklan rumah yang angsurannya cukup terjangkau,"

"Sayang, kita kan sudah beberapa kali membicarakan ini. Aku tidak tega meninggalkan ibu sendirian. Ibu kan sudah mulai menua dan sering sakit. Lily juga hanya satu bulan sekali bisa pulang ke rumah. Kamu lihat dan dengar sendiri, kan? Bagaimana ibu memohon pada kita untuk tinggal di sini?" kata Dani.

Annisa menghela nafas panjang, sebenarnya ia juga sudah mengetahui bahwa suaminya akan menjawab seperti itu. Ini bukan pertama kalinya Annisa mengungkapkan keinginannya pada suaminya.

Lily adalah adik kandung Dani, saat ini Lily sudah kuliah di luar kota. Jadi ibu mertuanya memang mempunyai alasan yang tepat, supaya Dani dan Annisa tinggal di rumahnya.

"Mas, aku lelah dengan semuanya ini. Aku tidak nyaman tinggal di sini, Mas. Aku rasa semua orang dan keluarga juga ingin mempunyai rumah sendiri. Permintaanku ini cukup wajar, kan?" tanya Annisa sambil menahan tangis.

"Nis, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu begitu bersikeras untuk pergi dari rumah ini? Ibu sangat menyayangi dan memperhatikan kamu dan Shafira. Lalu apa alasannya? Tolong jangan membuatku dalam posisi yang sulit dan harus memilih antara ibuku dan kamu," kata Dani.

"Mas, kamu tidak bisa memilih antara aku dan ibumu? Baiklah, aku tidak akan mempersulit keadaanmu. Aku dan Shafira yang akan pergi dari rumah ini, kamu boleh tetap di sini, Mas!" kata Annisa sambil meninggalkan Dani yang terdiam dan terpaku di tempatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status