Share

934

last update Huling Na-update: 2025-09-04 00:42:13

Para Tetua Agung mengangguk perlahan dengan wajah penuh keseriusan. Mereka tahu, keputusan Kaisar bukan sekadar langkah untuk membantu, melainkan strategi besar yang bisa mengubah arah kekuatan di tujuh galaksi. Sorot mata mereka mengeras, menandakan bahwa titah ini bukan hanya soal keberangkatan, melainkan juga ujian bagi kesetiaan Rumah Suci Pedang Surgawi.

Tetua inti yang berdiri di balik mereka pun tak banyak berkata-kata. Tidak ada perdebatan, tidak ada keraguan. Mereka hanya memadatkan tekad dalam diam, lalu bergerak mengikuti titah yang tak bisa ditolak.

Gelombang besar pergerakan itu membuat udara di seluruh Rumah Suci bergemuruh. Sosok-sosok berkilauan melesat cepat, berbondong-bondong naik ke kapal perang, memenuhi jalur masuk yang terbuka lebar. Kekuatan yang selama ini tersembunyi kini berkumpul dalam satu titik, menyatu dalam satu tujuan: menjawab panggilan Kaisar mereka.

Namun, tidak semua bergerak ke kapal. Sebagian Tetua, baik yang sudah menua dengan pengalaman panj
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
Makin seru aja
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kultivator Inti Semesta   972

    Senyum tipis Xiao Jian berubah menjadi sinis. Tatapan matanya menusuk seperti tombak yang menembus lapisan terdalam jiwa. Ucapannya kali ini tidak hanya membantah, melainkan menyingkap kebenaran yang tak terbantahkan. “Jika Istana Jiwa Neraka kalian sudah tidak ada yang berani mengusik di galaksi kesembilan, buat apa kalian repot-repot datang ke delapan Galaksi untuk menjarah inti semestanya? Bukti kalian masih membutuhkan kekuatan inti semesta delapan Galaksi berarti masih ada kekuatan yang bisa melenyapkan Istana Jiwa Neraka kalian.” Kata-kata itu jatuh bagaikan palu yang menghantam dada mereka. Tidak ada ruang untuk membantah. Tidak ada alasan yang bisa mereka ajukan. Setiap kalimat yang terucap dari mulut Xiao Jian adalah kebenaran yang telanjang, kebenaran yang tidak dapat mereka sangkal meski dengan seribu dalih. Diam merayap di antara barisan bertopeng, bukan karena tunduk, melainkan karena mulut mereka sudah terkunci oleh kenyataan yang tak terbantahkan. "Bagaimana kamu bis

  • Kultivator Inti Semesta   971

    Senyum Xiao Jian melebar, bukan tawa lebar yang penuh kepuasan, melainkan garis tipis yang menyiratkan ancaman. Senyum itu tampak biasa, namun bagi siapa pun yang melihat, ada perasaan seolah pisau dingin menempel di leher. Senyum itu bukan sekadar ekspresi wajah, melainkan ketegasan tak kasatmata yang membuat udara seolah ikut membeku. Kata-kata yang keluar dari bibirnya tidak tinggi, tidak keras, justru sangat kalem. Namun di situlah letak teror sejati, karena di balik kelembutan yang nyaris santai itu tersembunyi vonis yang tidak bisa ditolak. “Bagaimana aku bisa memiliki ranah ini, itu bukan urusan kalian. Yang pasti, kalian semua harus menanggung semua dosa yang telah kalian perbuat di delapan Galaksi.” Nada suaranya stabil, tidak meninggi sedikit pun. Setiap kata yang jatuh bagaikan palu keadilan yang menghantam tiang kebenaran. Tidak ada ruang untuk tawar-menawar, tidak ada celah untuk pembelaan. Kalimat itu turun seperti keputusan akhir yang telah ditetapkan sejak awal, voni

  • Kultivator Inti Semesta   970

    Udara berhenti. Waktu berhenti. Semua dinamika alam semesta tunduk kepada satu kehendak—kehendak Xiao Jian. Dan hal itu tidak hanya terjadi di medan perang. Gelombang kekuatan itu menjalar lebih luas, menembus batasan dimensi, menyapu seluruh delapan Galaksi. Keheningan yang mencekam seakan menegaskan, bahwa dalam sekejap ini, Xiao Jian berdiri di titik tertinggi yang tak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Di satu bintang jauh, jutaan makhluk yang tengah sibuk membangun kota di bawah cahaya matahari mereka tiba-tiba membatu, palu yang terangkat terhenti di udara, senyum dan tawa membeku di wajah, seakan kehidupan itu sendiri kehilangan maknanya. Di planet lain, seekor naga yang hendak menghembuskan api membatu dengan rahang terkatup kaku, lidah api padam sebelum sempat terbentuk. Hal-hal terkecil pun tidak luput dari kehendak itu. Seekor semut yang tengah menggali liang di dalam tanah berhenti begitu saja, rahangnya yang menggigit pasir terhenti di posisi terakhir, tanpa lagi doro

  • Kultivator Inti Semesta   969

    Melihat ratusan orang bertopeng itu bermunculan, Xiao Jian tidak menunjukkan ekspresi berlebihan. Wajahnya tetap tenang, seakan-akan pemandangan yang bagi banyak orang akan membuat lutut bergetar itu hanyalah bayangan yang tidak layak dipedulikan. Matanya menatap lurus, tidak sedikit pun bergeser oleh kerumunan yang kini memenuhi angkasa. Bahkan saat gelombang tekanan menyelimuti ruang, ia berdiri tegak tanpa sedikit pun perubahan pada napasnya, seolah tubuh dan jiwanya benar-benar terpisah dari hiruk-pikuk ancaman yang datang. Bibirnya terangkat sedikit, membentuk senyum kecil yang sulit dibaca. Senyum itu bukanlah keramahan, melainkan ketenangan yang lahir dari keyakinan mutlak akan dirinya sendiri. Senyum itu ia arahkan kepada pria yang sejak awal mengendalikan Kaisar Dewa Siyuhan, seakan hanya dia yang layak diperhatikan di antara kerumunan bertopeng yang tak terhitung jumlahnya. Wajah-wajah lain, sekuat apa pun mereka, seakan lenyap dari perhitungannya. “Jika kalian berada di m

  • Kultivator Inti Semesta   968

    Tanpa menunda, pria bertopeng itu mengibaskan tangannya. Gerakan sederhana, namun hasilnya mengguncangkan. Dari tangannya, sebuah bendera terlempar tinggi. Saat melayang di udara, bendera itu bergetar hebat. Dengung panjang menyebar ke segala penjuru, merambat jauh hingga menembus cakrawala. BUZZ! BUZZ! BUZZ! BUZZ! Getaran itu bukan sekadar suara. Setiap dengung membawa gelombang yang menekan dada, membuat udara seolah berhenti berputar. Dalam sekejap, bendera itu berubah wujud. Ukurannya membesar berkali lipat, menjulang seolah menutup ruang di atas medan perang. Dari permukaannya, cahaya gelap memancar liar, meluap deras, menelan terang yang ada di sekitarnya. Dari dalam bendera, sebuah pusaran raksasa terbentuk. Ruang terpelintir, udara ditarik paksa, cahaya dihisap tanpa ampun. Pusaran itu berputar semakin cepat, menggulung kekosongan, lalu meludahkannya kembali dalam bentuk yang tak seharusnya bangkit. Satu sosok pertama melangkah keluar, tubuhnya kokoh, auranya mengguncang.

  • Kultivator Inti Semesta   967

    “Dewa Siyuhan, ternyata otakmu benar-benar telah hilang. Menghadapi Xiao Hu saja kamu sudah kesulitan, bahkan Xiao Hu belum menggunakan kekuatan sejatinya, dia hanya menggunakan enam puluh persen kekuatannya. Selain Xiao Hu, masih ada aku, kamu juga jangan melupakan aku!” Suara tajam itu menggema di udara. Meskipun tidak keras, namun ketajamannya menembus hiruk pikuk pertempuran. Setiap suku kata bagaikan bilah pedang yang diselipkan ke dalam ruang, membuat segenap pasukan yang mendengarnya terhenti sejenak. Seperti panah yang dilepaskan tanpa peringatan, suara itu menancap di telinga, mengiris keheningan di balik dentuman senjata dan jerit perang yang belum usai. Kaisar Dewa Siyuhan refleks menoleh ke langit. Kedua matanya menyipit, sorotnya mengeras penuh tekanan. Wajahnya menegang, seolah setiap otot menolak kenyataan yang baru saja menyambar batinnya. Pandangan itu kemudian tertuju pada sosok yang berdiri tegak, kokoh di kejauhan. Xiao Qinyan berdiri di antara langit dan bumi,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status