Share

Bab 8. Mengubah Misi

Author: Dian Matahati
last update Last Updated: 2023-08-20 11:20:36

"Ma, sebenarnya kamu itu kenapa? Ini pertama kalinya kamu bertingkah ceroboh kayak tadi lho, Ma. Tolong kalau ada apa-apa, kamu bilang sama aku, Sayang. Aku gak mau kalau di belakang aku, ternyata kamu punya masalah dan hadapi masalah itu sendirian. Kamu punya aku, Ma. Aku pasti bantu apapun masalah kamu," bujuk Sanjaya sambil menyuapi Zahera makan malam. Tanpa tahu jika masalah Zahera ada pada dirinya sendiri.

Sejak mendengar dari Abimanyu istrinya menangis tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sanjaya memilih langsung bertolak ke Jakarta dengan penerbangan seadanya. Sehingga malam ini, Sanjaya sudah kembali berada di kediamannya dan merawat istrinya yang sakit. 

"Maaf," balas Zahera singkat seperti sebelumnya.

Sanjaya membuang napas dengan kasar. Dia tidak marah pada kecintaannya. Tidak pernah bisa marah. Sanjaya hanya merasa gagal membujuk Zahera untuk berterus terang dan bercerita seperti biasanya. Sanjaya khawatir pada istrinya.

Selama ini Zahera tidak pernah menyembunyikan apapun darinya. Bahkan sebelum diminta untuk bercerita, biasanya Zahera sudah bercerita dengan sendirinya. Dan kali ini, Sanjaya merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan istrinya. 

"Baiklah kalau kamu belum siap untuk cerita. Aku akan tunggu sampai kamu mau cerita dengan sendirinya." 

"Makasih, Pa." 

"Mulai sekarang pakai sopir yang aku siapkan ya, Ma. Jangan nyetir mobil sendiri lagi. Bukan aku gak percaya sama kamu. Cuma aku gak mau kamu dan Abi kenapa-kenapa." 

"Iya." 

"Ya sudah, diminum obatnya terus tidur. Biar besok badannya udah enakan." 

Zahera menurut dan meminum obatnya dengan dibantu Sanjaya. Sanjaya sendiri terlihat sibuk sedang mendelegasikan pekerjaannya yang terpaksa ditinggal begitu saja kepada orang kepercayaannya melalui sambungan telepon. 

"Kamu handle semuanya dulu ya, Bram. Nanti aku kabarin bisa balik ke Balikpapan lagi kapan. Aku lihat gimana kondisi istriku dulu," ujar Sanjaya sambil menatap Zahera yang terbaring di ranjang. 

Tepat pada saat itu istrinya juga sedang memandang ke arahnya. Senyum tipis diulas ketika netra mereka berdua saling beradu. Zahera yakin, sampai saat ini dirinya masih menjadi prioritas Sanjaya seperti biasanya. 

'Kamu terlalu baik untuk bisa berkhianat padaku, Mas,' 

***

"Ma, kamu serius udah gak apa-apa?" 

"Iya, Pa. Aku udah sehat kok. Maaf ya kemarin sempat bikin khawatir." 

"Gak apa-apa, Sayang. Yang penting kalau ada apa-apa kamu bilang ya?" 

"Iya, Pa. Aku cuma lagi capek aja kok kemarin itu. Tapi sekarang udah gak lagi. Sudah semangat lagi kayak biasanya." 

"Syukurlah. Kalau gitu kan aku jadi tenang berangkat kerjanya. Tapi tetap ya? Mulai sekarang gak usah nyetir mobil sendiri. Pakai sopir yang aku kasih aja." 

"Hm. Ya apa boleh buat? Aku gak bisa nolak kan?" 

"Kali ini gak bisa, Sayang. Maaf. Aku ambil keputusan ini demi keselamatan kamu juga Abi." 

"Okay. Aku ngerti."

Zahera merasakan usapan lembut di kepalanya. Sanjaya masih sangat perhatian kepadanya. Seperti biasanya. Selama sembilan tahun menikah, perhatian Sanjaya padanya tidak pernah berubah. Justru semakin hari terasa semakin meningkat. 

"Papa yakin gak mau diantar ke bandara?" 

"Iya, Sayang. Kamu di rumah aja ya, Ma. Biar aku yang antar sekolah Abi dan langsung ke Bandara. Aku gak mau kamu kecapekan lagi." 

"Ya udah, kamu hati-hati selama di jalan ya, Pa. Kabarin kalau sudah sampai di Balikpapan lagi." 

"Siap, Mama sayang." 

Sanjaya kembali ke Balikpapan karena harus bekerja. Zahera sudah memperlihatkan keceriaan seperti biasanya. Meyakinkan Sanjaya jika dirinya akan baik-baik saja. 

Zahera mengecek email dan pesan di ponselnya setelah kemarin tidak melakukan apapun karena sakit pasca kecelakaan. Walaupun sebenarnya tidak ada luka di tubuhnya, tapi pikirannya butuh istirahat. 

Ada beberapa pesan laporan dari Pak Anwar mengenai suaminya selama beberapa jam di Balikpapan kemarin. Zahera segera melakukan panggilan suara untuk mendengar lebih jelas lagi cerita tentang suaminya. 

"Halo, Pak Anwar?" 

"Iya, Bu Zahera, ini saya. Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apakah sudah baik-baik saja?" 

"Alhamdulillah sudah sehat kok, Pak. Terima kasih sudah bertanya. Bagaimana dengan investigasi kemarin, Pak? Saya tadi sudah baca laporannya sekilas sih." 

"Iya, Bu. Kemarin bapak memang sudah sempat berkenalan dengan wanita muda yang kebetulan ditemuinya di restoran saat bapak makan siang. Sudah saling bertukar nomor ponsel juga. Sepertinya wanita itu akan jadi target bapak selanjutnya," terang Pak Anwar yang didengarkan Zahera dengan seksama. "Sebenarnya mereka ada janji ketemuan untuk makan malam di restoran yang sama, tapi dibatalkan sepihak karena bapak langsung pulang begitu mendengar terjadi sesuatu sama ibu," lanjutnya lagi.

"Jadi saya perlu berbangga diri gak ya pak, karena saya masih jadi prioritas bagi suami saya?" lirih Zahera sambil tertawa kecil. 

Tidak ada rasa senang dalam tawanya kali ini. Siapapun yang mendengar, mereka pasti akan merasakan kesedihan dalam tawa kecil dari Zahera tersebut. Tidak terkecuali Pak Anwar sendiri. Ini bukan kasus perselingkuhan pertama yang ditangani Pak Anwar dengan timnya. Dia sudah cukup sering menangani hal seperti ini, sehingga cukup peka juga dengan perasaan kliennya.

"Maaf, Bu." 

"Gak apa-apa, Pak. Bukan salah bapak. Saya saja yang terlalu baper. Maaf ya." 

"Baik, Bu." 

Mereka pun lanjut membicarakan misinya. Pak Anwar mengatakan jika Azam masih mengikuti Sanjaya sejak kemarin, termasuk saat pulang ke Jakarta dan saat ini akan kembali ke Balikpapan. Sedangkan Risti mendapatkan tugas untuk mengikuti wanita muda yang diduga akan menjadi target Sanjaya berikutnya. 

'Pantas saja aku habis banyak untuk sewa jasa mereka. Cara kerjanya begini. Semoga saja bukti perselingkuhan Mas Jaya cepat didapat, sebelum uang tabunganku bertahun-tahun habis tak tersisa,' batin Zahera sebelum kemudian dikagetkan Pak Anwar karena ada berita terbaru. 

"Bu, saya baru saja dapat informasi terbaru dari Azam. Bapak baru saja berkenalan dengan gadis lain di bandara. Bahkan bapak juga membantu tiket pesawat gadis itu untuk di-upgrade dari kelas ekonomi menjadi kelas bisnis biar bisa sebangku sama bapak." 

"Ada fotonya, Pak? Saya mau tahu gadis seperti apa yang sedang diincar oleh suami saya," gumam Zahera dengan suara tertahan.

"Ada, Bu. Saya kirim sekarang." 

"Makasih, Pak." 

Zahera melihat ke bagian fitur perpesanan di ponselnya. Meneliti gambar dengan degup jantung yang berpacu dengan kencang. Napasnya tercekat saat membuka pesan dari Pak Anwar. Merasa mengenali sosok yang ada di gambar tersebut. 

"Itu kan…" desisnya lirih hampir tak terdengar.

"Apa, Bu?" sahut Pak Anwar yang memang panggilannya belum terputus dengan Zahera.

"Ah, tidak, Pak. Em, apakah misi kita bisa diubah? Sepertinya saya kenal sama gadis itu." 

"Ah iya. Boleh saja, Bu. Ibu ada rencana apa?" 

"Jadi begini, Pak…" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 131. THE END

    'Ini maksudnya apa?' batin Zahera. Pertanyaan tersirat dari Evander Lim kepada Zahera tentu saja membuatnya sangat syok. Apalagi dengan tatapan dalam dari ketiga putra yang dimaksudkan oleh pria paruh baya tersebut. Zahera hanya bisa menoleh ke kanan kiri menyembunyikan kebingungannya. Sedangkan Abimanyu dan Alvino yang diam saja justru terlihat lebih tenang dan tidak sebingung Zahera saat ini. Pertama kalinya Liam tahu jika Zahera adalah kakaknya Alvino, dia sempat terkejut juga. Tapi itu tidak membuatnya mundur untuk mendekati Zahera dan anaknya. Tiga bulan ke belakang Alvino maupun Abimanyu sudah menjadi saksi bagaimana Leon, Lim dan Liam sama-sama berusaha mendekati Zahera dengan berbagai cara. Zahera memang terlihat menanggapi ketiganya dengan sama baiknya. Sayangnya tidak lantas membuat Zahera berpikir terlalu jauh tentang tujuan dari pendekatan ketiganya. "Za, ketiga putra Tante suka sama kamu sudah dari lama. Kamu gak sadar ya?" ujar Liana dengan nada menggoda. Zahera ha

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 130. Miskinnya Sanjaya

    Sejak pulang dari pengadilan agama, Sanjaya tidak banyak bicara meskipun Alea dan Mama Anita terus mengajaknya berbicara. Sanjaya masih syok dengan apa yang didengarnya dari Alena. Dia baru sadar jika selama ini Alena tidak benar-benar tertarik dan ada rasa dengannya. Dan Sanjaya dibuat sangat sakit hati. 'Padahal aku sungguh sayang sama dia,' batin Sanjaya masih tidak menerima takdirnya. Sanjaya sama sekali tidak menyangka jika Alena bersandiwara hanya untuk membantu Zahera memiskinkan dirinya. Benar-benar miskin karena semua aset yang dimilikinya dulu, kini sudah beralih nama menjadi milik Zahera, Abimanyu dan juga Alena. Satu-satunya yang masih dimiliki Sanjaya hanyalah pekerjaannya sebagai CEO di perusahaan yang sudah beralih nama menjadi milik Zahera dan nantinya akan diwariskan kepada putra semata wayang mereka. 'Aku tidak masalah jika harus memberikan hartaku untuk mereka karena aku memang menyayanginya. Tapi kenapa harus ditinggalkan oleh mereka semua?' Sanjaya sudah bera

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 129. Diskusi Panas Keluarga Lim

    "Langsung ke rumah saja, Liam. Kita bicara di rumah!" perintah Evander Lim pada putra bungsunya setelah mengetahui sesuatu yang lain dari Liana — istrinya. Awalnya Evander Lim hanya tengah memberitahu kepada istrinya mengenai kedua putranya yang menyukai wanita yang sama. Tapi begitu tahu siapa wanita yang dimaksud, Liana semakin heboh karena jelas dia juga mengenal Zahera, bahkan sempat ingin menjodohkannya kepada Leon dan tanggapan Leon juga cukup positif. Evander Lim dan Liana tidak pernah menyembunyikan masalah sekecil apapun. Mereka lebih suka saling terbuka dan menyelesaikan semua permasalahan bersama tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Ini kenapa ketiga putraku malah kecantol satu janda yang sama?" gumam Evander Lim sambil menepuk dahinya. Kemudian dia keluar dari dalam ruangan kerja putranya untuk pulang karena pertemuan dan diskusi tentu berubah haluan ke rumah yang juga dihadirkan putra lainnya dan juga sang istri. Evander Lim dan Liam sampai hampir bersamaan. Sebenarnya Li

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 128. Kekhawatiran Zahera

    "Papa?" Belum sempat Zahera bertanya maksud dari Evander Lim mengatakan putranya yang lain itu siapa, suara sahutan dari belakangnya seakan menjawab kebingungannya dengan kebingungan yang lain. 'Papa? Mas Liam panggil Paman Lim dengan sebutan papa? Maksudnya, Mas Liam dan Dokter Lui itu saudaraan?' batin Zahera menatap bergantian antara Liam dan Evander Lim seakan tidak percaya dengan apa yang didengar. Padahal jika Zahera jeli dan memperhatikan detail garis wajah Evander Lim dengan Liam maupun Lui sama-sama memiliki garis wajah yang cukup mirip. Sama-sama berwajah oriental utamanya keturunan dari Negeri Gingseng. Liam menyampirkan blazer milik Zahera tanpa peduli papanya sudah menatap curiga pada mereka. Liam akan pura-pura tidak tahu jika kedua orang di depannya sudah saling kenal. Zahera sendiri sempat tersentak dengan perlakuan manis Liam meski sudah beberapa kali mendapatkannya sejak mereka kenal. Tapi disaksikan oleh Paman Lim seperti ini tentu saja membuat Zahera merasa ca

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 127. Kedatangan Evander Lim

    Jika di luar, Liam dan Zahera sedang bersenang-senang menikmati wahana flyboard, maka Robin di perusahaan menjadi tumbal untuk mengerjakan pekerjaan yang menggunung. Pertemuan dengan klien hari ini jelas harus dibatalkan semuanya. Karena Robin yang bekerja sendirian tidak mungkin meninggalkan perusahaan untuk sebuah pertemuan. "Ah sialan! Punya bos gak ada akhlak memang. Ini maksudnya aku dilatih buat jadi CEO apa gimana?" Robin tidak berhenti mengumpat sejak membaca pesan dari Liam jika dirinya dengan Zahera tidak akan ke kantor hari ini. Meskipun Liam menjanjikan libur untuk besok kepada Robin, tapi tetap saja bekerja sendirian untuk pekerjaan tiga orang sungguh sesuatu sekali. Meskipun begitu, sebenarnya Robin tidak sungguh-sungguh membenci sepupunya. Dia hanya merasa kesal karena dikerjain oleh Liam dan Zahera. Ya walaupun Robin sangat yakin jika biang keroknya tetap saja Liam. Zahera tidak mungkin dengan sengaja meninggalkan pekerjaan jika bukan karena terpaksa. Di tengah ke

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 126. Flyboard

    "Mabal yuk?" "Mabal?" Zahera sempat loading saat Liam tiba-tiba mengajaknya mabal. Paham jika Zahera tidak mengerti bahasa gaul yang sedang dikatakannya, Liam pun segera menjelaskan jika dirinya ingin mengajak Zahera bolos kerja hari ini. Zahera sampai tertawa mendengarnya. Baru ini dia melihat seorang bos mengajak karyawannya untuk sengaja membolos dari pekerjaannya. Dia mengira Liam hanya bercanda, tapi nyatanya Liam bersungguh-sungguh saat kembali mengatakannya. "Bukanlah hari ini cukup berat? Aku bisa ajak kamu ke suatu tempat yang bagus, yang bisa bikin kamu teriak-teriak memacu adrenalin dan yang jelas happy setelah pulang dari sana. Mau?" Zahera menoleh dalam diam. Menatap lekat pada Liam yang dari wajah hingga tatapan matanya tidak ada gurauan dengan ajakannya. Semua diucapkan dengan nada serius juga ekspresi yang diperlihatkan. Zahera bingung menjawabnya. Meskipun sebenarnya Zahera bukan tipe yang suka mangkir dari tanggung jawab, tapi saat ini sejujurnya dia memang but

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 125. Pengakuan Alena

    Sanjaya tidak mengindahkan peringatan dari Alena. Dia tetap berjalan maju dan membuat Alena melakukan hal sebaliknya. Sanjaya bahkan berani memojokkan Alena, karena merasa diabaikan setelah tahu Alena sudah berada di Jakarta. "Apa maksudnya kamu bicara begitu, Lena?" hardik Sanjaya.Untuk pertama kalinya Alena melihat Sanjaya yang bersikap kasar padanya. Alena menyembunyikan rasa takut dengan memperlihatkan galeri ponselnya yang berisi video dewasa yang pernah dikirim Alea padanya. Tindakannya itu cukup membuat Sanjaya mengalihkan pandangan dengan memberikan tatapan nyalang pada Alea. Sanjaya sangat marah dengan kelancangan Alea yang sudah membuat Alena menjauhinya. Padahal tanpa video itu pun sebenarnya Alena pasti menjauhinya karena misinya selama ini sudah selesai. Tapi kini Alena punya pengalihan amarah Sanjaya dengan memfokuskan Sanjaya pada Alea. "Ini gak seperti yang kamu pikir, Alena. Alea menjebakku dengan memberikan obat ke minumanku saat itu. Kamu harus percaya sama aku

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 124. Penolakan Alena

    Sidang putusan perceraian Zahera dan Sanjaya sudah selesai dibacakan. Mulai hari ini, sepasang suami istri yang sudah menikah sekitar sepuluh tahun lamanya itu akhirnya kembali menjadi orang asing seperti sebelumnya. Alena mendadak mendapatkan panggilan alam dan ijin ke toilet terlebih dahulu kepada Alvino. Alena menjadi orang pertama yang keluar dari ruang sidang. Sempat terkejut saat mendapati Liam ada di luar duduk seakan sedang menunggu seseorang. "Alena?" "Liam?" "Bukannya di dalam sedang ada sidang perceraian-" Liam memotong ucapannya dan tidak melanjutkan. Alena seakan paham dengan tatapan curiga dari Liam. Segera menjelaskan meski tidak sepenuhnya diterangkan sejelas-jelasnya."Aku temannya Mbak Zahera yang baru selesai sidang barusan," ujar Alena. "Eh, aku ke toilet dulu ya, udah di ujung soalnya," sambungnya tidak ingin dicecar pertanyaan lebih banyak lagi dari ini. Liam mengangguk mempersilakan. Alena terburu-buru bukan hanya karena sudah tidak tahan untuk membuang ha

  • Kumiskinkan Suami Tukang Selingkuh   Bab 123. Kutunggu Jandamu

    "Za, kamu sudah siap?" Zio bertanya dengan memandang Zahera sangat dalam. Zahera yang masih berada di antara alam pikiran dan kenyataan hanya terdiam. Indera pendengarannya merekam pertanyaan dari sang pengacara dengan jelas. Tapi proses menyampaikan hingga ke dalam otaknya begitu lambat. "Za, hakimnya sudah siap," tegur Zio lagi membuat Zahera menarik diri ke alam nyata. "Iya, Mas. Aku juga sudah siap," ujar Zahera akhirnya bisa mengulas senyum tipis. "Tuhan tahu mana yang baik buat kita semua, Kak," ujar Alvino mengelus ringan bahu Zahera yang berbalut blazer berwarna hijau tosca. "Semua akan baik-baik saja, Mbak. Semangat!" ucap Alena ikut memberi Zahera semangat. Zahera kembali tersenyum. Kini senyumnya sedikit terlihat lebih tulus dan manis daripada yang tadi. "Aku tahu. Ini semua akan segera berlalu, dan aku selalu bersemangat. Kalian tahu itu dengan sangat kan?" Semua yang mendengar mengangguk dengan senyum terbaik untuk memberikan energi positif kepada Zahera sebelum m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status