Share

Bab 2. Wajah Siapa Ini?

Nyatanya, Luna masih hidup.

Wanita itu telah terbaring di atas ranjang pasien selama beberapa hari. Perlahan, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Dia bahkan dapat merasakan kepalanya terbalut perban, hingga menutupi wajah. Namun, dia tidak bisa membuka matanya secara langsung meski sudah berusaha sedari tadi.

Alih-alih matanya yang terbuka, justru jari-jemarinya yang bergerak pelan, hingga lama-kelamaan semuanya bergerak bersama.

"Dokter!"

“Pasien kamar 001 sudah sadar!”

Sayup-sayup, dia mendengar kepanikan dalam suara orang di sekitarnya.

Dan secara ajaib, dia mampu mengerjapkan matanya beberapa kali, hingga akhirnya terbuka.

Wanita itu dapat melihat seorang pria yang sepertinya dokter di dekatnya.

Tak hanya itu, ada seorang pria tampan dengan setelan jas berwarna navy berjalan mendekati dirinya.

Pria itu menatapnya cemas, tetapi tak dapat menyembunyikan kebahagiaan karena Luna telah siuman. "Sayang, akhirnya kamu sadar!"

Tak lama, pria itu mendekat dan memeluk tubuhnya erat.

Luna pun mengernyit bingung. Sayang? 

Dia benar-benar tak dapat mengenali pria di hadapannya ini! Namun, mengapa pria itu bertingkah akrab dengannya?

"Siapa kamu?" ucap Luna pada akhirnya, "Menyingkir dariku!"  

Dengan tenaga yang tersisa, Luna bahkan mendorong tubuh pria berotot kekar itu untuk menjauh–meski sia-sia.

"Apa maksudmu, Sayang?" Kini, pria itu tampak terlihat bingung. 

Dengan cepat, dia menatap tajam sang dokter, hingga pria berjas putih itu segera mengangkat stetoskop di lehernya untuk memeriksa kondisi Luna.

“Apa yang kamu katakan, Nyonya? Pak William adalah suamimu.” Dengan tenang, sang dokter pun menjelaskan situasi ini pada Luna.

Luna lantas menggeleng–membuat dokter itu panik. Dia dapat merasakan tatapan William yang semakin tajam di balik punggungnya.

Berkali-kali, dokter itu mengecek hasil pemeriksaannya. Namun, semua hasilnya baik. Tapi, mengapa bisa seperti ini? Apakah wanita di hadapannya ini sedang mempermainkannya?

"Maaf, Tuan William. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada luka serius pada kepalanya."

"Lantas, mengapa istriku tidak mengenaliku?" Suara pria itu seketika serak. “Apa kau mau ma–”

"–Ah, lebih baik, kita membuka perban kepala Nyonya terlebih dahulu," potong dokter tersebut gemetar.

Bahkan, Luna pun merasa takut, hingga dia seketika diam.

Dengan dibantu seorang perawat, dokter itu pun memegang perlahan ujung perban di wajah Luna dan mulai memutarnya dengan hati-hati.

Ruangan itu menjadi tegang.

Mereka berharap operasi wajah yang dilakukan membuahkan hasil yang baik dan wajahnya akan kembali cantik seperti semula. 

Setidaknya, agar Tuan William tidak kembali marah pada mereka.

"Wow!” seru dokter tertahan, “Nyonya ... Anda terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya." 

Dokter itu tiba-tiba memberikan satu cermin besar ke arahnya.

"Nyonya bisa melihat hasil operasinya di cermin. Silakan!" ucap sang dokter tersenyum. Dia merasa dirinya aman kali ini.

Sementara itu, dengan kedua bola matanya yang masih sakit, Luna terpaksa melihat cermin yang ada di hadapannya itu.

Seketika detak jantung wanita itu hampir berhenti.

Pyaar!

Luna pun melempar cermin ketakutan dan menutup kedua matanya.

Ia berteriak histeris, "Tidak! Tidak! Tidak mungkin! Itu bukan aku! Bukan aku!"

Berkali-kali, ia menjerit dan mendorong tubuhnya ke belakang dinding ranjang.

Wajah yang dia lihat di cermin, sama dengan wajah wanita yang terakhir kali dia lihat pada saat kecelakaan itu. Terlihat tegas dan ada sedikit arogansi di sana.

Meski saat itu, wajah wanita itu penuh luka, tapi Luna yakin dengan ingatannya.

Sontak, semua terkejut dengan apa yang diperbuat Luna.

Bahkan, perawat di sampingnya merasa takut. William pun tak kalah terkejut. 

Alih-alih bertanya, William akan sabar menanti “istrinya” pulih meski pria itu pun juga begitu penasaran dengan kondisi sang istri.

Pria itu gegas memeluk “istrinya” erat. Dia yakin istrinya masih mengalami trauma yang berat. 

“Tenanglah, Nilam.”

Seketika, tubuh Luna menegang. Wajahnya bukan miliknya dan dia dipanggil dengan nama pemilik tubuh ini. Bahkan, saat ini, tubuhnya berpelukan dengan pria asing yang tidak ia kenal. 

Nilam merasa tidak nyaman. Dia kembali melepaskan pelukan pria itu dan menatapnya tajam. “Lepaskan! Aku bukan istrimu.”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Iin Romita
Salam kenal juga Kak. ......️...️ Maaf ceritanya belepotan tidak teratur.. othornya punya penyakit males .hihi.. kalo malesnya kumat ceritanya ngalor ngidul
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
mkn menarik jd kan Luna bisa bebas buat balas dendam ke mantannya,heheheee salken thor......
goodnovel comment avatar
Goresan Pena Bersyair
ceritanya sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status