Share

Bab 3. Meninggal?

William mengernyitkan dahi bingung. 

Kedua kalinya sang istri melepas pelukan dan menatapnya asing. Bahkan, kini dia mengatakan bahwa dirinya buka istri William.

Namun, belum sempat dia berkata apa pun, seorang baby sitter berbaju merah muda datang bersama gadis kecil yang usianya kisaran 3 tahun. 

Dengan kuncir kuda dan poni di dahinya, anak itu terlihat sangat lucu menggemaskan.

"Mama!" panggil sang gadis pada Luna. Dia pun berlari mendekatinya yang tengah duduk di atas ranjang pasien. 

'Apa? Anak ini panggil aku dengan sebutan Mama?’ Luna sontak membatu. Dia tidak memberikan senyuman atau usapan kasih sayang di atas kepalanya.

William menyadari itu.

Dengan cekatan, dia menyuruh petugas medis untuk keluar dan memberi ruang bagi keluarga kecil mereka.

Setelah mereka keluar, barulah ia membantu menaikkan tubuh kecil itu di samping Nilam.

"Sayang, Mama sedang sakit. Putri kecil papa tidak boleh nakal, ya?" ucap William lembut.

"Ya Papa, Angel tidak akan ganggu Mama, kok. Angel hanya rinduuu …. Mama karena Mama tidak pulang-pulang. Angel kesepian kalau harus bermain sendirian," jelas gadis kecil dengan suara yang belum terdengar jelas. 

Tapi, entah mengapa tingkah itu mampu membuat Luna tersenyum.

Tanpa disadari, Gadis kecil itu menghambur ke pelukannya. Tidak mungkin dia menolak pelukan malaikat kecil itu. Dia teramat menggemaskan.

"Angel sayang banget sama Mama," ucapnya dengan suara khas yang lucu dan sedikit serak, “jangan sakit lagi, ya!”

 Luna tidak menjawab apa pun. Wanita itu bingung menanggapi anak bernama Angel ini.

Seketika, gadis mungil itu sedikit manyun membuat hati Luna tidak tega.

Dengan gugup, wanita itu pun menyentuh halus rambut anak di pelukannya, “I–ya, Mama usahakan.”

William dapat mendengar nada ragu di suara “istrinya” itu. Meski demikian, pria itu tak dapat menyembunyikan senyumnya. ‘Setidaknya, kau tidak menolak anak kita, Nilam.’ 

“Nah, supaya mama cepat sembuh, Angel juga harus biarin mama istirahat dulu. Bagaimana?” Tatap pria itu lembut. 

Siapa pun yang melihat ini tidak akan menyangka bahwa pria ini adalah Pewaris Keluarga Bagaskara yang terkaya di Surabaya. 

Bahkan meskipun Luna belum tahu identitas pria itu, dia menyadari bahwa pria ini bukanlah ‘orang biasa’.

Luna menatap Angel yang mengangguk meski masih cemberut. Rasanya, perempuan itu ingin menyentuh pipi anak itu.

Puk!

Tanpa sadar, Luna menyentuh pipi gadis kecil itu.

“Mama!” Tawa riang dibuat oleh Angel ketika mengira Luna menggoda dirinya. 

Perlahan, Luna pun mulai tersenyum. Situasi gila ini membuatnya sulit bahagia. Namun, kehadiran anak itu, mampu membuatnya sedikit melupakan segalanya.

Namun, seperti permintaan pria yang mengatakan dirinya adalah suami Luna, Angel pun keluar kamar rawatnya–menyisakan Luna dan William di tempat itu.

Menyadari tingkahnya yang sedari tadi terlalu kasar, Luna mulai merasa bersalah. 

“Maaf,” lirih perempuan itu.

William menatap “istrinya” bingung. Namun, pria itu mulai tersenyum. 

“Tenanglah, Nilam. Jika kau, ingin aku menjauh sebentar, tidak masalah, Aku tidak akan bertanya. Yang penting, kau segera pulih.”

Deg!

Luna tertegun saat menatap pria yang jauh lebih tampan dan hangat dari suaminya yang asli itu.

Untungnya, dia dapat mengendalikan diri. Dia menyadari bahwa William adalah milik perempuan bernama Nilam–bukan dirinya.

"Di manakah Nilam asli? Aku tidak bisa menyelamatkannya. Dia terjatuh ke dalam jurang. Bagaimana keadaannya sekarang?" batin Luna tak tenang.

“Sayang, kamu kenapa?” tanya William panik.

“Ponsel. Di mana ponselku?” 

William terdiam mendengar pertanyaan Luna. 

“Semua barangmu hancur, hanya dompet yang ditemukan dekat tubuhmu yang bersimbah darah. Untung, kau selamat….”

Wajah pria itu seolah menahan marah. “Tenang, Sayang. Aku akan menemukan penyebab kecelakaanmu. Jangan khawatir”

Luna bergidik ngeri melihat tatapan dalam William. 

“Seingatku, ada perempuan lain bersamaku di lokasi kejadian. Di mana dia?” Ragu-ragu, Luna menanyakan keberadaan “Nilam” asli.

Namun, William hanya menggeleng. “Memang ada korban lain. Tapi, aku lupa namanya. Kalau tidak salah, dia adalah istri dari Daffa Ardiansah. Katanya, perempuan itu kabur karena ketahuan menggelapkan dana perusahaan.”

Luna mengepal marah. Sudah terkena kecelakaan, dia justru dituduh oleh suaminya dengan kejam.

“Lalu, di mana perempuan itu?”

“Setahuku, perempuan itu meninggal.”

“APA?!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Goresan Pena Bersyair
seru bngt.... bagus certa nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status