Share

Bab 4

Author: Hanata
Keesokan paginya, saat langit masih gelap, pintu kamar Claire sudah diketuk dengan keras.

"Claire, tolong masak bubur, ya. Amber kemarin minum alkohol, perutnya nggak enak," kata Julian dari luar.

Sejak Julian mengalami cedera di kakinya, dia menjadi sangat sensitif dan tidak suka terlihat dalam kondisi lemah di depan orang lain. Karena itu, di vila ini tidak ada pembantu dan dia pun terbiasa menyuruh-nyuruh Claire.

Masih dalam keadaan setengah sadar, Claire secara refleks menolak, "Nggak."

"Apa?" Julian nyaris mengira dirinya salah dengar. Selama ini, Claire tidak pernah menolak permintaannya.

Begitu mendengar Julian balik bertanya, kesadaran Claire menjadi lebih jernih. Dia menunjuk ke arah perutnya dan berkata, "Aku lagi haid, perutku sakit. Nggak bisa kena air dingin."

Julian menatapnya dari atas ke bawah, seolah menilai apakah alasan itu masuk akal atau tidak.

Beberapa saat kemudian, Julian menghela napas. "Sudahlah, aku bawa dia makan di luar saja."

Saat Julian dan Amber keluar, Claire tengah duduk di kamar sambil membaca buku. Dia akan segera berangkat ke luar negeri untuk mengambil gelar doktor, jadi dia mulai mempersiapkan diri dengan membaca lebih awal.

Amber tiba-tiba muncul di depan kamar dan berpura-pura ramah. "Claire, aku dan Julian mau pergi sarapan. Kamu ikut juga, ya?"

Claire tidak menolak. Lagi pula, jika Amber sudah bicara, Julian tidak akan memberinya kesempatan untuk menolak.

Mobil Maybach hitam melaju di antara lalu lintas dan akhirnya berhenti di depan gerbang kampus lama Julian dan Amber.

Begitu turun dari mobil, Amber langsung menggandeng lengan Julian dengan mesra. "Julian, sudah lama ya kita nggak ke sini. Tempat ini penuh kenangan kita!"

Julian mengangguk, tapi matanya sekilas melirik Claire yang berdiri canggung di sisi lain.

"Amber mau makan bubur ayam suwir di kantin, sekalian kami mampir melihat-lihat," katanya, untuk pertama kalinya memberikan penjelasan pada Claire. Namun, yang dia dapat hanya sebuah anggukan dingin.

"Mm, nggak apa-apa. Yang penting kalian senang."

Julian mengernyit. Dia merasa ada yang berbeda dari Claire. Namun sebelum dia sempat memikirkannya lebih jauh, Amber sudah menggandengnya masuk ke area kampus.

Setiap sudut tempat itu adalah saksi kisah cinta mereka. Sambil berjalan, mereka tertawa dan mengenang masa lalu, sepenuhnya mengabaikan Claire yang mengikuti dari belakang.

Menatap punggung mereka, Claire merasa lelah luar biasa.

'Sedikit lagi. Tunggu sampai masa tenang perceraian selesai. Setelah itu aku bisa benar-benar pergi.'

Lingkungan kantin cukup nyaman dan ada banyak pilihan makanan yang menggoda selera.

Julian membawa nampan penuh makanan dan berjalan cepat ke arah Amber dengan ekspresi penuh semangat. "Amber, ini semua makanan yang dulu kamu suka waktu kuliah. Aku ambilin semuanya, cobain ya!"

Claire menatap makanan-makanan berwarna merah cerah di atas meja dengan tatapan kosong.

Selama tiga tahun ini, Julian mengingat dengan jelas semua yang disukai Amber. Namun, dia sama sekali tidak tahu bahwa Claire tidak bisa makan makanan pedas.

Claire berdiri dan berniat membeli makanan yang lebih ringan untuk dirinya sendiri.

Namun saat dia berbalik, seorang ibu kantin yang membawa panci sup panas tidak sengaja menabraknya dari belakang. Cipratan sup panas menyembur ke mana-mana. Julian spontan meraih Amber dan menariknya ke dalam pelukannya untuk melindunginya.

Namun, hampir seluruh sup panas itu tumpah ke lengan Claire. Dalam sekejap, setengah lengannya dipenuhi gelembung luka bakar.

"Kamu nggak apa-apa?" Julian akhirnya melepaskan Amber dari pelukannya dan berdiri memegangi lengan Claire. Untuk pertama kalinya, dia menunjukkan kekhawatiran yang tulus terhadap Claire.

Claire belum sempat menjawab, Amber sudah lebih dulu menjerit, "Julian, panas sekali .... Sakit!"

Tangannya hanya memerah di beberapa titik, jauh dari kata parah jika dibandingkan luka melepuh di lengan Claire. Namun, dia sudah mulai terisak sambil memegangi pergelangan tangannya. "Julian, tanganku kena luka bakar ...."

Mendengar ucapannya, Julian langsung melepaskan lengan Claire dan berbalik untuk menggendong Amber ke dalam pelukannya.

"Jangan panik, Amber. Aku antar kamu ke rumah sakit sekarang!"

Baru berjalan beberapa langkah, Julian tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menoleh menatap Claire dengan sedikit rasa bersalah. "Kamu 'kan dokter, tahu dasar-dasar pertolongan pertama. Tangani dulu sendiri, ya."

"Aku antar Amber dulu ke rumah sakit, nanti aku suruh sopir jemput kamu."

Setelah beberapa hari menahan semuanya, akhirnya air mata Claire pun jatuh di saat itu juga.

Inilah suaminya ... lelaki yang telah dia rawat dan jaga sepenuh hati selama tiga tahun. Tak peduli seberat apa pun luka yang dia alami, jika dibandingkan dengan Amber, tetap saja tak ada artinya.

Tiga tahun penuh perhatian dan pengorbanan, nyatanya tidak lebih dari rerumputan yang terus diinjak-injak dengan kejam oleh pria itu.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 24

    Suara sirene ambulans memecah ketenangan kawasan vila malam itu. Claire berdiri di depan ruang operasi dengan seluruh tubuh yang berlumuran darah. Dia terdiam, seolah jiwanya tertinggal entah di mana.Beberapa jam kemudian, Farhan akhirnya keluar dari ruang operasi. "Nyawanya selamat, tapi kedua kakinya sudah nggak bisa diselamatkan."Detak jantung Claire menggema bagaikan guntur dalam dadanya. Dia bahkan lupa bagaimana cara bernapas.Keesokan harinya, Claire batal naik pesawat ke Swiss. Sebelum keberangkatan, Dalton meneleponnya. "Claire, apa pun keputusanmu ... aku akan menghormatinya."Tiga hari kemudian, Julian akhirnya sadar dari masa kritis.Begitu tahu bahwa kedua kakinya benar-benar lumpuh dan tidak bisa disembuhkan lagi, dia hanya menarik napas panjang beberapa kali, sebelum setetes air mata mengalir dari sudut matanya."Claire, dulu aku bisa berdiri lagi berkatmu. Sekarang, aku sudah mengembalikan kaki ini padamu."Mendengar itu, Claire terdiam lama. Dia tidak langsung menjaw

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 23

    Keesokan harinya, surat pemberitahuan resmi mengenai pencopotan Julian dari posisi Presdir Grup Westwood langsung dikirimkan ke seluruh perusahaan. Pada saat bersamaan, surat perjanjian cerai dari ayah Julian juga telah sampai ke tangan Lorraine.Meski kini menetap jauh di luar negeri, ayah Julian masih memiliki kendali penuh atas semua urusan keluarga dan perusahaan.Lorraine menelepon sambil menangis, mempertanyakan alasan perceraian dengan marah.Namun, suara di ujung sana terdengar sangat dingin. "Anak-anak yang baik-baik bisa kamu didik sampai begini rusaknya. Yang satu membutakan diri demi cinta, yang satu lagi emosional dan nggak tahu diri. Kamu masih berani menanyakan kenapa aku ingin cerai?""Selain itu, kalau waktu itu kamu nggak berbohong dan memanipulasi Claire, semuanya nggak akan jadi seperti sekarang.""Pihak Keluarga Wallace sudah memberi ultimatum. Kalau aku nggak bisa memberi penjelasan yang layak atas gangguan kalian terhadap Claire, kerja sama kita dengan mereka sel

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 22

    Setelah resmi menjalin hubungan, barulah Claire tahu bahwa Dalton ternyata berasal dari salah satu keluarga konglomerat paling berpengaruh di kota itu.Keluarga Wallace sudah lama tahu bahwa putra mereka memendam cinta bertahun-tahun pada Claire dan mereka pun sangat penasaran terhadap gadis yang telah merebut hati Dalton. Jadi, sang ibu memanfaatkan momen ulang tahunnya untuk mengundang Claire secara langsung.Pesta ulang tahun Keluarga Wallace digelar secara mewah dan meriah. Julian juga termasuk dalam daftar tamu undangan. Dia datang bersama Lorraine. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang diam-diam mengikuti dari belakang.Begitu pintu aula pesta dibuka, Claire muncul sambil menggandeng lengan Dalton. Pemandangan itu langsung menarik perhatian seluruh tamu undangan.Orang tua Dalton segera menyambut mereka dengan senyum hangat sambil memandangi Claire dengan penuh ketertarikan dan kepuasan.Potret kebersamaan keempat orang yang tampak bagaikan keluarga harmonis itu

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 21

    Mendengar tangisan histeris Claire, sorot mata Dalton pun dipenuhi oleh sorot kemarahan. Setelah mengantarkan Claire kembali ke hotel, Dalton langsung menuju ke bar dan berhasil menemukan Julian."Bajingan!" Tanpa ragu sedikit pun, Dalton melayangkan pukulan keras ke wajahnya.Julian yang tengah menenggak alkohol untuk melarikan diri dari kesedihan, tidak sempat bereaksi dan langsung terhuyung karena pukulan itu. Saat dia menoleh dan melihat Dalton, dia pun segera membalas serangan tersebut.Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit. Orang-orang di sekitar mereka terkejut dan ketakutan, tidak ada satu pun yang berani menghentikan mereka.Karena pengaruh alkohol, refleks Julian tidak secepat biasanya. Tak butuh waktu lama, dia sudah terdesak di bawah Dalton. Dalton menghajarnya bertubi-tubi, menumpahkan seluruh amarahnya."Kamu pikir tindakanmu itu romantis, hah? Kamu tahu nggak? Kamu sudah menghancurkan Claire!""Dia bekerja keras sampai berhasil meraih gelar doktor dan operasi ini ad

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 20

    Pada hari dia resmi meraih gelar doktor, Claire menerima telepon dari tanah air.Farhan mengabari bahwa dia sedang menangani seorang pasien dalam kondisi kritis dan kasus tersebut sangat berkaitan dengan topik riset disertasi Claire. Dia berharap Claire bisa kembali ke dalam negeri untuk membantu operasi.Tanpa ragu sedikit pun, Claire langsung menyanggupi. Baginya, ini adalah kesempatan langka untuk menerapkan hasil penelitiannya ke dalam praktik nyata.Hari keberangkatan tiba. Saat Claire baru hendak masuk bandara, Dalton muncul sambil menarik koper."Itu ... aku baru ingat, sudah lama juga aku nggak pulang ke rumah. Kayaknya aku ikut kamu balik saja, ya."Claire tidak membongkar alasan sebenarnya. Dia tahu Dalton hanya khawatir Julian akan kembali mengusik dirinya.....Begitu Claire mendarat di bandara, Julian langsung mendapatkan kabar. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus diam-diam memantau semua yang berkaitan dengan Claire.Namun karena kunjungannya ke Swiss waktu itu mela

  • Kurawat Dengan Cinta, Dibalas Dengan Pengkhianatan   Bab 19

    Julian membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tak ada satu kata pun yang sanggup dia ucapkan untuk membela diri. Dia benar-benar tidak tahu bahwa ibunya telah menipu Claire dan menggunakan cara kotor untuk memaksa Claire tetap berada di sisinya.Baru saat inilah dia sadar, permintaan maaf dan permohonan pengampunannya itu terlalu rapuh bila dibandingkan dengan luka yang pernah diderita Claire.Tanpa sadar, Julian dan keluarganya telah melukai hati Claire perlahan-lahan hingga mati rasa. Kini, Claire berbalik dan melangkah pergi. Julian bahkan tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menahannya.Menatap punggung Claire yang semakin menjauh, Julian merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang pelan-pelan menghilang dan rasanya tidak akan pernah kembali.Tanpa merasa putus asa, dia mengajukan pertanyaan yang terakhir, "Claire ... selama tiga tahun itu, apa kamu pernah mencintaiku? Meski cuma sedikit saja?"Langkah Claire terhenti.Dalam sekejap, kenangan akan pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status