Share

Bab 5

Author: Kitty
Dua jam kemudian, Belle keluar dari kamarnya. Dia memeluk boneka beruang, matanya bengkak. Itu adalah satu-satunya hadiah dari Ansel yang pernah dia terima. Belle sangat menyayanginya seperti harta karun.

"Mama, aku nggak mau ini lagi." Belle mengangkat boneka beruangnya, berpura-pura tersenyum, lalu menyerahkannya ke tangan Kiara. "Kesempatan Om tinggal dua."

"Oke." Kiara tak tahu harus berkata apa untuk menghiburnya.

"Aku mau adain pesta ulang tahun dan undang teman-teman? Boleh nggak, Mama?" tanya Belle sambil mendongak menatapnya.

Kiara tak sanggup menolak. Setiap tahun ulang tahun Belle selalu dirayakan di rumah dan hanya berdua dengan Kiara. Ansel tak pernah hadir, juga tak pernah peduli.

Kiara pun setuju, tahu bahwa ini adalah satu lagi kesempatan yang Belle berikan untuk Ansel.

Belle masih batuk. Kiara khawatir dan meminta izin beberapa hari dari sekolah. Akhir pekan, Kiara membawa Belle ke taman bermain. Saat Belle bermain, Kiara duduk di dekat, menyeleksi lokasi untuk pesta ulang tahun Belle.

Tiba-tiba, dia mendengar tangisan Belle. Saat dia mendongak, terlihat Leo sedang merebut mainan dari tangan Belle.

Leo bersikap kasar dan memaksa ingin mengambil mainan yang sedang dipegang Belle. Saat Belle menolak memberikannya, Leo langsung mendorong Belle hingga jatuh.

Kiara segera berlari menghampiri dan menggendong Belle ke pelukannya.

"Minta maaf!" Kiara menatap Leo dengan tegas.

Leo memalingkan kepala dan berbohong, "Kenapa aku harus minta maaf? Dia sendiri yang jatuh!"

"Aku lihat dengan mata kepala sendiri kamu mendorong anakku. Kamu harus minta maaf padanya."

Leo tampak tak terima. Namun, saat melihat seseorang datang dari belakang, dia tiba-tiba duduk di lantai dan menangis keras.

"Leo!" Ansel bergegas datang, memeriksa keadaannya. Kepanikan dan kekhawatiran di matanya itu belum pernah dia tunjukkan kepada Belle.

Kiara tersenyum getir.

Leo langsung memeluk lengan Ansel sambil mengadu, "Papa Ansel, mereka jahat padaku. Mereka rebut mainanku, terus pukul aku."

Ansel tampak marah, lalu menoleh. Saat melihat Kiara dan Belle, dia tertegun sesaat. Namun, hanya butuh satu detik bagi sorot matanya berubah dari peduli menjadi dingin.

"Ada apa ini?" tanya Ansel dengan nada menuntut.

"Om, dia yang dorong aku." Belle memandangnya dengan penuh harap. "Aku dan Mama nggak jahat sama dia. Mama cuma mau dia minta maaf."

Begitu melihat Ansel, Belle langsung berhenti menangis. Dia sangat ingin diperhatikan olehnya.

"Hmm." Ansel mengerutkan dahi. "Kamu terluka?"

"Nggak." Belle menggeleng dan tersenyum, mengira Ansel sedang mengkhawatirkannya.

"Hmm." Ansel mengangguk datar, lalu menggandeng Leo dan hendak pergi.

Senyuman Belle langsung sirna.

Perasaan sedih yang tak bisa diungkap menyelimuti hati Kiara. Pilihan Ansel terlalu menyakitkan.

Ansel mungkin tidak mencintai mereka, tetapi dia juga tidak boleh terus-menerus menyakiti Belle.

"Berhenti!" Kiara akhirnya bersuara, menggertakkan gigi, dan menghalangi mereka. "Dia harus minta maaf."

Wajah Ansel langsung berubah dingin, menunjukkan ketidakpuasannya atas sikap Kiara. "Jangan besar-besarkan masalah. Dia cuma anak kecil."

Hati Kiara semakin dingin, tetapi dia bergeming. "Pak Ansel, urusan anak bukan urusan sepele. Dia mendorong anakku, jadi dia harus minta maaf. Tempat ini punya CCTV. Kalau kamu mau, kita bisa lihat bersama."

Untuk pertama kalinya, Kiara menentang Ansel secara terbuka. Ansel terkejut. Ketidakpuasannya semakin terlihat jelas.

Namun, Kiara tak menyerah. Belle sudah terlalu sering terluka. Kini, dia harus memperjuangkan keadilan untuknya.

Ansel mungkin tak peduli dengan perasaan Belle, tetapi Kiara peduli. Dia tidak bisa membiarkan Ansel membela anak orang lain sambil membiarkan anak sendiri disakiti.

"Aku minta maaf atas nama dia," kata Ansel akhirnya setelah melihat Leo menolak meminta maaf. "Dia nggak sengaja."

"Kamu ...." Hati Kiara mencelos. Betapa dalamnya kasih sayang Ansel kepada anak Susan.

"Nggak apa-apa, aku sudah maafin dia. Mama, ayo kita pulang." Belle menggenggam tangan Kiara dan memaksakan senyuman, tetapi air mata mengalir saat dia membalikkan badan.

Kiara ikut merasa hancur. Hatinya terasa seperti diremas. "Baiklah."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 21

    Kiara terus menjaga Ansel di sisinya dan Belle juga tidak mau meninggalkannya. Dalam sekejap, tujuh hari telah berlalu, tetapi Ansel belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar."Mama, kenapa Papa belum juga bangun?" Belle hampir menangis setiap hari. Suaranya serak dan matanya sembap.Kiara merasa sangat sedih. Dia mengompres mata Belle dengan handuk dingin. "Papa akan bangun.""Mama, aku takut. Aku nggak mau Papa meninggal."Kiara tercekat. "Ansel, kalau kamu nggak bangun juga, kami nggak akan pernah memaafkanmu!"Di ranjang, jari-jari Ansel tiba-tiba bergerak. Bola matanya mulai berputar, lalu dia membuka mata dengan susah payah. "Kiara ... Belle ....""Mama! Papa bangun!" Belle berseru dengan semangat dan segera berlari ke arahnya. Wajahnya berseri-seri. "Papa!""Maaf sudah membuat kalian khawatir ...," ucap Ansel."Kami yang seharusnya berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan kami," ujar Kiara dengan mata berkaca-kaca sambil menahan emosinya.Ansel hanya tersenyum tipis. Dia t

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 20

    Kiara memeluk Belle erat-erat. Dia merasa panik dan gugup. Jantungnya seakan-akan hendak meloncat keluar dari dadanya."Lepaskan kami! Kalau nggak, aku bunuh yang besar dulu, baru yang kecil!" Salah satu perampok mengancam dan Kiara merasakan dinginnya pisau menyayat kulit lehernya. Rasa sakit menyebar."Lepaskan mereka! Aku yang jadi sandera!" Ansel berteriak dan maju. Dia berdiri di belakang para perampok. "Aku CEO Grup Golden, aku bisa membawamu keluar dari sini."Perampok itu tidak bodoh. Mengendalikan pria dewasa bukanlah hal mudah. Dia menolak tawaran Ansel.Tanpa ragu, Ansel mengambil batu di dekatnya dan menghantamkannya ke tangan kanannya. Suara tulang patah terdengar nyaring, wajahnya langsung pucat."Tanganku sudah patah, aku nggak bisa melawan. Kalau masih ragu, aku bisa patahkan juga tangan kiriku. Lepaskan mereka dan jadikan aku sandera.""Om ...." Belle bersuara dengan lirih. Air matanya mengalir deras. "Om terluka ...."Kiara melihat momen saat Ansel mematahkan tanganny

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 19

    "Kiara, mikirin apa?" Ansel berbalik dan melihat Kiara menatapnya tanpa berkedip. "Apa ada yang salah denganku?""Nggak, terima kasih untuk hari ini. Belle sangat senang," jawab Kiara pelan. Dia mengantar Ansel ke pintu. "Sudah larut, hati-hati di jalan."Ansel menahan pintu yang hendak tertutup. "Kiara, aku ayah Belle. Merawat dia adalah kewajibanku. Dulu aku memang berengsek, tapi sekarang aku sungguh-sungguh berubah.""Aku paham." Kiara menegaskan dengan tenang. Dia tahu bahwa perubahan Ansel untuk mencintai Belle adalah nyata."Kiara, kamu benar-benar nggak mau kasih aku satu kesempatan lagi?" Ansel menatap dengan penuh cinta, matanya memerah dan basah.Selain saat kecelakaan mobil itu, dia tidak pernah menangis lagi. Sekarang air mata itu muncul lagi, membuatnya terlihat begitu tulus. Andai saja waktu bisa diputar ulang ...."Pak Ansel, aku nggak butuh kesempatan itu. Aku nggak akan menghentikanmu menyayangi Belle. Tapi antara kita, yang telah berlalu biarlah berlalu. Dengan kemam

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 18

    Belle memeluk bonekanya, pura-pura tidak mendengar. "Mama, ayo kita pulang.""Aku antar kalian," kata Ansel.Kiara menolak, "Nggak usah, kami bisa pesan mobil sendiri."Ansel tidak memaksa, hanya mengantar mereka dengan tatapan.Keesokan pagi, Ansel sudah menunggu di lobi hotel dengan bunga segar dan kue di tangan. "Pagi, kalian ada waktu nggak? Kita makan bareng ya?""Maaf, aku nggak sempat." Kiara menolak dan menggandeng Belle pergi. Ansel tetap tidak memaksa, hanya menatap punggung mereka dari jauh.Dia tahu betul, Kiara tak akan memaafkannya dengan mudah. Namun, Ansel tak menyerah, juga tak putus asa.Setiap hari, dia datang ke hotel tempat Kiara dan Belle menginap. Setiap kali, dia membawa hadiah berbeda. Dia yakin suatu hari nanti, mereka pasti akan luluh.Kiara menolaknya setiap kali, tetapi Belle mulai sedikit luluh."Mama, Om datang lagi," kata Belle sambil menunjuk Ansel yang memeluk boneka beruang besar. Dia tampak bersemangat. "Beruangnya lebih besar dari Mama!""Hmm." Kiar

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 17

    "Kiara, temani Belle sebentar ya. Aku masak sebentar saja." Nada suara Ansel terdengar bahagia. Adegan ini sudah sering dia bayangkan dalam mimpi dan sekarang akhirnya menjadi kenyataan.Belle dengan senang hati membuka hadiah-hadiahnya. Ada berbagai macam barang. Boneka, buku aktivitas, LEGO, hewan peliharaan elektronik ....Ketika melihat semua itu, hati Kiara pun terasa perih. Kenapa manusia baru tahu menghargai setelah kehilangan?"Ayo, sudah waktunya makan." Ansel menyajikan hidangan terakhir, melepaskan celemeknya, lalu memanggil Belle dengan penuh semangat.Belle berkeringat dan tangannya penuh warna. Ansel membawanya cuci tangan dulu, lalu mengeringkannya dengan lembut dan menggandengnya ke meja makan."Aku ini suami dan ayah yang payah. Aku bahkan nggak tahu kalian suka makan apa, jadi cuma asal masak." Ansel menyesal, menatap Kiara dengan hati-hati.Dia memasak iga asam manis, ayam filet, tumis selada air, dan sup ikan. Kiara terkejut karena tidak menyangka Ansel bisa masak.

  • Kurelakan Suamiku Bersama Cintanya   Bab 16

    "Maaf, aku harus naik ke panggung." Kiara tak menjawab, hanya melewati Ansel dan berjalan ke atas panggung.Sebagai perwakilan perusahaan, Kiara memperkenalkan produk baru mereka. Dia tampil percaya diri, penuh wibawa, dan menyampaikan materi dengan sangat profesional.Ansel menatapnya, penuh penyesalan. Dia baru sadar bahwa ternyata wanita itu begitu bersinar. Jantungnya yang telah lama mati rasa kini kembali berdebar kencang. Tatapannya tak terlepas dari Kiara.Dia tidak akan menyerah. Dia pasti akan merebut kembali istri dan putrinya."Terima kasih semuanya. Kalau ada yang belum jelas, bisa tanya langsung kepadaku nanti." Kiara mengakhiri presentasi dengan anggun, lalu membungkuk dan turun dari panggung.Belle berlari menghampirinya. Kiara menggandeng putrinya dan menyapa beberapa orang yang mendekat.Ansel hanya berdiri diam di sisi, tak berani menyela. Baru saat semua orang pergi dan hanya Kiara serta Belle yang tersisa, dia memberanikan diri untuk mendekat."Presentasimu luar bia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status