Share

02. Kekuatan Yang Terpendam

Setelah kejadian itu sikap Bagas suaminya masih sama saja acuh, tidak peduli bahkan kepada anak kandungnya sendiri.

Hari-hari Kaysha hanya di penuhi air mata dan siksaan, entah apa yang ada di pikiran Kasyha yang mau bertahan dengan suami seperti Bagas.

Seperti biasa Kaysha bangun sebelum subuh, setelah Shalat dia pun bergegas ke dapur memulai rutinitasnya mulai mencuci, membersihkan rumah sampai memasak.

Ditatapnya malaikat kecilnya yang masih tertidur pulas lalu diciumnya anak itu sehingga dia menggeliat seperti cacing.

Saat masuk ke kamar mandi Kaysha melihat banyak sekali cucian yang menumpuk, bagaimana tidak kakak ipar bersama suami dan anak-anaknya selalu ikut menumpuk cucian mereka di rumah mertuanya.

"Kenapa sih Mbak Bella numpang di sini melulu, keenakan dong di cuci in terus, lebih aku sisihkan saja, toh sama saja salah nggak salah tetap dimarahi," gerutunya dalam hati.

Hampir satu jam Kaysha berkutat di kamar mandi walaupun akhirnya mencuci pun sudah selesai tinggal menjemurnya.

Setelah selesai kembali ke dapur untuk memasak, namun Kaysha bingung mau masak apa hari ini, dilihatnya beras tinggal sedikit, di kulkas hanya ada telur dan tempe.

Waktu terus berjalan dan sudah  menunjukkan pukul enam pagi, dia langsung memasak dengan bahan yang ada, entah nanti suaminya mengeluh atau tidak dia sudah tidak peduli lagi.

 

Kaysha pun memasak nasi goreng, dengan telur dadar dan orak arik tempe.

Setelah siap dan tertata rapi di meja makan, kaysha langsung menjemur pakaian.

Baru satu pakaian di jemur suaminya sudah berteriak memanggilnya dari dalam.

"Kay ... Kaysha di mana kamu?"

Kaysha berlari kecil menghampiri suaminya di dalam.

"Ada apa sih Mas, pagi-pagi sudah teriak-teriak!" jawab Kaysha terengah-engah.

"Kamu lihat ini makanan yang kamu buat, ini melulu, sebenarnya kamu bisa masak nggak sih?" tanya Bagas yang penuh emosi dan melempar nasi goreng itu ke lantai membuat berserakan di mana-mana.

 

"Apa sih ribut pagi-pagi, ganggu orang tidur saja!" teriak Ibu mertua.

"Lihat ini Bu, masa setiap pagi makanan ini melulu, nggak ada variasinya, kamu itu nggak becus jadi istri," sahut Bagus yang masih emosi.

"Mas, kamu sadar nggak sih memang kamu ngasih uang untuk belanja, nggak kan?"

"Alah kamu saja yang nggak pintar mengelola gaji suamimu, buktinya Bella bisa mencukupi kebutuhan rumah tangganya tanpa minta ke Ibu, sedangkan suaminya dan suamimu sama kerjanya, nggak ribet kaya kamu?" sewot ibu mertuanya.

 

"Ya iyalah Bu, tercukupi kalau tiap hari makan dan mengambil lauk pauknya di sini, aku yang masak mereka yang menghabiskan, Ibu nggak sadar atau benar-benar lupa kejadian kemarin?" sahut Kaysha tak mau kalah.

Plak!

"Kamu berani ngomong begitu sama Ibuku, biar bagaimana pun dia itu seperti Ibumu juga, jaga sopan santunmu Kay!" hardik suaminya.

Kaysha memegang pipinya yang masih kemerahan setelah ditampar Bagas.

"Mas gimana sih aku nggak jawab salah jawab sesuai kenyataan juga salah apa sih mau kalian?"

Tiba-tiba Ibu mertuanya melempar segelas air ke muka Kaysha sehingga sekujur tubuhnya basah seketika.

"Byuuurr!"

 

"Rasain kamu, berani sama orang tua, sudah jelas kamu yang salah bentak-bentak saya, nggak punya etika kamu ya, sejak kapan kamu mulai berani sama saya, atau kamu bosan tinggal sama kita, kamu mau di ceraikan Bagas, hah?" timpa Ibu lagi.

"Ada apa sih pagi-pagi sudah ribut?" tanya Bella yang tiba-tiba datang ke rumah ibunya.

"Ya Allah, berhamburan gini, ngapain aja kamu Kay berantakan rumah kaya kapal pecah."

"Terus Mbak Bella mau ngapain kesini, mau cari makanan gratisan lagi?" ejek Kaysha.

"Sembarangan aku ke sini cuma mau lihat kamu masak apa hari ini, biar kita sama-sama masaknya?"

"Nggak ada yang dimasak Mbak, semua sudah di lempar sama Mas Bagas, lagian di kulkas sudah nggak ada bahannya yang mau dimasak!" gerutuku.

"Kok bisa sih Kay, gimana sih kamu jadi istri, aku saja masih bisa menyimpan stok makanan selama seminggu, kita loh sama-sama belanja ke pasar minggu lalu, iya kan Bu?"

"Iya nih boros banget jadi istri lu!" timpa Bagas.

"Kaysha yang sibuk membersihkan bekas lemparan nasi goreng itu dengan telaten tanpa mendengarkan ocehan mereka.

 

Untuk menangis pun sudah tidak ada artinya.

Lalu Bella pergi ke kamar mandi dan mendapati setumpuk cucian punyanya sendiri belum di cuci oleh Kaysha bahkan belum di kasih detergen.

Bella pun lari ke ruang tamu lagi dan siap memarahi Kaysha lagi.

"Kay ... kenapa cucian Mbak kamu biar in gitu aja, itu semua pakaian mahal kalau kamu biarkan begitu bisa rusak nanti, kamu dengar nggak sih Kay?"

"Nggak ada sabun!"

"Ya beli lah."

"Nggak ada uangnya."

"Ngutang lah Kay ... kamu itu ya masa gitu aja perhitungan sama kakak ipar sendiri?"

"Gas, gimana sih istrimu ini, masa sama Mbak perhitungan, kamu tahu kan siapa yang biaya in kamu setelah Bapak meninggal, Mbak kan, masa cuma gara-gara nggak ada sabun nggak bisa nyuci sih?" rengek Mbak Bella ke Bagas.

"Plak!"

"Bagas menampar Kaysha untuk sekian kalinya di sebelah pipi satunya, sehingga kedua pipinya pun terasa panas menjalar sampai ke hati Kaysha.

"Mas, sedikit-sedikit main tampar, aku ini manusia Mas bukan robot yang sesuka kalian perlakukan seperti ini."

"Karena kamu membangkang jadi istri, melawan terus sama suami!” teriak Bagas dengan emosi.

 

"Sudah Bu, kita makan di luar saja, lama-lama di sini rasanya mau muntah lihat dia yang nggak becus ngurus suaminya."

"Terus Gas, cucian Mbak gimana bau dong kalau nggak di cuci, sedangkan jari tangan Mbak baru selesai di cat kuku , nanti rusak?" rengek Bella.

"Suruh Kay aja yang nyuci daripada bengong di rumah," timpa Ibu mertua dengan sewot.

Kay yang baru selesai membersihkan lantai langsung berdiri dan langsung pergi ke luar.

"Loh, Kay kamu mau ke mana?"

Entah keberanian dari mana Kaysha melawan mereka.

"Aku mau ke rumah Mbak Bella!"

"Apa-apaan kamu Kay?"

Kaysha nampak nya tidak peduli, dia langsung pergi ke sana diikuti Bagas dan mertuanya.

Setelah tiba di sana Kaysha langsung membuka pintu dan berlari ke kulkas.

Tanpa segan-segan dia mengambil semua bahan makanan yang tersusun rapi di kulkas itu, lalu dia mencari plastik dan dimasukkan semua bahan makanan itu ke dalam kantong plastik itu.

"Kay ... ngapain kamu, mau ngerampok ya?" sahut suaminya Bella.

"Apa bedanya dengan kalian yang makan gratis di rumahku tanpa seizinku?"

"Apa maksudmu Kay?"

"Tanya saja sama istri Mas Sigit, memang Mas nggak sadar apa setiap hari pagi siang dan malam Mbak Bella itu datang bawa makanan dari rumah Ibu, padahal itu buat makan di rumah tapi Mbak Bella selalu mengambil tanpa sepengetahuanku, sekarang gantian," jawab Kay dengan ketus.

"Jangan ambil makananku Kay, itu punyaku," teriak Mbak Bella.

"Dengan cekatan Kaysha mengikatnya lalu pergi ke dapur di lihatnya di lemari deterjen dan pewangi pakaian bertengger dengan baik, lalu dimasukkannya juga ke dalam kantung plastik.

 

Setelah terasa cukup, saat hendak diambil dari tangan Kaysha, ternyata Kaysha sudah mengambil pisau dapur dan mengancam mereka agar tidak mendekat.

"Kamu sudah gila Kay, kamu mau membunuh kami?"

"Ya, kalian yang membuat aku seperti ini, jadi jika kalian berani ayo maju, kamu tau kan Mas aku ini juara karate, aku hanya nggak mau menyerang kalian, tetapi jika terpaksa kenapa tidak?"

Mereka pun mundur teratur dan membiarkan Kaysha membawa semua makanan dan detergen itu.

Mendengar keributan itu para tetangga bermunculan dan mulai berbisik-bisik.

"Wah seru nih pagi-pagi ada yang viral,” ucap Bu Leni.

"Hus, nggak boleh gitu kita ini tetangganya jadi kalau ada yang salah kita tegur," timpa Bu Siska.

"Hey Bu, kenapa toh ribut-ribut?" tanya Bu Lastri.

"Ini loh menantu nggak tahu diri masa mau membunuh kita hanya karena masalah sepele?"

"Apa Ibu bilang masalah sepele?"

 

"Dengar ya Bu Lastri dan ibu-ibu yang lain suami dan mertua serta kakak ipar selama ini telah menzalimi saya."

"Saya dijadikan pembantu bagi mereka, bahkan kakak ipar saya yang nggak tahu malu ini numpang hidup sama saya dari makanan, nyuci, bersih-bersih semuanya tapi nggak mau keluar uang, giliran uang habis ditangan saya malah Mas Bagas memarahi saya bahkan tak segan-sega memukul, menampar saya."

Kalian tahu saya bisa saja melaporkan ke polisi tentang tindak kekerasan terhadap istri, dan kamu Mas bisa masuk penjara, mengerti kamu Mas?" jawab Kaysha dengan lantang.

"Eh Bu Ratna yang dikatakan Kaysha memang benar Bu, bahkan kalau kami menjadi saksi pun kami siap, karena saya perhatikan semakin hari semakin buruk ya kelakuan Ibu dan keluarga," sahut Bu Leni.

"Iya Bu, jangan sampai gara-gara ini kalian di usir loh dari kampung sini, kami sudah mengenal puluhan tahun keluarga Ibu di sini tapi bukan berarti kalian seenaknya membuat menantu kalian seperti itu," ucap Bu Lastri dengan geram.

"Tuh lihat Kaysha kurus kering, pucat nggak ke urus badannya, Ibu nggak kasihan, hati-hati loh Bu roda kehidupan selalu berputar," sahut Bu Siska.

Mendengar ucapan para tetangga dekat yang selalu melihat perlakuan ibu mertuanya terhadap Kaysha, mereka pun masuk ke rumah tanpa berkata-kata lagi dan membanting pintu dengan keras.

Ibu-ibu itu pun menghampiri Kaysha dengan tatapan sedih.

Dipeluknya Kaysha bergantian lalu mereka berkata, "Kay kamu kok mau sih hidup sama mereka, kamu itu bodoh kok dipelihara?" tanya Bu Leni yang ceplas ceplos.

 

Kaysha hanya memberikan senyuman kepada mereka.

"Apa mereka berbuat jahat sama kamu, Kay?"

"Buat apa kamu bertahan Nak, buat siapa?"

Mendengar itu tak terasa bulir-bulir air mata Kaysha membasahi pipinya dan tanpa sadar anak semata wayangnya telah berdiri di belakang ibunya.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status