Share

Kusembuhkan Lukamu Dengan Bismilah
Kusembuhkan Lukamu Dengan Bismilah
Author: Meriatih Fadilah

01. Suami Kejam

Seorang wanita duduk dengan berlinang air mata. Entah sudah berapa lama wanita itu duduk di pinggir ranjang yang terbuat dari bambu itu.

Bahkan darah segar yang keluar dari bibirnya pun sudah mengering. Tidak ada yang memedulikannya, tidak ada yang menolongnya hanya seorang bocah laki-laki yang berumur empat tahun yang selalu menemaninya.

"Bunda, kenapa kok nangis?" tanya bocah itu.

"Eh anak Bunda baru pulang, gimana mengajinya sudah lancar atau belum? tanya Kaysha balik.

"Kok pertanyaan Fatih, nggak di jawab?" anak kecil itu menunggu jawaban ibunya.

"Nggak apa-apa sayang, sana cepat ganti pakaian terus makan ya, jangan lupa cuci tangan yang bersih, terus berdoa,” perintah Kaysha sembari membelai rambutnya

"Iya Bunda,” jawabnya tersenyum kecil lalu berlari kecil menuju kamar kecilnya.

"Fatih tunggu sebentar!" Langkahnya terhenti saat Kasyha memanggilnya.

"Ada apa Bunda?" Dia menoleh ke belakang.

"Kok Fatih tadi nggak ngucapin salam masuk ke rumah?" tanya Kaysha bingung.

"Emm ... Bunda gimana sih, tadi Fatih sudah ngucapin Assalamualaikum ... tapi Bunda diam aja nggak nyahut-nyahut," jawab Fatih dengan polos.

"Iya kah, kalau gitu maaf in Bunda ya sudah marahi Fatih tadi."

"Iya Bunda."

Segera Kaysha bangkit dari tempat itu, dan bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk anak semata wayangnya.

 

Walaupun seluruh tubuh masih terasa sakit, dan banyak luka di tubuhnya, akibat perlakuan kasar suaminya, namun Kaysha tidak ingin menampakkannya di depan Fatih.

Tak lama Fatih kembali dengan memakai kaos kesukaannya berwarna biru muda itu.

"Hari ini Bunda masak apa?"

"Maaf ya Sayang, Bunda hanya membuatkan Fatih tempe orak arik, nggak ada bahan makanan yang lain," jawab Kaysha dengan sedih.

"Terus kenapa Bunda minta maaf, Bunda ‘kan nggak salah apa-apa?" jawabnya dengan polos.

Lalu Fatih menghampiri Kaysha dan memeluknya dengan hangat.

"Bunda, Fatih suka kok semua masakan Bunda walaupun hanya ini saja, pokoknya Bunda jangan sedih apa pun yang Bunda masak pasti Fatih makan."

Bunda jangan nangis nanti Fatih jadi ikutan," sahut bocah itu sehingga Kaysha tak kuasa menahan gejolak di dadanya dan tambah menangis atas perkataan anaknya itu.

 

Fatihian Al Ayubbi itu adalah nama yang di berikan oleh Kaysha ibunya. Berharap nama yang artinya anak laki-laki yang akan menjadi pahlawan dengan penuh keberhasilan.

Namun di kehidupannya malah Fatih di sia-siakan oleh ayah kandungnya sendiri.

"Kaysha!" terdengar suara teriakan dari luar yang menggema.

Dia pun berlari kecil menghampiri ibu mertuanya di depan.

"Iya, Bu ada apa?" jawabnya dengan pelan.

 

"Ada apa, ada apa, kamu nggak lihat apa, jemuran kenapa nggak di angkat, ini sudah jam berapa Kay, sudah jam empat sore, sudah banyak kuman beterbangan, pasti nempel lagi di jemuran!" teriaknya.

"Kamu itu bukan putri raja yang hanya duduk manis di rumah, jangan lupa ya tugas-tugasmu di rumah ini," terangnya lagi yang masih tersulut emosi.

"Maaf Bu, Kay tadi lupa!”

"Lupa, lupa itu terus jawabanmu, nggak ada yang lain kreatif sedikit kenapa, malas kek, apa kek, kamu itu masih muda masa bawaannya lupa melulu sih," ucapnya lagi dengan kesal.

"Jika pakaian saya berbau kamu harus cuci kembali, saya nggak mau ya punya menantu lelet banget kaya kamu, sudah nggak bisa di andalin, numpang di rumah mertua, nggak ada gunanya sama sekali kamu jadi orang."

"Saya pikir setelah menikahkan kamu dengan anak saya hidup kita yang miskin ini terangkat eh malah menjadi melarat, nyesal saya!"

Ibu mertuanya pun menyelonong masuk ke dalam meninggalkan Kaysha yang masih mematung di teras depan rumah.

Ingin rasanya menangis kembali, tetapi di urungkan oleh Kaysha karena ia pikir buat apa lagi menangis tidak ada gunanya.

Hanya senyuman yang terlukis di wajah anaknya, yang menjadi semangat hidupnya sekarang.

Fatih menghampiri Ibunya. "Kenapa Bunda menangis lagi 'kan tadi sudah Fatih peluk, masih kurang?" tanyanya.

"Siapa bilang Bunda nangis, cuma tadi kelilipan ada pasir masuk di mata Bunda, tapi sekarang sudah hilang kok," jawab Kaysha berbohong.

"Terus kenapa Mbah marah-marah sama Bunda pakai teriakan segala kaya tarzan?"

 

"Hus, nggak boleh ngomong begitu, nggak baik."

"Embah 'kan memang kaya gitu, bukan marah-marah cuma cara ngomongnya begitu, Nak."

"Sudah selesai makannya?"

"Sudah dong."

"Bunda, Fatih mau ke kamar dulu mau belajar menggambar ya ...."

"Iya sudah sana."

Di tatap lekat tubuh Fatih dari belakang sampai hilang dari pandangannya.

Kaysha pun bergegas  mengambil jemuran itu dengan cekatan, karena tak ingin di marahi lagi oleh ibu mertuanya.

Tiba-tiba kakak iparnya datang ke rumah Ibu mertuanya yang tak lain adalah kakak kandung dari Bagas suami Kaysha.

Rumah Bella  berdekatan dengan ibunya hanya berjarak dua rumah dari sini. Jadi sangat memudahkan Bella untuk keluar masuk di rumah ini.

"Kenapa kamu, pasti habis di marah in ibu ya, kamu sih kalau sudah tugas dan kewajibanmu mbok ya jangan sampai lupa belum tua sudah pikun," ledek kakak iparnya Bella.

"Terus kenapa lagi tuh muka babak belur gitu, pasti kamu buat salah lagi kan, kamu itu jadi istri itu nurut apa kata suamimu, adiknya Mbak, rasain kamu sakit deh!" sungutnya dan berlalu meninggalkan Kaysha yang masih mengangkat jemuran.

Hanya diam dan diam, menangis entah sudah sekian kalinya.

Setelah selesai mengambil jemuran lalu membawanya masuk dan langsung di setrika hari itu juga.

 

Jemuran itu tidak hanya kepunyaan ibu mertua dan suaminya saja, tetapi melainkan punya kakak ipar dan suaminya beserta ke tiga anaknya yang mulai beranjak remaja.

Bisa di bayangkan pakaian setumpuk seperti gunung menjulang tinggi harus di cuci memakai tangannya yang dulu halus kini berubah menjadi kasar.

Semua harus di setrika dan rapi. Hanya pakaian Kaysha dan anaknya yang tidak pernah di setrika sehingga kelihatan kumal dan kusam.

Begitulah setiap harinya, dia hanya pasrah atas perlakuan mereka.

Berpeluh keringat sudah membasahi jilbabnya, tetapi setrikaannya belum kunjung selesai, bahkan hampir mendekati pukul lima sore waktunya berjibaku di dapur.

Segera dia tinggalkan sementara setrikaan itu, dan langsung menuju dapur untuk memasak.

Sebenarnya keluarga Bagas suaminya itu tidakkah terlalu miskin di kampungnya, hanya saja mertua Kaysha yang tidak ingin di pandang sebelah mata.

 

***

Dengan cekatan Kaysha memasak terong balado dan tumis pare, itu adalah makanan kesukaan suaminya.

Setelah selesai masakan itu dia lalu menaruhnya di atas maja makan dan di tutup dengan tudung saji. Dia pun  melanjutkan menyetrika pakaian mereka.

Tepat jam enam semua setrikaan hampir selesai,  tetapi begitu lelahnya ia pun duduk sebentar untuk mengistirahatkan tangan dan kakinya.

Namun belum ada lima menit terdengar kembali suara teriakan dan kini bukan ibu mertuanya tetapi suaminya yang baru pulang bekerja.

"Kaysha, di mana kamu,  ke sini cepat!" titah suaminya dengan geram.

Wanita itu berlari menemui sang suami yang sudah terlihat sangat marah.

"Ada apa, Mas?" tanyanya.

"Sini kamu, dasar nggak tahu diri ya kamu, mana makananku, mengapa tidak ada di meja makan, kamu masak apa nggak sih atau kamu makan berdua dengan anak kamu yang gendut itu?" teriaknya.

 

"Loh ... aku sudah masak Mas terong balado dan tumis pare kesukaan mu Mas, bahkan aku dan Fatih cuma makan sisa tempe orak arik yang tadi pagi."

 

"Bohong kamu Kay, mana buktinya ibu saja mau makan nggak ada, ngapain aja sih kamu di rumah, tadi masalah jemuran belum di angkat sekarang makanannya Bagas kamu nggak masak, kamu maunya apa sih?" tanya mertuanya dengan tatapan sinis.

"Plaak!"

Sebuah tamparan mendarat di pipi Kaysha, ia pun merintih kesakitan.

"Kamu berani berbohong rupanya, aku ini capek, lapar mau makan ternyata nggak ada makanan di rumah, dasar nggak becus jadi istri tahu begini aku nikahin saja si Monik biar janda tapi tajir melintir daripada kamu katanya orang kaya tapi bohong," gerutunya dengan tatapan sinis.

 

"Sudah Bu, biar aku beli makan dulu, ibu mau juga nggak biar sekalian?"

"Ya maulah, orang lapar," sahut ibu dengan ketus.

"Sumpah Mas, aku memang masak kok, sudah ku taruh di meja semuanya tinggal makan, buat apa aku bohong, Mas?"

"Mana buktinya Kaysha, nggak mungkin kan di ambil kucing, tuh lihat bekasnya saja tidak ada," ucap ibu mertuanya.

"Mungkin di ambil Mbak Bella kali Bu, makanannya?"

"Plak!"

"Kamu seenaknya ya nuduh anak saya si Bella yang mengambil makananmu, kurang ajar kamu dasar menantu tidak tahu diri."

"Mana mungkin anak saya maling punya saudaranya sendiri, dia itu saya didik untuk tidak mengambil punya orang lain sebelum minta izin sama orangnya, kalau kamu tuduh begitu berarti kamu menuduh ibu yang habiskan makanan itu."

"Bukan begitu Bu, maksudnya ...."

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

"Wah lagi ngumpul ya."

"Oh ya Kay, tadi aku ambil masakanmu terong balado sama tumis pare enak banget loh, sampai-sampai anak dan suamiku makannya lahab banget, nanti buatkan lagi ya, nih piring dan mangkoknya sudah kucuci bersih," terang Mbak Bella sambil menyodorkan piring dan mangkok itu ke tangan Kaysha.

"Oh jadi Mbak Bella yang mengambil masakanku, kenapa nggak ngomong sih mbak?" tanya Kaysha dengan geram.

"Ya maaf habis kelihatan enak sih jadi aku ambil aja langsung," jawabnya santai.

"Tuh, dengarkan Mas, Ibu bukan aku yang salah tapi Mbak Bella yang mengambil makananku tanpa seizinku, sekarang salah aku di mana Mas?"

"Ibu, katanya nggak mungkin anak saya bla bla ... tapi Ibu dengar sendiri kan omongan Mbak Bella?"

Lalu Kaysha meninggalkan mereka yang terdiam atas penuturannya.

Kaysha pun mungkin sudah lupa apa itu bahagia.

Penyesalan memang datang terlambat, nasi telah menjadi bubur, andai waktu bisa di putar kembali mungkin Kaysha tidak ingin menikahi Bagas yang sudah di pacarinya selama satu tahun melalui perkenalan saat Kaysha pergi ke kantor sewaktu menggantikan ayahnya yang sedang sakit.

Jika saja Kaysha menuruti kedua orang tuanya agar tidak menikahi Bagas yang hanya bekerja sebagai office boy di perusahaan ayahnya Kaysha.

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
lina ardiana
berarti kaya dong...kok mau2 nya disiksa dan jadi babu di rumah sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status