Share

03. Tidak Bisa Masuk Rumah

Kedua tangannya mengepal, tatapannya tajam ke depan dengan mulut sedikit mengerucut.

Ibu Siska yang melihat duluan langsung menegur dan menghampiri Fatih yang berdiri dalam diam.

Kaysha dan Ibu-ibu yang  lain juga langsung menoleh ke arah Fatih, dan tentunya sebagai ibunya dia langsung memeluk dan mencium anaknya berkali-kali.

"Fatih kok diam kenapa Nak?"

"Apa Bunda sayang Fatih?"

"Tentu sayang lah Nak, buat apa hidup kalau nggak ada Fatih di samping Bunda."

"Kalau begitu tinggalkan mereka Bunda!"

"Kaysha terperanjat dan kaget atas ucapan Fatih barusan begitu juga dengan ibu-ibu yang lain.

 

Anak sekecil itu sudah mengerti urusan orang dewasa. Fatih selalu melihat ibunya selalu disakiti walaupun dia mengurung diri di kamar namun ikatan batin mereka sangatlah kuat.

"Fatih kok ngomongnya begitu siapa yang mengajari Nak?" tanya Kaysha dengan kelembutan.

"Wajah ini Bunda," Fatih memegang wajah Kaysha dengan kedua tangan kecilnya.

 

"Maaf in Fatih, Bunda."

"Fatih belum bisa membahagiakan Bunda, tapi Fatih janji jika sudah besar nanti Fatih akan jaga in Bunda dengan baik."

Mendengar ucapan Fatih, Kaysha langsung mencium dan memeluk tubuh tambunnya.

"Ih sudah dong Bun, nggak enak dilihat orang malu, Fatih kan udah gede!"

Ibu-ibu lain pun terharu dan seketika tertawa mendengar celoteh anaknya.

 

"Kay, kamu kasih makan apa toh, kok pintar banget pemikirannya kaya orang gede aja deh," sahut Bu Siska tetangga samping rumahnya itu.

Kaysha hanya mengulas senyum, walaupun hati dan perasaan sudah tercabik-cabik tetapi wajahnya selalu tersenyum, itulah yang membuat para tetangga sangat menyayangi Kaysha semenjak pertama kali menginjak di rumah mertuanya itu.

Sikap yang lemah lembut, humoris, pandai membawa diri adalah sifat Kaysha yang tak pernah hilang walaupun dirinya sudah lupa bagaimana caranya tertawa.

Namun dengan kehadiran Fatih dalam hidupnya, membuat dia harus bertahan sampai benar-benar ia tak sanggup lagi dalam mengarungi biduk rumah tangganya.

"Lebih baik kamu tenangkan pikiranmu Nduk atau kamu dan anakmu di rumah saya saja, daripada di rumah ini, makan hati Nduk,” sahut Ibu-ibu yang lain

 

"Betul kata Fatih, buat apa kamu bertahan dalam rumah tangga yang tidak sehat ini, Ibu tahu kamu ingin membuat Fatih mempunyai keluarga yang lengkap, tapi dengan kamu di siksa begitu?"

"Kasihan Fatih Nduk, kasihan dengan mental dan fisiknya jika setiap hari melihat dan mendengar ibunya selalu disakiti, disiksa, dia akan membatin dan mengingatnya sampai dewasa nanti," ucap Bu Siska yang menasihati Kaysha.

"Terima kasih Bu, atas perhatiannya, saya masih bisa bertahan doakan saja semoga keluarga Kaysha sadar Bu."

 

"Mau sampai kapan Nduk, kamu bertahan, kamu nggak kasihan dengan anakmu?"

"Ada waktunya Bu, sebentar lagi."

"Baiklah jika itu keputusanmu, tetapi jika ada apa-apa langsung kamu kasih tahu kami, jangan sungkan-sungkan, ya?" sahut Bu Siska.

"Iya terima kasih banyak Bu, kalian sangat mengerti keadaan saya, kalau begitu saya masuk dulu, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam.

Kaysha dan Fatih pun masuk ke dalam rumah itu lagi, walaupun Fatih enggan masuk lagi, tetapi melihat Bunda yang menyuruhnya terpaksa mengikuti langkah kaki Bundanya itu.

 

"Hebat kamu Kay, sudah mempengaruhi para tetangga di sini untuk melawan kami, kamu pakai ilmu pelet ya, hah?" tanya Ibu mertuanya.

"Astagfirullah Bu, Kay nggak pernah pakai begituan buat apa, jika Kay pakai sudah dari dulu Kay nggak mau diperbudak sama kalian!"

"Sudah-sudah, aku mau pergi, mau makan lapar."

"Ibu mau ikut apa nggak, bosan aku lihat Kaysha tiap hari, semakin hari semakin kurus, jelek lagi, kamu itu nggak pintar merawat diri sih, ya mau gimana kalau suamimu yang ganteng ini nanti kepincut wanita lain.

"Terserah mu lah Mas, mau jungkir balik kek, mau punya istri lagi, nggak ngaruh yang penting ceraikan saya, saya juga nggak butuh laki-laki seperti kamu Mas, percuma juga punya suami kaya sampean!"

"Berani kamu ngomong gitu sama suamimu Kay?" hardik Ibu mertuanya.

Plak!

 

Sekali lagi tamparan mendarat di pipi Kaysha.

Bagas lalu mendorongnya sampai ke pintu kamar dan terjatuh menyisakan sakit di bagian punggung belakang.

Lalu mereka meninggalkannya seorang diri bersama Fatih. Memang dirinya tidak ingin anaknya Fatih terkena tamparan oleh suaminya, sehingga dia selalu menyuruh Fatih tetap di dalam kamar selama mereka bertengkar.

Pintu kamar langsung terbuka dan mendapati Bundanya duduk di lantai dengan tangannya memegang punggung belakang dan merintih kesakitan.

Dihapusnya air mata Kaysha dengan tangan mungilnya.

 

"Bunda nggak apa-apa?" celotehnya.

"Iya, cuma sedikit sakit di belakang," jawabnya sambil tersenyum.

Kaysha pun mencoba berdiri di bantu Fatih dan duduk di bangku.

Segera Fatih memberikan segelas air kepada Bundanya.

"Terima kasih Sayang."

"Iya Bunda sama-sama."

Mereka pun berpelukan kembali.

"Fatih lapar kan dari tadi belum makan?"

"Makan pakai apa Bunda nasi gorengnya udah dibuang sama ayah," jawabnya dengan muka cemberut.

 

"Tenang saja sayang, sengaja Bunda pisahkan nasi goreng sama lauknya, pasti ayahmu nggak suka makanan ini."

"Wah hebat deh Bunda, makasih ya Bunda memang terbaik!" celotehnya sambil meniru film kartun kesukaannya Boboboy.

 

Mereka pun makan dengan lahap walaupun dengan makanan seadanya tetapi bagi suaminya itu adalah makanan yang tidak layak di makan.

Setelah selesai Kaysha kembali melanjutkan menjemur pakaiannya yang tadi tertunda, lalu mencuci punya kakak iparnya.

***

Setelah selesai Kaysha mendatangi rumah Kakak iparnya yang sedang asyik menonton televisi.

"Assalamualaikum Mbak!"

"Walaikumsalam, ngapain kamu ke sini lagi, mau mempermalukan aku lagi?" ucapnya dengan kesal.

"Nggak lah Mbak, ini cuciannya Mbak tinggal jemur, dan ini yang terakhir ya Mbak, jangan Mbak taruh lagi di rumah Ibu," ucap Kaysha sambil menaruh dua ember besar di depan pintu rumah kakak iparnya itu.

"Suka-sukaku lah mau taruh di mana, itu kan rumahku juga," jawabnya dengan sewot.

"Ya sudah terserah Mbak lah yang penting aku sudah kasih tau ya, jangan sampai aku berbuat nekat loh Mbak, permisi."

"Assalamu’alaikum!"

"Huh ... dasar, Walaikumsalam!"

Tak terasa hari sudah siang, tetapi suami dan ibu mertuanya juga belum pulang.

 

Dengan santai Kaysha memasak opor ayam, baunya juga sudah tercium ke luar rumah dan sampai di hidung Bella kakak iparnya itu.

Bella pun datang lagi ke rumah dengan membawa panci berukuran sedang, tetapi begitu sampai di rumah ibunya dia tidak bisa masuk seperti biasa karena Kaysha sudah menguncinya dari dalam.

Kaysha dan Fatih pun sedang menikmati hidangan makanan yang dibuat tadi.

"Kay ... buka pintunya aku mau masuk!"

"Dor! Dor! Dor!

"Kamu dengar nggak sih, buka atau ku dobrak pintunya!"

"Dobrak aja Mbak, mau tahu bagaimana cara dobraknya?" jawab Kaysha sambil tertawa bersama Fatih.

"Kurang ajar kamu Kay ...." teriaknya dari luar.

 

Kaysha pun menutup pintu belakang dapur maupun jendela, sehingga Bella tidak bisa masuk di pintu mana pun.

Akhirnya dia hanya duduk di teras rumah sambil memegang ponselnya untuk menelepon seseorang.

 

Melihat anaknya makan dengan lahap membuat Kaysha kembali menangis dan di dapati oleh Fatih yang ikut menangis juga.

"Ih Bunda cengeng masa nangis melulu?"

"Fatih kan jadi ikutan nangis!"

Iya deh Bunda minta maaf, ya udah makan lagi, sebelum yang lain datang."

 

"Siip Bunda!"

Tak lama kemudian, setelah selesai makan terdengar suara pintu di kedor dengan keras.

Kaysha pun langsung membuka pintunya dengan santai.

Ternyata kakak iparnya Bella menelepon ibunya yang dari tadi pagi pergi bersama Bagas.

"Dasar kamu menantu nggak tahu diri, ngapain kamu kunci segala rumah ini, kasihan kan Bella nggak bisa masuk ke dalam, biar bagaimanapun dia itu masih anak kandung saya jadi wajar dong dia datang ke rumah ini," ucap ibu mertuanya dengan emosi.

 

"Iya tahu Bu, tapi lihat-lihat juga dong masa datangnya kalau jam makan sih, aku kan perlu istirahat juga Bu!"

"Alah alasan saja, sudah sana minggir, ingat ya jangan kamu ulangin lagi!"

 

Mereka pun masuk dan mendapati makanan yang tadi tercium oleh Bella ternyata sudah habis menyisakan kuahnya saja.

"Tuh kan Bu, sudah habis makanannya padahal harum banget baunya sampai perut ini sakit, Ibu sih kelamaan datangnya," gerutu Bella.

 

"Kok nyalahin Ibu sih, tuh salah in Kaysha kenapa juga main kunci segala," sahut Ibu dengan sewot.

"Gara-gara kamu Kay aku nggak bisa makan," bentak Bella dan pergi begitu saja ke luar rumah.

"Kamu itu ya sekarang ngelunjak, kamu mau saya usir dari rumah ini, mau kamu di ceraikan Bagas, hah!"

 

"Sekarang mana buktinya Bu, mana Mas Bagasnya segera talak Kay dulu baru aku pergi dari neraka ini," ucap Kaysha tak kalah emosi.

"Oke kita tunggu Bagas pulang siap-siap kamu angkat kaki dari rumah ini."

 

"Oke Bu aku nggak takut walaupun mati kelaparan di luar lebih baik daripada mati di tindas kalian," jawab Kaysha dengan lantang.

Waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tetapi orang yang di tunggu juga belum kelihatan batang hidungnya.

Namun ketika Kaysha ingin mengunci pintu tiba-tiba Bagas suaminya datang dengan membawa seorang wanita, siapakah dia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status