Share

04. Membawa Istri Simpanan

"Siapa dia Mas, kenapa kamu bawa ke rumah ini?" tanya Kaysha degan penasaran.

"Apa urusanmu?" jawab Bagas dengan emosi.

"Memang nggak ada, tetapi setidaknya jika kamu berbuat yang aneh jangan di sini, apa kata tetangga?"

"Nggak ada urusan sama tetangga ya, suka- sukakulah mau bawa siapa?"

"Perkenalkan nama saya Clara Fransisca."

"Maaf, Mbak  tadi suaminya Mbak tidak sengaja motornya menabrak mobil saya."

"Oh maaf Mbak saya pikir temannya suami saya, terus kenapa nggak ke rumah sakit Mbak kalau ada yang luka," tanya Kaysha dengan heran.

 

"Saya yang nggak mau ke rumah sakit, trauma Mbak apalagi baunya jadi pingin muntah, tapi sakitnya nggak terlalu parah kok, cuma lecet sedikit," kata wanita itu.

"Kenapa nggak di antar ke rumahnya sih Mas, kasihan jadikan bisa langsung istirahat dengan tenang di rumahnya," tanya Kaysha dengan penuh selidik.

 

"Saya yang mau di antar ke sini sekalian silaturahmi dengan Mbaknya."

"Kalau boleh saya menginap sehari saja di sini, saya takut pulang sendiri lagian sudah malam, boleh 'kan Mbak?"  tanya dengan manja.

"Maaf Mbak, saya sebenarnya nggak keberatan situ menginap di sini toh ini bukan rumah milik saya, cuma aneh saja dari tadi seharusnya Mbak itu kalau takut rumah sakit mbok ya di antar ke rumah Mbaknya sendiri, ngapain juga mau silaturahmi malam-malam kaya nggak ada pagi saja," gerutuku.

"Kaysha, apa-apaan kamu, dia itu tamu, tamu itu adalah raja, terserah aku dong mau bawa siapa?"

"Terserahmulah Mas."

"Oh ya Kay tolong siapkan kamar di ruang tamu, biar Clara bisa istirahat langsung di kamarnya," titah Bagas suaminya.

 

"Maaf Mas, aku ngantuk dari tadi nungguin kamu pulang, jadi Mas saja yang siapkan aku mau tidur sama Fatih."

"Lah siapa suruh nungguin aku?" tanya Bagas dengan emosi.

"Siapa suruh lama datangnya, aku kan mau kunci pintu, nanti kalau nggak di kunci aku kena marah lagi," jawab Kaysha dengan suara nyaring.

 

"Dasar istri tak berguna, kerjanya melawan terus," hardik Bagas.

Kaysha pun masuk tanpa memedulikan suami dan teman wanitanya itu.

Tak di pungkiri wanita itu sangat cantik, berkulit kuning langsat, rambutnya hitam legam di biarkan terurai dengan lembut, bulu mata yang lentik di ditambah mata bulat yang besar berwarna hitam, alis hitam dan bibir kecil yang seksi, di tunjang dengan tubuh tinggi semampai bagai peragawati.

 

Pria seperti Bagas atau pria lain pasti sangat memujinya apalagi dengan pakaian kurang bahan sehingga memperlihatkan lekuk tubuh yang ideal.

"Eh ada tamu, siapa ini Gas, cantik banget, kenalin dong sama ibu, kaya orang tajir?" tanya Ibu semringah melihat wanita anggun dan seksi itu.

"Kenalin Bu, ini namanya Clara, sebenarnya dia cem-ceman Bagas Bu," jawabnya dengan santai.

 

"Oh maksudmu istri simpanan kamu gitu?"

"Shuuut ... jangan keras-keras Bu, nanti kedengaran Kaysha," sahut Bagas dengan berbisik kepada ibunya.

"Kenapa harus di sembunyikan kalau kalian memang sudah menikah, 'kan Ibu bisa usir menantu Ibu yang kurang ajar itu, ngapain pelihara dia, katanya orang kaya tapi setelah kalian menikah malah nggak dapat apa-apa dari papahnya, malah nggak di anggap anak kandung lagi."

"Sabar dong Bu, kita masih butuh tenaganya, biarin aja dia jadi babu di sini kalau ada yang gratis kenapa nggak?"

"Terus sejak kapan kalian menikah dan di mana kok Ibu nggak di kasih tahu sih pakai rahasia segala?" sahut ibu dengan sedikit berbisik.

 

"Iya maaf Bu, kami sudah menikah 4 bulan yang lalu, tapi masih nikah sirih belum resmi tunggu anakku lahir lah Bu," jawab Bagas dengan santai.

"Jadi Clara ini hamil anakmu?" tanya Ibunya yang sedikit kaget.

"Ya iyalah Bu, masa sama orang lain," jawab Bagas dengan senang.

 

"Terus kalau Kaysha tanya gimana masa Ibu bohong sih dosa tahu?" jawab Ibunya sewot.

 

"Alah kaya nggak pernah Ibu bohong saja," goda Bagas.

 

"Ya sudah terserah kalian, memang kalian bertemu di mana kok tiba-tiba sudah jadi istrimu Gas, Ibu masih bingung?"

"Biar Clara yang cerita Mas," jawabnya dengan senyuman manisnya.

"Begini awalnya sih nggak sengaja motornya Mas Bagas menabrak mobil saya, terus namanya juga pandangan pertama saya suka dengan Mas Bagas."

"Ternyata Mas Bagas suka juga dengan saya, singkat cerita kami saling bertukar nomor HP lalu pendekatan sampai maaf Bu kami melakukan ...."

"Iya Ibu mengerti nggak usah di bahas," jawab ibunya Bagas dengan tersenyum simpul.

"Sampai akhirnya saya di nyatakan hamil dan Mas Bagas sanggup dan menerima saya sebagai istri keduanya."

"Kami menikah hanya di saksikan oleh keluarga terdekat saya saja Bu, soalnya waktu itu secara mendadak semua, bahkan sampai-sampai ibu saja tidak dikabari."

"Cuma saya mau Mas Bagas menceraikan istri pertamanya Bu, supaya saya bisa di terima lagi di keluarga saya, kalau nggak saya akan di coret dalam alih waris keluarga saya, karena saya di anggap mencoreng nama keluarga karena hamil di luar nikah dan ternyata laki-laki yang menghamili saya sudah mempunyai istri dan anak."

 

"Itu adalah syaratnya Bu yang harus dilakukan sehingga keluarga saya tidak malu akan status."

"Memang rencananya kapan kamu mau menceraikan Kaysha, Gas?" tanya Ibunya.

 

"Pengennya sih setelah Clara melahirkan, kasihan dong  Bu, istriku yang cantik ini mengurus bayi kita sendiri, suruh saja si babu itu yang ngurus daripada kita bayar Baby siter lebih baik uangnya di simpan saja buat keperluan lain, gimana menurut kalian?"

 

"Kalau Ibu sih setelah kamu cerai kasihkan saja anakmu sama dia biar dia yang merawat, toh kamu juga nanti beliin dia rumah, mobil atau uang jadi nggak mungkin dia nggak setuju, orang dia suka sama anak-anak kok," sahut ibu mertua ikut memberi ide.

 

"Ibu tenang saja berapa pun yang di minta Mbak Kaysha saya penuhi mau rumah, mobil, uang apa pun saya akan berikan asalkan Mas Bagas menjadi milik saya seutuhnya."

 

"Kita lihat saja nanti,  yang jelas setelah anak ini lahir kita akan ke kota, dan mengurus surat cerai kamu Mas, soalnya nggak mungkin kan aku tinggal lama-lama di sini bau, kotor euh menjijikkan, sempit lagi apalagi aku sedang hamil, tapi mau ke mana lagi orang yang menjadi suamiku tinggal di sini," gerutu Clara.

Mendengar cerita yang di lontarkan Clara menantu dadakannya, ibu mertua Kaysha sangat senang karena akhirnya yang diidam-idamkan mempunyai menantu kaya raya akan terwujud.

"Kalau gitu Ibu malah setuju lebih baik lebih bagus toh, terus kita keluar dari kampung dan pindah ke kota jadi para tetangga di sini nggak gosipon kita, Ibu capek tinggal di sini walaupun ini rumah peninggalan ayahmu yang miskin itu lebih baik Ibu relakan saja rumah ini toh sudah pada jabuk semua, gimana usul Ibu, bagus toh?"

 

"Iya Bu, saya setuju saja kalau Ibu mau ya nggak apa-apa, terserah Ibu mana baiknya," jawab Clara dengan senang hati karena diperlakukan baik oleh Ibu mertuanya yang dia tidak sadar bahwa kebaikan dari sang mertua hanyalah karena uang semata.

Di balik pintu ternyata Kaysha mendengarkan semua penjelasan sang istri kedua.

Bukan sedih karena akan di ceraikan oleh sang suami, melainkan Kaysha bersyukur bisa terlepas dari belenggu keluarganya selama ini.

Bahkan jika dia meminta hari ini juga Kaysha akan mengabulkan permintaan sang suami.

"Terlalu kamu Mas, ternyata selama ini kamu hanya mengincar hartaku saja, baiklah apa yang bisa aku lakukan untuk istri keduamu itu, akan kubuat dia menderita seperti aku, Mas," batin Kaysha.

 

Saat hendak membalikkan badan, ternyata tubuh gempal Fatih mengikuti Kaysha, sesaat membuat Kaysha kaget, padahal tadi dilihat anaknya tadi tertidur pulas.

"Astagfirullah ...Fatih!"

"Sedang apa di sini, ngapain kok bangun?"

"Bunda yang ngapain, kok lagi nguping pembicaraan ayah sama nenek, nggak baik loh Bunda," celotehnya.

"Bunda masih sedih, apa Bunda mau cerai sama Ayah?" tanya Fatih yang tiba-tiba membuat Kaysha kaget.

"Bagaimana mungkin anak sekecil Fatih, bisa tahu apa itu perceraian, apa pengaruh dari televisi atau dari teman-temannya," batinnya.

"Bunda kok diam, jawab dong Bunda!"

"Fatih tahu dari mana kalimat seperti itu, siapa yang ngajarin ngomong kayak  gitu Nak?"

Kata Edo teman Fatih kalau sedang berantem ibu dan ayah berarti cerai," jawabnya polos.

"Fatih lihat Bunda sama ayah sering berantem, itu tandanya Bunda mau cerai sama ayah."

 

"Bunda nggak boleh nangis lagi, kata Pak Ustaz orang yang menangis itu imannya  lemah, jadi supaya nggak lemah harus banyak berdoa dan salat lima waktu nggak boleh bolong," jawabnya yang membuat hati Kaysha kembali sejuk dan damai.

Dipeluknya Fatih dengan hangat dan di kecup keningnya.

"Ya udah yuk, kita tidur sudah malam."

"Iya, Bunda!"

Seperti biasa Kaysha bangun pagi-pagi bahkan sebelum subuh, tetapi niatnya sekarang sudah di ujung tanduk untuk pergi dari rumah ini.

Saat sedang mencuci pakaian tiba-tiba Clara sudah berada di belakang Kaysha dengan pakaian tidur yang tipis.

 

Kaysha pun kaget bagaimana mungkin dia memakai pakaian seperti itu di sini, kalau suaminya melihat apa yang akan terjadi pasti akan berbuat yang aneh-aneh di sini," pikir Kaysha.

"Kenapa Mbak menatap saya begitu, ada yang salah dengan pakaian saya?"

"Kamu dapat dari mana pakaian seperti itu, apa kamu nggak malu memakainya, ini rumah orang bukan rumahmu, jadi jangan seenaknya memakai pakaian seperti itu, kecuali ...."

"Kecuali apa Mbak?" tanyanya penasaran.

"Dia memang istriku juga Kay!" jawab seseorang ikut menimpali obrolan mereka berdua dan tidak lain adalah Bagas sang suami.

 

Seketika luruh lantah rasanya, terucap dengan tegas dan lancar suaminya mengutarakan kalimat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status